Penolakan

1.2K 149 11
                                    

Mobil keluarga Jayendra itu besar dan nyaman. Tapi tatapan yang diberikan kedua kakaknya saat ini membuatnya sesak.

Sangga tidak mengerti sama sekali kenapa dia dijemput dari sekolahnya hanya untuk berdiam diri di depan rumah orang yang tidak dia kenali . Dia tidak ingin komplain, karena hari ini Bara dan Tari juga tidak masuk.


"Gimana dek? Sudah dibalas Bara belum?"

Kakak pertamanya itu duduk di sebelah kirinya sementara di sebelah kanan bang Jan Raka yang juga ikut melirik ke layar handphone Sangga

Sejak Sangga menginjakan kaki di kantor ayahnya. Dan selanjutnya dibawa masuk ke dalam mobil menuju ke daerah perumahan yang berjarak sekitar empat puluh lima menit dari kantor ayahnya. Kedua kakaknya ini bergantian mendesak Sangga untuk menghubungi Bara.



"Belum dibaca" ucap Sangga.

Mahes dan Jan Raka terlihat semakin tidak sabar setelah mendengar jawaban Sangga. Sangga tidak bisa melihat ekspresi ayahnya yang duduk di sebelah pak supir. Tapi dia yakin ayahnya juga ikut gelisah.


"Ada apa sih sebenernya yah? Kak? Bang?" Tanya sangga menatap bergantian pada ayah dan kedua kakaknya. Dia juga melirik pada pak supir melalui rearview spion. Berharap siapapun dari mereka akan menjelaskan sesuatu padanya.

"Nanti ayah jelaskan ya nak," Ayahnya menjawab lembut

"Ya tapi apa hubungannya sama Bara?"

"Dan ini rumah siapa sih?" Tanya Sangga lagi entah sudah berapa kali dia menanyakan hal yang sama.


"Dan ini rumah siapa sih?" Tanya Sangga lagi entah sudah berapa kali dia menanyakan hal yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka sudah menunggu di depan rumah putih itu sejak tiga puluh menit yang lalu. Benar-benar membuang waktu.

Sangga ikut mengamati rumah putih itu, seperti kedua kakaknya. Rumah itu tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah keluarga Jayendra. Tapi tidak buruk juga.




Tiba-tiba perhatian mereka beralih pada ayahnya, yang terburu-buru mengangkat telfonnya yang berdering.

Ayahnya hanya menjawab singkat, iya dan hm. sama sekali tidak sangga mengerti. Kemudian ayahnya menoleh ke arah Jan Raka dan Sangga. Dan Sangga benci itu, ketika orang dewasa saling memberi kode dan membiarkan Sangga tidak tau apapun.


"telfon Bara dek" ucap Jan Raka setelahnya

"Buat apa?"

"Yaudah gue aja yang telfon" kata Jan Raka dan mengambil handphone milik Jan Raka sendiri.

"Ngepain sih bang?" Sangga mulai menyentak

"Sst, sebentar dek" ucap Mahes saat nada sambung telfon berbunyi.





Butuh waktu agak lama hingga akhirnya sambungan telfon itu terangkat.

"Hm siapa?" Bara menjawab dengan suara khas orang baru bangun tidur

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang