15.

4.7K 460 32
                                    

Ten dan Hendery bergantian berjaga di kamar rawat Haechan selama tiga hari ini dan Haechan belum juga sadar, Chenle juga setiap pulang sekolah mengunjungi Haechan bersama dengan Jisung. 

"Pa.. Papa kapan bangun sih? Lele kangen Papa." Chenle berucap ketika dirinya berada di kamar itu hanya bersama Jisung dan Haechan, Hendery pergi untuk membeli makan malam. Jisung yang tadinya sedang membaca buku mengalihkan pandangannya ke arah Chenle, anak itu duduk disamping ranjang Haechan dengan kepala yang ditumpukan ke tangan sambil menatap Haechan. Jisung jadi ikut sedih karena pujaan hatinya itu juga sedih, 

"Jangan sedih gitu, nanti pas bangun Papa lo malah ikutan sedih soalnya lo nangis." ucap Jisung,
"Siapa yang nangis sih?!" protes Chenle, anak itu meluruskan tubuhnya lalu malah diam-diam mengusap pipinya sambil kembali membaca bukunya, Jisung mendengus lalu tertawa kecil.

"Adek?" suara serak dan lirih itu membuat Chenle langsung menoleh untuk menatap Haechan.
"Papa," senyuman lebar langusng terukir di bibir Chenle, 
"Minum de.." Haechan melepaskan alat bantu pernafasannya dengan perlahan sedangkan Chenle langsung berbegas mengambil botol minum dan sedotan, Jisung yang melihat Haechan sadar juga membantu Haechan menaikkan ranjang agar Haechan tidak perlu susah-susah untuk duduk. 

Setelah Haechan meminum air, lelaki manis itu menatap Chenle, "Nangis ya?" tanyanya,
"Ih enggak tau Pa." ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Lucu. 
"Yang lain kemana de?" tanya Haechan,
"Masih beli makan malem, oiya, Papa makan dulu, Lele cariin bubur dulu ya Pa." Haechan menahan tangan Chenle kemudian menggeleng,

"Papa nggak laper, nanti aja ya." ucap Haechan,
"Huft yaudah, tapi nanti makan ya Pa. Janji." 
"Iya janji dek." 

Ketiganya menghabiskan waktu bersama dengan mengobrol sampai Hendery akhirnya kembali, dengan suara yang tak bisa dibilang pelan itu Hendery langsung menghampiri Haechan dan memeluknya dengan erat. 
"Akhirnya lo bangun juga cil." 
"Bang udah bang, ga kuat." Haechan sampai menepuk lengan Hendery yang memeluknya terlalu kuat, kakaknya itu hanya tertawa lalu kemudian memberikan makanan yang sudah dibelinya pada Chenle dan Jisung.

"Papa sama Baba aman?" tanya Haechan, mendengar pertanyaan itu Hendery mengernyit bingung,
"Aman kok, kenapa emang?" tanya Hendery. 
"Pa, jangan bilang kalo kecelakaan itu sengaja?" pertanyaan Chenle membuat semua orang terdiam, tetapi kemudian Haechan tersenyum.

"Belum pasti, tapi semoga aja enggak. Papa cuma mastiin aja," balasnya. 
"Dah dah, makan dulu sini." Hendery memecah suasana agar tidak terlalu serius, Haechan baru saja sadar jadi lebih baik jangan dibuat berpikir dulu. 

Begitu mendengar kabar jika Haechan sudah sadar Johnny dan Ten langsung bergegas ke rumah sakit, bahkan sampai berangkat sendiri-sendiri karena Johnny masih berada di kantor sedangkan Ten dirumah. 

Ten langsung memeluk tubuh Haechan begitu melihat anaknya yang sedang makan malam dengan disuapi oleh Chenle. 
"Anak Baba.." Ten sampai menciumi seluruh permukaan wajah Haechan saking senangnya, 
"Babaaa ihh aku lagi makan." protesan itu membuat Ten melepaskan pelukannya, ia mengambil alih mangkuk berisi bubur dari tangan Chenle dan menyuapi Haechan. 

"Chenle kamu ada jadwal les tapi bolos ya hari ini?" pertanyaan Johnny membuat Chenle sontak tersenyum kaku lalu menunjuk Jisung,
"Jisung yang ajakin."
"Loh kok?" 

Tanpa perlu ditanya lagi pasti semua orang juga setuju jika pelakunya adalah Chenle dan ia sengaja.
"Adek ya, orang lagi masa ujian juga kok masih bolos les?" tanya Haechan,
"Lele mau temenin Papa.." Chenle menundukkan kepalanya, dia sudah tidak berdaya lagi jika berhadapan dengan Haechan. 

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang