12.

4.7K 489 62
                                    

Pagi ini Jeno bahkan tidak membangunkan dirinya ketika hendak pergi bekerja, setelah membersihkan dirinya ia menelfon Jeno. 
"Kenapa?"
"Aku pergi kerumah orang tua aku dulu." ucap Jaemin,
"Iya." 
"Aku langsung berangkat ya, nanti gausah jemput gapapa." 
"Udah?" 
"Udah." setelah itu Jeno langsung menutup panggilan dan meninggalkan Jaemin yang menghela nafasnya, 
"Aku harus ngeyakinin Ayah." Jaemin menyemangati dirinya sendiri, ia kemudian pergi ke kediaman keluarganya dengan menggunakan taksi. 

Perjalanan selama satu jam itu terasa seperti neraka, Jaemin mendapatkan kabar kalau keluarganya sedang berada di rumah neneknya yang masih berada satu kota dengannya, itu keuntungan baginya tetapi dirinya juga tidak bisa memungkiri kalau dirinya takut saat berhadapan dengan Ayahnya. 

Jaemin mengatur nafasnya begitu dia turun dari taxi, ia kemudian berjalan menuju ke rumah dengan gaya vintage satu lantai itu, rumah neneknya lumayan besar. Jaemin bisa melihat mobil milik keluarganya disana, terdengar suara tawa dari dalam rumah, adiknya pasti ikut. 

Begitu Jaemin masuk ke dalam rumah yang pintunya terbuka itu semua orang langsung terdiam, Jaemin melihat ada Minhee dan Winwin di ruang tamu. 
"Siang Pa, dek." sapa Jaemin, 
"Kalo kamu cari Ayah, ada di belakang sama Nenek." Winwin bahkan tidak mau menghabiskan waktu untuk menyapa anak pertamanya itu, dan Jaemin langsung pergi ke halaman belakang untuk menemui Ayahnya. 

Alasan Jaemin tak disukai dalam keluarga ini hanya karena dirinya tidak bisa membanggakan seperti Minhee, dirinya tidak pintar, tidak bisa menghasilkan penghargaan olimpiade atau penghargaan lainnya. Jaemin jelas tidak punya bakat atau hal yang bisa membanggakan kedua orang tuanya dan hanya bisa membuat masalah hingga sering berpindah-pindah sekolah. 

Segiat dan sekeras apapun Jaemin belajar nilainya tidak akan lebih dari 70. 

Jaemin berdiri tak jauh dari Yuta dan neneknya yang tengah mengobrol dikursi taman belakang rumah,
"Ayah." suara itu membuat Yuta menoleh, ia melihat Jaemin yang berdiri tak jauh darinya dan seketika itu juga senyum pria itu langsung pergi.
"Ck, kenapa sih anak sialan itu kesini." gumam Yuta, 
"Ma, bentar ya aku bicara sama Jaemin dulu." 
"Iya gih sana." wanita tua itu membiarkan anaknya berbicara dengan cucunya, ia melambaikan tangannya pada Jaemin sambil tersenyum. 

Hanya neneknya yang mengakui keberadaannya meskipun mereka tidak terlalu dekat. Yuta berjalan mendahului Jaemin dan mereka pergi ke ruang tamu untuk berkumpul dengan Winwin dan Minhee juga. 

"Kenapa kamu nyusulin kesini?" tanya Yuta, 
"Ada yang mau aku omongin sama Ayah sama Papa, aku mau Ayah bantu perusahaan temen aku buat proyeknya, kasian dia udah hampir setengah proyeknya jadi tapi-"
"Tapi apa? tapi berita selingkuhnya dia bikin perusahaan lain langsung cabut?" Yuta memotong pembicaraan Jaemin,

"Jangan kira Ayah gatau berita yang bawa nama kamu sama nama TEMEN kamu itu. Ayah malu, beberapa wartawan sempet dateng ke perusahaan Ayah dan Ayah malu!" Yuta membentak anak pertamanya itu, mengeluarkan kemarahannya yang kali ini sudah mencapai puncak karena kelakuan mengerikan anaknya yang diketahui oleh media. 

"Ayah nggak peduli sama kehidupan kamu, tapi jangan bawa nama keluarga ke masalah kamu Jaemin. Kamu sedari dulu tuh cuma bisa bawa masalah, pinter juga enggak." Jaemin bisa melihat tatapan Minhee dan Winwin yang terlihat menahan senyumannya karena Jaemin dimarahi oleh Yuta. 

"Ayah nggak akan bantu perusahaan temenmu itu, cari duit sendiri. Udah punya suami masih aja bertingkah." ucap Yuta,
"Paling habis ini rumah tangga mereka juga hancur," sindir Winwin.
"Pergi aja deh Bang, ga guna nyamperin kita kesini, nggak bakal dapet apa-apa. Hama nggak pantes hidup di keluarga ini." Minhe berdiri dari duduknya, ia menarik Jaemin dan membawanya keluar dari rumah itu secara paksa, adik Jaemin itu bahkan langsung menutup pintu rumah setelah Jaemin keluar darisana.  

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang