Nala mematut dirinya di depan cermin. Semalaman ia memilih pakaian yang cocok dengan kencan yang akan ia lakukan dengan Ray. Kencan? Tunggu, apakah ini benar-benar kencan?
Kalau ya, ini adalah kencan pertama Nala. Dengan siapapun itu. Dan Nala ingin membuat semua hal berkesan.
Orfeas benar-benar tidak pulang semalaman. Nala juga tidak tahu cara menghubungi lelaki itu. Untuk pertama kalinya, Nala kembali makan sendiri dan di rumah sendirian.
Nala menyibak gorden tepat ketika suara klakson terdengar dari luar. Ia melihat Ray dan senyum manis yang selalu lelaki itu tampakan sepanjang waktu. Gadis itu membuka pintu sambil berjalan tergopoh-gopoh keluar rumah.
"Hai, kamu tampak cantik." Ray memuji. Lelaki itu berdiri dengan bersandar pada mobilnya.
Kali ini, Nala memilih terusan kuning muda dengan aksen renda di bagian bawahnya. Ia menguncir setengah rambutnya seperti Belle dalam Beauty and The beast.
"Kamu mengendarai mobil ayahmu?"
Ray tertawa kecil karena malu-malu. "Ya," jawabnya. "Aku meminjam pada ayahku sebentar. Kebetulan, kedua orangtuaku sedang berada di luar kota."
"Oh," jawab Nala singkat.
"Lagipula, aku akan mengajak seorang perempuan berkencan. Aku tidak mungkin menjemputnya dengan motor, kan?" Ray menggoda. "Dan sepertinya, keputusanku cukup tepat. Kamu terlalu cantik untuk naik motor hari ini."
Nala tersipu. Apalagi saat tiba-tiba, Ray membukakan pintu mobil untuk Nala.
"Ayo kita pergi."
Nala mengangguk sambil masuk ke dalam mobil. Pemutar musik mengalunkan lagu band indie kesukaan keduanya. Tak ada yang bersuara satu sama lain.
Keadaan ini begitu canggung. Nala diam sambil meremas angin. Ia tak biasa dengan semua ini.
"Bagaimana pertandinganmu?" tanya Nala memecah hening.
Ray melirik pelan sebelum kembali menatap depan. "Kamu tidak membuka media sosialmu?" tanya Ray balik.
Nala diam. Ia sudah tahu. Tim sekolahnya memenangkan pertandingan hari ini. Ia hanya ingin basa-basi.
"Padahal kupikir, tadi ketika aku menjemputmu, kamu akan memelukku dan memberikanku ciuman selamat seperti teman-temanku yang lain."
"Apa?"
Ray tertawa. Ia tak menjawab dan hanya memalingkan wajah.
Ray memarkirkan mobilnya di sebuah restoran steik bergaya klasik sebelum keduanya turun dan masuk ke dalam restoran itu. Pandangan Nala menyapu ke seisi restoran. Kebanyakan dari mereka adalah pasangan yang juga sama-sama tengah berkencan.
Tetapi bukan itu fokusnya. Restoran ini adalah tempat yang Nala ingin kunjungi sejak masih di awal belasan. Katanya, ayahnya pertama kali melamar sang ibu di restoran ini. Sayangnya, harga makanannya tak terjangkau untuk seorang siswa sekolah menengah.
Tangan Ray tiba-tiba menggandeng Nala hangat. Keduanya berjalan mengikuti seorang pramusaji ke sebuah meja yang telah disiapkan. Buku menu disodorkan kemudian.
"Ray," bisik Nala pelan.
Ray mendongak.
"Katamu, bukan kencan mewah."
Ray tersenyum tipis. "Ini tidak semewah restoran Perancis berharga ribuan dolar, Nala."
"Tetapi, ini cukup mahal, Ray."
"Aku menunggu dan mempersiapkan tabunganku bertahun-tahun untuk hari ini, jadi kumohon, nikmatilah." Ray lagi-lagi mengulas senyum manis.
Menabung bertahun-tahun? Apa maksudnya?

KAMU SEDANG MEMBACA
AVARITIA
Fantasy//Rencananya up tiap hari// Follow dulu sebelum baca Hargai penulisnya dengan vote & comment yuk :)) ===== AKU HARUS MENIKAH DENGAN PANGERAN DUNIA BAWAH? *** Pada acara berkemah sekolah, Nala tak sengaja menemukan gelang emas berkilau di hutan pada...