Berhenti Berharap

1K 114 45
                                    

"Sangga, tunggu"

.
.
.

Bara berjalan tergesa mengejar Sangga yang berjalan dengan langkah kaki besar-besar tanpa mempedulikan Bara sedikitpun sejak mereka turun dari mobil. Jan Raka, sudah lebih dulu meninggalkan mereka, terpaksa sebab dipanggil rapat untuk mewakili olimpiade taekwondo.





"Sang!"

Nafas Bara putus-putus. Momen kilas balik terputar kembali di pikirannya. Kepalanya berdenyut sakit, entah kenapa dia seperti pernah mengalami ini sebelumnya. Atau selalu mengalami ini. Mengejar punggung Sangga.




Dia bukan Bayu, yakan?




Sangga menyentak tangannya saat Bara berhasil menggapai lengannya. Persetan dengan operasi beruang imut. Dia hanya ingin menjaga Bara, cinta pertamanya. Bukan Bayu, orang yang dia benci


"Lepasin!"

"Sang, please kalau Bara ada salah sama kamu. Gak gini"

Sangga menunduk melihat bagaimana jari kecil Bara kini menggenggam lengan kiri jaketnya. Bahkan Bara tidak mau menyakiti Sangga dengan menggenggam lengannya erat.





"Kamu sudah janji gak akan ninggalin aku!" Bara lagi-lagi berkata.

Sangga adalah sahabat pertamanya, orang pertama yang memperlakukan dia dengan baik, selain Jake dan para pengawal keluarga Erion. Bara tidak rela kehilangan.






Tangan Kanan Sangga menggenggam tangan Bara yang memegangi lengan bajunya, dan menyentaknya kuat.

"Gue janji sama Bara, bukan lu Bayu" ucapnya menekan nama Bayu dan berlalu dari hadapan Bara.









Saat itu, lagi dan lagi Bara tau kalau hati manusia bisa cepat berubah. Seperti ayahnya, Jonathan Erion. Bara yakin, entah di ingatannya yang mana. Tapi dia yakin dia pernah disayang oleh sosok yang dia sebut ayah. Sebelum akhirnya tidak pernah ada hari yang terlewat tanpa luka ditubuhnya. Dan kini Sangga.



Bagai api yang diberi makan oleh minyak bensin. Keinginan Bara untuk cepat-cepat menyelesaikan rencananya satu persatu semakin kuat. Temukan kotak pandora, bebaskan Dario, dan tinggalkan keluarga Jayendra. Jika Sangga tau, Bara tetaplah Bara, bukan Bayu yang dia benci. Sangga akan kembali padanya kan?







"Baiklah, silahkan bentuk kelompok masing-masing dua orang" ucap Ms. Sinta, guru seni lukis mereka. "Dan perwakilan kelompok silahkan ambil kanvas di depan dan tulis nama anggota kalian"


Bara diam-diam melirik pada Sangga yang kini duduk di kursi Tari. Bertukar duduk dengan Tari yang kini duduk di samping Bara. Meskipun tadi Tari sempat menolak.


"Ayo Bar, kita berdua.."

"Tar, lu sama gue!" ucap Sangga memotong ucapan Tari. Di tangannya dia sudah membawa kanvas.

"Apaan sih sang!" Balas Tari sewot, dia benar-benar benci pada sifat Sangga yang suka seenaknya. "Gue udah sama Bara!"

"Gak, gue udah tulis nama lu di depan" ucap Sangga gak kalah sewot.




"Tar, sudah gapapa" ucap Bara. Matanya bertemu milik Sangga, yang buru-buru membuang wajahnya.

"Bara, sama gue aja yuk, gue juga belum ada kelompok" Harry yang entah kapan sudah menghampiri mereka.



Bara tentu menatapnya ragu dan melihat sekelilingnya. Berharap ada teman sekelasnya yang bisa sekelompok dengannya, asal bukan Harry.

"Gak, gak lu sama Felix aja sana" ucap Tari. Tari paham, Harry memang mengincar Bara sejak anak itu masuk ke kelas mereka. Dan kini, dengan sikap Sangga yang tidak peduli lagi dengan Bara. Harry kembali tanpa ragu mendekati Bara.


Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang