The Weakest One - Let Me Sleep

1.4K 127 73
                                    

Album foto itu lagi-lagi dibalik. Tidak ada alasan bagi Theo dan Deva untuk merasa bosan, mendengar suara lembut Tara yang bercerita masa kecil anak-anaknya. Meski Theo tau, seberapapun Tara mencoba menutupi kesedihannya. Tara pasti mencemaskan anak-anak dan suaminya. Mata Theo ikut mengikuti arah mata Tara yang berkali-kali melihat ke arah pintu, menunggu dengan cemas.


"Bu"

Tara menoleh ke arah Theo yang memanggilnya lembut. Theo tersenyum manis. Tara sendiri yang menyuruh Theo untuk memanggilnya dengan sebutan bubu. Bayangkan bagaimana reaksi ketiga temannya, jika Tara berkunjung ke agensi, dan hanya Theo selain Bara tentunya yang memanggilnya bubu. Membayangkannya saja membuat senyum Theo semakin berkembang.

"Hm, Bubu tau kan kalau Bara tuh suka banget makanan manis, cookies, permen jelly. Bara selalu punya makanan manis di kantungnya"

Berhasil, perhatian Tara kini beralih pada apa yang dibicarakan Theo.

"Bubu mau ajarin Theo bikinin cookies buat Bara gak?"

Tara tersenyum lembut, dia juga sepertinya belum pernah membuatkan cookies untuk Bara.

"kita buat sama-sama yuk, kebetulan bubu ada bahan-bahannya" ucap Tara sambil beranjak bangkit dari sofa.


"Deva ikut bantu boleh bu?" Tanya Deva.

Tara tersenyum, "boleh dong, wah bubu senang sekali anak-anak bubu mana ada yang bantu bubu di dapur"




Semuanya berjalan lancar hari itu, meski sebetulnya mereka bertiga sesekali melirik pada jam. Sangat tidak nyaman berpura-pura baik-baik saja padahal hati sebetulnya berantakan. Theo mundur dan beranjak meninggalkan dapur saat melihat bubu dan Kak Deva menaruh adonan cookie di oven. Setelah menenggak air jeruknya, pandangan Theo berkabut. Ada bau aneh, ini bukan bau butter. Bau adonan cookie yang dioven biasanya tidak semanis ini.

Theo segera berbalik saat mendengar bunyi gedebug dari arah dapur. Dia melangkah dengan gontai sambil menutup hidungnya. Benar saja, Deva sudah terlelap di samping kabinet. Meski sulit tapi Theo masih bisa memastikan bahwa oven tidak dalam keadaan menyala. Theo segera menghampiri bubu, dibanding Deva fisik bubu lebih lemah. Jadi bubu harus keluar dari sini, setelahnya baru Theo kembali lagi untuk membawa Deva. Begitu rencana yang tersusun dalam otak Theo.

Theo mengangkat bubu, satu lengan bubu dipapah di bahunya.



"ayo bu kita keluar" kata Theo, Theo tau kabut asap ini seperti racun obat penenang. Beruntung fisik Theo lebih kuat, sehingga dia masih bisa menahan efeknya.

Asap putih itu semakin pekat, dan hampir menutupi pandangan Theo. Mata Theo terkunci pada pintu utama yang mungkin berjarak kurang dari dua meter darinya saat ini.


Bugh,

Theo jatuh kesamping setelah merasa ada seseorang yang memukul tengkuknya keras. Disaat dia menghantam lantai marmer. Theo bisa melihat dengan jelas dua orang dengan masker anti gas mengangkat Tara yang terlepas darinya. Theo belum menyerah, dia mengepal tangannya dan berusaha bangkit. Meski kepalannya benar-benar seperti ingin meledak. Salah satu dari pria bermasker itu berbalik dan meninju Theo. Theo jatuh telungkup, tepat sebelum Theo benar-benar menutup matanya dia melihat Tara yang dibawa oleh kedua orang itu melewati pintu utama yang ditinggalkan terbuka.

.

.

.

Kriett

Mahes membuka pintu itu sedikit, matanya mengintip kedalam ruangan. Ruangan itu lagi-lagi kosong. Sialan, makinya.

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang