7.

4.7K 508 94
                                    

Mark baru kembali ke rumah saat subuh dan kembali bekerja saat jam sembilan pagi, pria itu kini sedang membaca proposal pengajuan event marketing mendatang. 

Tok! tok!

"Masuk." pintu ruangannya terbuka dan menampilkan sekertarisnya yang masuk dengan raut wajah panik.
"Kenapa Yer? kok panik gitu?" tanya Mark, 
"Tiga perusahaan mundur sebagai investor." mendengar ucapan Yeri sontak memebuat Mark mendongakkan kepala dan menatap sekertarisnya,
"Kenapa bisa?!" Mark menggebrak mejanya, Yeri sampai beringsut mundur karena takut.
"M-mereka bilang ada proyek yang lebih menjanjikan dan memilih untuk mundur," jawab Yeri,

Mark berdecak, pria itu bahkan sampai menggigit bibir bawahnya, tak tanggung-tanggung ada tiga perusahaan yang mundur. 
"P-pak, saya bisa kasih saran walaupun ini presentasi berhasilnya sedikit tapi boleh dicoba." Yeri memberanikan dirinya, sebelum memberitahu Mark dirinya sudah memikirkan sebuah saran.

"Apa?" tanya Mark,
"Kita atur ulang perjanjian dengan perusahaan Jo Tech." mendengar saran dari Yeri membuat Mark menganggukkan kepala setelah beberapa saat berpikir dan menimbang. Ayah mertuanya akan setuju dengan hal itu kan? 

"Ide bagus, buat proposalnya dan kirim ke saya secepatnya." 
"Baik Pak." setelah itu Yeri pergi dari ruangan Mark dan kembali ke mejanya untuk melaksanakan perintah, Mark menghela nafasnya. 
"Kenapa mereka ngundurin diri bareng-bareng? perusahaan mana yang bikin mereka tertarik?" Mark penasaran, perusahaan yang membuat investornya pergi. Apa perusahaan baru? 

"Ck, sialan. Semoga Johnny nerima proposalnya." hanya perusahaan Johnny yang menjadi harapannya, pembangunan pabriknya bahkan belum mencapai 50%. Mark tidak bisa kehilangan kesempatannya kali ini atau dia akan rugi besar. 

Suara dering ponsel membuat perhatian Mark teralihkan, ada panggilan masuk dari Haechan, tertulis nama 'Baby Bear' dilayar ponselnya. Mark menghembuskan nafasnya sebelum mengangkat panggilan dari Haechan, 
"Halo? kenapa sayang?" 
"Mas, nanti pas mas pulang aku boleh nitip sesuatu nggak?" 
"Kalo tokonya masih buka ya sayang? kamu tau kan hari ini aku lembur sampe malem?" 
"Oh iya lupa, um..nggak jadi deh biar aku beli sendiri aja." 
"Kamu kenapa sayang? Kok suaranya serak? habis nangis?"
"Hehe, tadi habis nangisin drama." 
"Astaga, aku kira kamu kenapa-napa. Apa mau aku pesenin online?"
"Nggak deh Mas, aku beli sendiri aja hehe. Mas mau dibawain bekal makan siang?" 
"Aku ada janji makan siang sama investor, maaf ya belum bisa?"
"Iya nggak papa kok mas. Yaudah, semangat kerjanya Mas." 

Setelah itu Haechan mematikan panggilannya, si manis itu kini tengah bersandar pada lemari pakaian kamarnya sebelum akhirnya tangisnya kembali pecah. 
"Kenapa semuanya jadi gini?" 

Haechan menarik pelan rambutnya, ditangan kanannya memegang sebuah testpack yang menunjukkan kalau dia positif. Dirinya hamil, entah sudah berapa bulan kandungannya karena Haechan sama sekali tidak mengetahui keberadaan anaknya ini. 
"Maafin Papa ya nak? Papa nggak tau kamu ada di dalam sini." Haechan terlalu tenggelam dengan perasaan bencinya terhadap Mark sampai tidak sadar kalau selama ini dia mengandung, anak di dalam kandungan Haechan juga tidak menunjukkan kehadirannya, Haechan mengira perutnya sedikit besar karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak atau pola makan yang tidak teratur. 

Haechan menghapus air matanya, ia kemudian bangkit dari duduknya. 
"Aku harus ke rumah sakit buat periksa." ucap Haechan, ia memutuskan untuk merawat anaknya, sebesar apapun rasa bencinya ke Mark ini masih anak Mark, Chenle juga masih anak Mark meskipun anak itu kini tak ingin mengakui Mark sebagai Ayahnya. 




Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang