Best Friend Ever

1K 105 67
                                    

Elpis General Hospital

And I wanna be the best thing, I
The best you ever had




Kepala Deva bergoyang mengikuti irama dari lagu yang dia dengarkan. Suasana hatinya sedang bagus hari ini, kopi americano yang biasa dia beli dari kantin di basement rumah sakit saja terasa jauh lebih wangi dan pekat. Padahal biasanya kurang nendang karena kebanyakan air.

"Best friend ever"

"aduh si paling best friend" ucap Dimas, rekan kerjanya menanggapi nyanyian Deva.

"Deva lagi jatuh cinta tuh, dari tadi buka whatsapp terus ketawa-ketawa sendiri" Putri, rekan kerjanya yang lain ikut menimpali.

Mereka berada dalam satu ruangan yang sama, dan Deva menyetel lagu keras-keras sehingga mau tidak mau rekan kerjanya ikut menikmati.

"Siapa tuh, Mahes kenalin dong" kata Dimas lagi "segala ada icon love nya lagi disamping namanya"

Deva buru-buru menutup aplikasi whatsapp nya dari layar monitor komputernya saat kepala Putri sudah menoleh ke arah monitornya.




"kepo deh" jawab Deva "Cuma temen"

"temen apa temen" ucap Putri "tadi lagunya best friend ever"

Dimas tertawa kecil menimpali. Belum sempat Deva menjawab, pintu ruang kerjanya terbuka membuat tawa dari ketiga rekan kerja itu berhenti.






"kenapa bu Wulan?" tanya Putri.

Bu Wulan, manajer mereka itu datang dengan raut wajah panik yang tidak bisa dijelaskan. Seingat mereka bertiga mereka tidak melakukan kesalahan apapun. Dan review bulanan seharusnya dijadwalkan besok. Pandangan bu Wulan bergulir pada Deva

"Dev ikut saya, dipanggil asisten owner sekarang" ucapnya.

"Hah? ada apa ya bu?" tanya Deva.

Bu Wulan menggeleng "gak tau juga belum bilang ke saya"

Deva menurut saja, tapi ini sangat aneh baginya. Terlebih saat bu Wulan melangkah ke ruangan pemilik rumah sakit, bukan ke ruangan direktur operasional mereka. Bu Wulan dan Deva saling menatap sebelum akhirnya sama-sama menguatkan diri mengetuk pintu ruangan tersebut.




 Bu Wulan dan Deva saling menatap sebelum akhirnya sama-sama menguatkan diri mengetuk pintu ruangan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang laki-laki dengan sorot mata tajam yang pertama kali menyambut Deva di ruangan tersebut. Jas hitam laki-laki itu tersampir di meja utama hingga menyisakan rompi dan kemeja dengan lengan yang digulung. Laki-laki itu ternyata tidak sendiri, disampingnya ada dua orang yang menemaninya dengan pakaian yang sama sepertinya, tapi jas hitam mereka tetap dikenakan. Deva merasa seperti masuk ke dalam film James Bond saat ini.



"Deva?" Tanya laki-laki itu memastikan, setelah Deva mengangguk dia berkata lagi

"saya Christ" katanya sambil menjulurkan tangan.

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang