18. It's Her

4K 394 20
                                    

Selamat membaca semua. Terima kasih sudah membaca sejauh ini. Kisah intinya baru dimulai di sini.

*

Kamar rumah sakit terasa amat dingin saat dokter meninggalkan ruangan. Seorang wanita berusia awal tiga puluhan duduk lemas di sofa. Ia sesugukan, tak sanggup berucap apa-apa. Di tengah ruangan, tampak seorang anak perempuan berusia tiga tahun terbaring tak bergerak. Alat-alat tersambung di seluruh tubuhnya.

Mesin elektrokardiogram menampakan grafik yang datar. Menandakan bahwa detak jantung dari anak perempuan itu benar-benar tidak berdetak lagi.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang laki-laki berkemeja flanel kuning masuk dengan terburu-buru. Ia menyampir tas di pundaknya.

"Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?" pekikan terdengar dari mulut wanita itu saat ia melihat lelaki tersebut. "Nala... Nala sayangku, dia... dia sudah pergi."

 Wanita itu tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia kembali sesugukan.

"Nala akan baik-baik saja," ucap lelaki yang baru datang itu. Lelaki itu membuka tasnya, merogoh sesuatu lalu menunjukannya kepada wanita di hadapannya.

Mata wanita itu membulat tiba-tiba. Ia terngaga. "Apa yang kamu lakukan?"

Lelaki itu menarik napas pelan. "Aku mendapatkan mimpi bahwa permata ini bisa menyembuhkan Nala." Ia menarik napas panjang. "

Wanita itu semakin mengerutkan dahi. "Itu hanya mimpi! Apa kamu sudah gila?"

"Kalau itu tentang Nala, aku rela. Lagipula, bukankah tidak ada salahnya kita mencoba?"  Lelaki itu mengangkat bahu. Ia mendekat ke arah Nala.

"Ya Tuhan! Ayahmu bisa saja membunuhmu jika ia tahu kamu membobol ruang brankasnya!"

"Aku tidak peduli!" Lelaki itu menaikan nada. "Kamu tahu? Keluargaku berhutang pada seorang wanita yang kemudian akhirnya membalas budi dengan menyimpan permata ini bertahun-tahun. Bahkan dalam kemisikinan, leluhurku bersumpah untuk tidak menjualnya. Bukankah mungkin ini saat yang tepat untuk permata itu bisa setidaknya memberikanku sedikit imbalan?"

Tanpa menunggu, lelaki itu meletakan permata merah tersebut di atas dada Nala. Secara ajaib, permata itu tiba-tiba terserap ke dalam tubuh Nala yang masih berusia tiga tahun.

Mata pasangan suami istri itu membelalak tak percaya. Sedetik kemudian, Nala kejang. Kini, kedua orang dewasa itu panik.

"Ya, Tuhan! Apa yang terjadi?" Wanita itu terlihat benar-benar khawatir. "Nala! Nala!" Ia memegangi tangan Nala ketakutan.

Elektrokardiogram menunjukan diagram yang naik turun dengan tidak stabil. Mereka benar-benar kebingungan.

Namun, beberapa puluh detik kemudian, kejangnya berhenti. Elektrokardiogram menunjukan detak jantung yang kembali berdetak stabil. Mata suami istri itu saling tatap. Anak perempuan mereka hidup kembali.

*

Ray menatap sekeliling tepat ketika Orfeas melemparkan lidah api ke arahnya. Ia pikir, lelaki itu akan menyerang, tetapi rupanya tidak. Kini, mereka berdua berada di rumah Nala, tetapi semuanya tampak terbalik. Nala juga menghilang.

"Dimensi refleksi?" Ray mendecih. "Kamu membawaku ke sini?"

Orfeas menggedikan bahu. "Aku tidak mau Nala sampai terluka," ucap lelaki itu. Ia menampakan wajah bengis. Senyumnya tampak berbeda.

Ray terkekeh pelan. Ada ejekan dalam tawanya. "Tidak usah berpura-pura mencintai Nala. Aku tahu bahwa Raja Hector menginginkan bagian permata merah besar yang menghilang itu, bukan?"

AVARITIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang