29.

3.6K 392 19
                                    

Mark melihat semuanya, ketika Jeno dan Haechan berciuman bahkan ia mengikutinya sampai ke villa yang disewa oleh Jeno meskipun tidak sampai masuk. Tapi ia tahu kalau keduanya melakukan hal yang membuat Mark sangat marah, entah pada dirinya sendiri atau pada Haechan. 
"Gue bakal bikin lo sama gue lagi Chan." Mark berucap, ia sudah cukup lama berada di depan villa, sudah cukup tahu tentang apa yang dilakukan duo sejoli itu. 

"Ayo pulang." ucap Mark memberikan perintah kepada supirnya, mobil itu berjalan meninggalkan area villa dan Mark kembali ke hotel sebelum penerbangannya, beristirahat sejenak atau mungkin sambil memikirkan rencananya. 



Keesokan harinya, ketika matahari sudah hampir ditengah kepala, Haechan baru membuka matanya, tubuhnya sudah terbalut oleh baju tidur yang ia yakin Jeno yang melakukannya. 
"Kenapa?" Jeno yang baru saja mandi itu merasa ditelanjangi saat Haechan menatapnya dengan intens, yah meskipun dia memang sedang memakai baju. 

Haechan tersenyum dan tertawa kecil melihat respon Jeno, "Makasih." 
"Buat apa?" Jeno meletakkan bathrobe nya di keranjang pakaian kotor setelah selesai memakai baju, 
"Sudah digantiin baju," ucap Haechan, mendengar itu Jeno tersenyum, pria itu menghampiri Haechan lalu berbaring disampingnya, memeluk tubuh Haechan dengan erat.
"Apa mau dimandiin sekalian?" tawaran itu membuat Jeno mendapatkan sebuah pukulan kecil di dadanya, 
"Gausah aneh-aneh, abis ini pulang." ucap Haechan, 
"Aku udah beliin semua oleh-oleh disini, biar kita nggak perlu keluar karna udah mepet." 
"Apanih? bayaran buat yang semalem?" 
"Aku tau kalo kamu lebih kaya daripada aku Chan, buat apa bayar?" Jeno mengecup pipi Haechan.

"Bener juga sih," Haechan memang kadang suka lupa diri kalau dia kaya karena tidak merasa, ia jarang melakukan sesuatu yang hedon selain kuliner, dia bisa menghabiskan banyak uang untuk itu. 

"Malah ngelamun, mandi gih." Jeno mencubit pipi Haechan dan itu membuat Haechan tersadar dari lamunannya, si manis tersenyum lalu beranjak dari kasur untuk membersihkan diri. 



Haechan kira cobaan hidupnya hanya akan sampai disini saja tetapi ternyata, ada masalah baru yang muncul ketika ia baru saja menapakkan kakinya di bandara. Banyak wartawan disana yang langsung menyerbu Jeno dan Haechan, entah apa alasannya tapi mereka yang tidak membawa tameng apapun alias tanpa pengawalan jadi bersusah payah untuk keluar darisana, tapi untungnya satpam disana langsung sigap membuka jalan untuk Jeno dan Haechan pergi ke mobil, tak sempat Haechan meminta jemput pada kedua orang tuanya alhasil ia pergi bersama dengan Jeno.

"Ada berita apasih?" Haechan buru-buru mengecek portal berita di internet sementara Jeno mengendarai mobilnya, 

Haechan terkejut bukan main saat menemukan hampir semua highlight berita adalah dirinya dan Jeno yang dikabarkan berkencan. 
"Gila, siapa yang buat berita kayak gini?" Haechan membuka salah satu portal berita dan membacanya, isinya tentang berita jika Jeno dan Haechan sudah menjalin hubungan sebelum mereka bercerai. 

"Oh.. gue tau siapa pelakunya." Haechan tersenyum, lebih ke senyum meremehkan. 
"Mantan suami kamu?" tanya Jeno untuk memastikan, sebenarnya sangat mudah untuk menebak siapa pelakunya, apalagi secara terang-terangan kemarin Mark menghajar Jeno. 

"Ya siapa lagi? nggak mungkin Jaemin, dia uang aja sekarang nggak punya banyak." balas Haechan. 
"Saranku sih, mending kamu suruh Jaemin jauh jauh dari Mark mulai sekarang." 
"Kenapa?" 
"Mark kayaknya bisa bahaya banget buat Jaemin, ya meskipun Jaemin ngeselin banget, tapi dia itu goblok maaf aja nih ya. Mark nggak sebaik itu." Jeno terdiam, keduanya menciptakan keheningan untuk berpikir. 
"Lagi, kasian anak-anak kamu, si Joel sama Arsen, mereka bahkan nggak dapat kasih sayang dari Ayahnya." 
"Arsen bukan anak aku Chan." mendengar itu Haechan terdiam, 
"Jaemin nggak kasih tau kamu?" Jeno menepikan mobilnya, mereka berhenti disamping sebuah cafe.

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang