26.

3.6K 392 45
                                    

Haechan bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas lebih beberapa menit, ia langsung membersihkan tubuhnya untuk bersiap menjalani hari ini, dia akan berjalan-jalan di sekitar Yokohama, selain ingin mencoba makanannya ada satu tempat yang ingin Haechan kunjungi disini yaitu taman sankeien. Setelah mandi, Haechan mematut penampilannya di cermin lalu ia menyadari sesuatu.

"Jeno jadi kesini nggak sih?" gumamnya, kemudian Haechan mengangkat bahunya, bukan urusan dia kalau memang Jeno jadi menyusul ia tinggal menyuruh pria itu untuk menjemputnya kan? 

"Let's go! Seneng-seneng aja Chan gausah mikir yang lain-lain, semoga nggak ketemu sama Mark bajingan itu lagi, Amen." Haechan mengambil tas kecilnya kemudian berjalan keluar dari kamar hotel. 

Haechan tidak akan berjalan terlalu jauh, dia juga mana kuat untuk berjalan terlalu jauh dan terlalu lama, banyak food truck yang ternyata baru menyiapkan tempat dan makanan mereka jadi Haechan memilih untuk membeli minuman terlebih dahulu sembari menunggu food truck yang menjual berbagai macam olahan matcha itu.  

Haechan mengedarkan pandangannya, lumayan banyak orang yang berlalu lalang, bahkan ia bisa melihat ada beberapa anak muda yang menjadi spg menawarkan selebaran. Sampai tiba-tiba pandangannya malah bertemu dengan seseorang yang dia hindari, 

"Ini gue liburan kesannya kek Jepang sempit banget sih bangsat." Haechan mendumal, ia berdiri dari duduknya tetapi Mark sudah mencegatnya, iya, Mark malah menghampirinya. Sialan, apakah memang Jepang sesempit ini? 

"Apalagi? Pemandangan muka lo ini ganggu gue." tanya Haechan, 
"Mau jalan-jalan bareng?" tawar Mark,
"Lo nggak ngerti bahasa manusia ya Mark?" mendengar itu Mark hanya tersenyum, ia mengambil gelas plastik yang sudah kosong dari tangan Haechan dan membuangnya, ia menghampiri food truck yang sedari tadi ditunggu oleh Haechan dan memesan terlebih dahulu.

"Duduk aja, jangan berdiri atau jalan kelamaan." Mark mendorong pelan tubuh Haechan agar lelaki manis itu duduk dikursi. Haechan merotasikan matanya, ia tidak tahu apa modus Mark mendekatinya seperti ini tetapi yang pasti semua rasa cinta dan iba bahkan kasihan pun sudah tidak tersisa jika itu untuk Mark. 

Haechan tak banyak membantah, ia saja belum bisa berlari, bahkan untuk sekedar berjalan dengan cepat pun ia tak bisa. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya takoyakinya selesai, Mark membawakannya untuk Haechan, pria itu membeli dua porsi. 
"Udah kan? sana pergi, ngapain sih lama-lama disini?" tanya Haechan, 
"Haechan, aku sejahat itu ya?" satu lagi pertanyaan tak masuk akal yang dilontarkan oleh Mark, 
"Lo masih nanya setelah gue hampir lumpuh gara-gara Jaemin?" Haechan bertanya balik, 

Mark terdiam, "Maafin aku, aku nyesel Haechan." ucapnya, 
"Ya bagus kalo lo nyesel, kalo enggak sih gue nggak habis pikir sama lo." Haechan memasukkan satu takoyaki yang sudah ia belah dua, bahkan asapnya masih mengepul dan masih hangat ketika makanan itu masuk ke dalam mulutnya. 

"Aku minta maaf, tolong maafin aku dan aku pengen memperbaiki semuanya."
"Emangnya apa yang mau lo perbaiki Mark?" 
"Hubungan kita." 
"Kita sekarang itu dua orang asing dan gue nggak pernah berharap buat kenal lo lagi Mark." 
"Sekali ini aja Haechan, tolong." Haechan terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia bangkit dari duduknya, 
"Lo yang hancurin semuanya Mark, kepercayaan gue, keluarga gue, rasa kasihan gue ke lo, semuanya udah nggak ada. Cermin yang udah pecah, nggak bisa balik lagi dengan keadaan utuh dan baik-baik aja." Haechan berjalan menjauhi Mark, pria itu terdiam sebentar dan mengikuti Haechan dari jarak yang lumayan jauh. Ia tahu jika ia sudah menghancurkan semuanya,

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang