37. Because I Love You

4.5K 414 27
                                    

Dua hari kemudian, Orion Hospital

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari kemudian, Orion Hospital.

Val memandangi gedung tinggi yang ada di hadapannya tanpa ragu. Ya, Val sudah berpikir panjang selama seharian dan ia pun memutuskan untuk bertemu Agni di sana.

Banyak hal yang Val sadari selama ia merenung. Meskipun ia masih belum mengerti sepenuhnya kenapa Agni rela berbohong padanya, tapi ada satu hal yang pasti.

Agni mencintainya meskipun dengan cara yang salah.

"Saya datang ke sini untuk menjenguk Nona Agnibrata," ucap Val seraya menunjukkan kartu yang diberikan Kanaya kepada resepsionis.

"Nona Agnibrata sedang dirawat di ruangan kelas VVIP. Mari saya antar."

Val mengangguk, ia pun mengikuti resepsionis itu menuju ruang dimana Agni dirawat. Sesampainya di sana, ia dapat melihat Kanaya yang tengah mengobrol dengan Ivar di depan kamar Agni.

Dari ekspresi keduanya, Val tahu kalau mereka sedang membicarakan hal serius.

"Bagaimana keadaannya?"

"Sampai kapan ia akan bertahan?"

"Aku tidak mau tahu, Ivar. Kamu harus bisa menyelamatkan Agni bagaimanapun caranya."

Pembicaraan keduanya terhenti saat Kanaya menyadari kehadiran Val di antara mereka.

"Valerie?" Kanaya cukup terkejut sekaligus senang. "Aku tidak menyangka kamu akan datang kesini. Aku pikir kamu sudah tidak peduli lagi pada Agni."

Val terkekeh pelan. Ia pun berjalan mendekati Kanaya dan Ivar.

"Aku sendiri juga tidak menyangka akan datang ke sini. Tapi keputusanku sudah bulat, aku akan menemui Agni dan menjaganya bila perlu."

Ivar tersenyum. "Keputusan yang tepat, Valerie. Aku yakin Agni pasti akan senang melihatmu. Hanya saja ..."

"Hanya saja?"

"Aku pikir agak sulit untuk menemuinya. Akhir-akhir ini, Agni selalu ingin menyendiri dan emosinya tidak stabil. Tapi aku yakin keadaannya pasti membaik dengan melihatmu di sini."

"Agni mungkin keras kepala, tapi aku jauh lebih keras kepala," kata Val percaya diri. "Kalian tenang saja, serahkan semuanya padaku."

Kanaya dan Ivar menganguk bersamaan. Ada sedikit kelegaan yang terpancar dari wajah keduanya.

"Oh, ada satu hal lagi, Valerie."

"Apa itu, Kanaya?" Val bingung.

"Aku harap kamu jangan terkejut saat melihat kondisi Agni. Dia sangat berbeda dari yang terakhir kali kamu lihat."

Val terdiam. Apakah memang seburuk itu kondisi Agni?

[*]
[*]
[*]

Ivar memberitahu Val kalau Agni sedang berada di taman. Dan di sinilah Val sekarang, di taman rumah sakit yang terasa damai meskipun sepi.

Tidak sulit untuk mencari Agni berhubung hanya ada dia satu-satunya orang di taman ini. Agni sedang melamun di bawah pohon sambil duduk di sebuah kursi roda.

"Agni ..."

"V-Valerie?" Agni cukup terkejut dengan kehadiran Val. "A-apa yang kamu lakukan di sini?"

Val tidak kuasa menahan tangisnya melihat kondisi Agni yang sangat mengenaskan. Tubuhnya sangat kurus hingga nampak tulang yang menonjol di tubuhnya. Kulitnya pucat seperti mayat hidup dan lingkaran hitam di bawah matanya terlihat sangat jelas.

"Ya Tuhan ... apa yang terjadi padamu, Agni?"

"A-aku terlihat menyedihkan ya?" Agni tersenyum pahit, ia terdengar kesulitan untuk berbicara. "Kenapa kamu datang ke sini? Kamu tidak ingat kalau kita sudah bercerai?"

"..."

"P-pergilah. Aku tidak mau melihatmu lagi."

"Aku tidak peduli kamu mau mengusirku berapa kali, Agni." Val mengusap air matanya dengan kasar. "Kamu melakukan semua ini karena peduli padaku, kan?"

"Sok tahu."

"Aku memang tahu. Kamu menceraikanku karena tidak mau membuatku khawatir dengan penyakitmu, itu faktanya."

Agni membuang muka dan enggan menatap Val.

"Agni." Val meraih tangan Agni lalu ia genggam dengan erat. "Kamu harus tahu kalau apapun yang terjadi, meskipun itu hal yang buruk sekalipun, aku akan selalu bersamamu."

"..."

"Ya, mungkin aku akan khawatir. Mungkin aku akan ketakutan. Tapi aku juga ingin berjuang bersamamu, Agni."

Agni menoleh ke arah Val, lalu tersenyum lesu.

"Aku akan mati, Valerie. Untuk apa kamu berjuang bersama orang yang sekarat?"

"Because i love you, that's why. Apakah itu tidak cukup?"

"..."

"Aku dan kamu, kita akan melewati semuanya bersama-sama. Apapun hasilnya, aku tidak peduli," kata Val dengan sorot mata penuh keyakinan.

Agni mendengus geli. "Keras kepala sekali."

"Kita memang sama-sama keras kepala. Lucu ya?" Val ikut tersenyum, kemudian ia menyadari wajah Agni yang nampak kelelahan. "Apa kamu lelah? Mau kembali ke kamar?"

Agni menggeleng. Kemudian ia mencoba bangkit dari kursi rodanya namun tiba-tiba ia terjatuh ke tanah.

"Sial!"

"Agni!" Val mencoba untuk menolong Agni, tapi Agni malah mendorongnya supaya menjauh.

"Kaki sialan! Kenapa tidak mau jalan, hah?!"

Agni berteriak seraya memukul kakinya dengan histeris. Sontak, Val memeluk tubuh Agni dan terisak di dadanya.

"Cukup, Agni. Cukup. Tolong jangan sakiti dirimu lagi."

"Kaki tidak berguna! Apa gunanya punya kaki kalau tidak bisa dipakai?!"

"Agni ..."

Val semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Agni. Ia tidak tahu kalau selama ini Agni telah melalui situasi yang sangat mengerikan. Hidup berada di bayang-bayang kematian pasti terasa sangat menyiksa.

Pertanyaannya adalah, kapan semua penderitaan Agni akan berakhir?




[*]
[*]
[*]




No comment untuk part ini🥲
Happy reading dan semoga malam kalian menyenangkan!

Cya🏃🏻‍♀️

Cya🏃🏻‍♀️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



10 Mei 2023 | skylarksama

MARRIAGE CONTRACT | GXG✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang