14.

4.8K 455 27
                                    

Baru juga Mark ingin istirahat karena dirinya baru saja dipertemukan dengan kedua orang tuanya, kini Johnny menghubunginya dan langsung memberikan waktu dan tempat pertemuan. Memang ini kesempatan untuknya bertanya tentang keberadaan Haechan, tapi pastinya dia akan dihajar habis-habisan dulu disana. 

Mark bersiap lebih awal dan pergi lebih awal, ketika jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang Mark mengendarai mobil meninggalkan area rumahnya yang kini kosong. Bahkan dirinya tidak tahu kemana Chenle pergi, sepertinya Haechan sudah menyuruh agar Chenle tidak pulang juga. 

Begitu sampai ditempat yang dimaksud oleh Johnny yang merupakan sebuah hotel, Mark langsung dibawa ke salah satu kamar yang sudah dibooking oleh Johnny. Disana baru ada dirinya sendiri dengan makanan yang ada di meja makan. 

Lima belas menit berkutat dengan ponsel dan minuman di depannya, Mark berdiri ketika mendengar suara langkah kaki masuk dan ada dua orang yang menghampirinya dan itu adalah Johnny dan Hendery.

"Pa-"
"Jangan panggil saya Papa," larang Johnny, pria tua itu duduk berhadapan dengan Mark, dan Hendery duduk disamping Johnny. 

"Apa kamu ada penjelasan soal ini Mark?" tanya Johnny memulai pembicaraan, 
"Aku belum bisa jelasin Pa, tapi aku nggak ngelakuin yang ada di berita itu." ucap Mark, mendengar pembelaan itu Hendery mendengus.

"Gue lebih percaya sama Haechan daripada lo." ucap Hendery,
"Haechan? Haechan bilang apa?" pertanyaan Mark membuat Hendery dan Johnny saling menatap,
"Ya bilang kalo lo selingkuh lah anjing, sadar diri lah minimal kalo brengsek jangan setengah-setengah." Hendery menggebrak meja, Johnny menarik tubuh Hendery agar duduk kembali. 
"Saya juga lebih percaya sama Haechan, dia kasih bukti. Jaemin hamil, kan? anak kamu." berita itu baru di dengar Hendery, kedua mata kakak Haechan itu membola, kaget dengan fakta ini.

"Bajingan, cerai sama Haechan sekarang!" bentakan Hendery membuat Mark terdiam, ia tidak bisa membalas, bahkan ketika Hendery yang sudah kepalang kesal dengan Mark menarik kerah pria itu dan memberikan pukulan bertubi-tubi pada Mark. Si korban tidak memberikan perlawanan apapun. 

"Udah bang, udah." ucapan Johnny membuat Hendery menghentikan aksinya, Johnny berdiri dari duduknya.
"Kalo kamu bisa kasih bukti dalam dua hari kalo kamu nggak selingkuh, saya batalin gugatan saya ke hukum." ucap Johnny sebelum ia bersama dengan Hendery berjalan meninggalkan Mark di ruang makan.

"Pa, Haechan dimana?" pertanyaan Mark membuat Johnny menghentikan langkahnya di depan pintu, 
"Menurut saya, lebih baik kamu fokus cara nyelesein masalah kamu dulu daripada nyari Haechan. Dia aman." setelah itu Johnny dan Hendery benar-benar meninggalkan Mark di kamar hotel. 

"Ya Tuhan! pengen banget aku tabok kepalanya pake patung budha biar sadar diri." umpatan Hendery membuat Johnny tertawa,
"Kan tadi udah kamu hajar bang." 
"Ck, kurang puas." Hendery masih tidak habis pikir dengan Mark, bisa-bisanya dia menyangkal kalau dia tidak selingkuh?! astaga, padahal kalau Mark mengaku dia akan lebih baik pada Mark. 

"Kalo orang otaknya udah brengsek gitu susah buat diubah." Johnny masuk ke dalam mobil mereka yang sudah ada di depan hotel, Hendery masuk ke dalam mobil dan duduk dikursi kemudi. 
"Susah..susah. Mau jemput Chenle sekarang Pa?" tanya Hendery yang dibalas anggukan oleh Johnny,
"Yuk, sekalian tadi Baba nitip belanjaan katanya mau buat hotpot. Haechan juga mau pulang nanti malem." ucap Johnny, 
"Oke, dirumah temennya yang itu kan?" tanya Hendery,
"Iya si Jisung, anaknya Lucas tuh." 
"Loh? anaknya Lucas?" tanya Hendery sambil mulai menjalankan mobilnya,
"Iya, temen kuliahmu ituloh." 

"Ck, sengklek kayak bapaknya nih pasti." Johnny tertawa mendengar ucapan Hendery, yah Hendery juga sebelas dua belas sifatnya sepertinya. 


Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang