Hari ini juga Jeno mengantarkan Haechan untuk terapi, mereka sedang berada di ruangan terapi, semacam gym yang khusus untuk melatih pasien yang memerlukan seperti Haechan contohnya. Jeno berada di ujung pegangan sedangkan Haechan dibantu perawat perlahan berjalan ke arah Jeno, Haechan meskipun masih berpegangan pada besi penyangga ia sudah bisa berjalan cukup jauh.
Ketika Haechan sudah dekat dengan Jeno, lelaki itu dengan berani melepaskan pegangan pada besi dan berjalan ke arah Jeno perlahan, namun baru tiga langkah dirinya hampir saja terjelungup ke depan kalau saja Jeno tidak menangkap tubuhnya.
"Hehe." Haechan malah cengengesan, Jeno membantu menopang tubuh Haechan dan sesi terapi kali ini selesai.
"Selamat ya udah ada kemajuan tiga langkah, besok kesini lagi juga boleh." perawat perempuan itu bertepuk tangan pada Haechan sebagai ucapan selamat dan bahagia,
"Makasih ya mbak, besok lagi kesini deh. Nanti aku bawain juga snack buat mbak nya,"
"Eh, repot-repot ah. Mau lah yang banyak kalo gitu." ucap si perawat, keduanya tertawa. Jeno mendudukkan Haechan di kursi roda,"Makasih ya buat hari ini mbak," ucap Jeno,
"Hehe sama-sama Pak, met jalan-jalan Mas Haechan sama suaminya." perawat itu kemudian pergi untuk menjemput pasien selanjutnya, mendengar ucapan perawta tadi tentu membuat keduanya terdiam cangung, setelah itu Haechan memilih untuk memecahkan keheningan."Makan yuk, habis ini boleh minta tolong jemput Chenle sekalian?" Jeno mendorong kursi roda Haechan keluar dari gedung ortopedi,
"Boleh, Joel juga pasti udah pulang dari ekstra." kegiatan Haechan tidak lepas dari dirumah dan terapi untuk saat ini, dia merasa jadi seperti anak kecil yang belajar berjalan lagi.Jeno menggendong tubuh Haechan dan mendudukkannya dikursi penumpang sebelum melipat kursi roda milik Haechan dan emnaruhnya dibagasi,
"Oiya, temen Chenle itu siapa sih namanya? yang tinggi itu," tanya Jeno sembari mengendarai mobilnya menuju ke sekolah anak-anak mereka,"Oh Jisung itu, eh mereka mah udah pacaran."
"Iya? Ckck anak anak jaman sekarang SMP udah main pacaran aja." ujar Jeno,
"Iya, aku mah dulu SMP masih suka sepedaan keliling desa sambil nyebur ke kali."
"Pernah mandi di kali?"
"Ya pernah lah, jangan bilang kamu nggak pernah?" Haechan menatap Jeno,
"Di Amrik mana ada yang mau diajak main sungai begitu deh, rumah juga jauh dari sungai." kepala Haechan mengangguk-angguk, benar juga, dia lupa kalau Jeno tinggal dan lahir di Amerika."Lupa kalo kamu besar di Amrik,"
"Tapi emang enakan disini sih, biaya hidupnya lebih murah." Jeno tertawa,
"Ck, ya jangan dibandingin sama negara maju dong." Haechan mengambil camilan yang ada di dasbor mobil Jeno, hanya sebuah permen tingting."Hari ini Baba kamu pulang kan?" tanya Jeno,
"Iya, katanya sih nyampe malem. Biarlah menikmati masa tua." kepala Jeno mengangguk setuju, tanpa terasa mereka sudah sampai di depan sekolah, Haechan menghubungi Chenle agar keluar karena mereka sudah didepan.Tapi saat Haechan mengedarkan pandangannya ia malah menemukan sosok yang tidak asing baginya dan itu adalah Mark, pria itu rupanya terlihat sedang adu mulut dengan Chenle.
"Jen, tolong dong itu Mark kayaknya lagi bertengar sama Chenle." Haechan membuka jendela mobil dan menunjuk kearah Mark dan Chenle. Jeno bergegas turun dari mobil dan menghampiri keduanya.Jeno menarik tubuh Chenle hingga berada dibalik tubuhnya, "Mau ngapain kamu?" Jeno menatap Mark tidak suka, pria yang lebih tua itu kini menatap Jeno, ia mengedarkan pandangannya dan ia menemukan Haechan yang masih berada di dalam mobil,
"Lo ngapain sama suami sama anak gue?" tanya Mark,
"Gue nggak sudi jadi anak lo." Chenle menyahut dari belakang tubuh Jeno,
"Haechan udah nggak mau manggil lo sebagai suaminya lagi, jangan sok tutup mata sama apa yang udah lo lakuin ke keluarga lo sendiri. Jangan sok baik dengan anggep mereka keluarga,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Perfect Story (END)
Fanfiction"Sayang, jas aku dimana?" "Ambil sendiri di lemari." "Saya ada salah sama kamu?" "...." ----------------------------------------------------------------------------------- Pernikahan hasil perjodohan hanya ada dua akhir, saling jatuh cint...