21.

3.9K 426 39
                                    

Entah sudah gelas keberapa yang Mark habiskan untuk melegakan pikirannya, ia masih berada di apartemen hingga sekarang bersama dengan Jaemin yang lebih sering menginap disana daripada dirumahnya sendiri. 

"Mas, udahan minumnya, udah abis dua botol loh." Jaemin mengambil satu botol wine yang kosong dan satu botol lain yang masih tersisa untuk menjauhkannya dari Mark. 
"Ck apasih, nggak usah ikut campur deh." Mark mencoba meraih botol wine dari tangan Jaemin tapi lelaki itu malah berlari dan menuju ke dapur. 

Mark berdecak kesal, besok adalah hari dimana putusan hakim akan diberikan dan dia akan menandatangani surai perceraian dengan Haechan. Ia tidak punya bukti apapun untuk membela dirinya, yang bisa dia lakukan adalah meminta Haechan meringankan tuntutannya, tapi entah dengan Jaemin, lelaki manis itu bisa saja masuk penjara kalau orang tuanya tidak turun tangan. 

"Lo mending pulang aja deh, anak lo nggak kasian lo tinggal mulu?" pertanyaan itu membuat Jaemin terdiam, ia teringat dengan Joel yang dirumah, ini sudah pukul sebelas malam. Tanpa membalas ucapan Mark, ia mengambil tas-nya dan pergi dari apartemen Mark untuk pulang. 

Sepeninggalan Jaemin apartemen Mark jadi semakin sepi, hanya ada suara dentingan jam yang seolah mengingatkan Mark kalau hidupnya hancur besok pagi. Rasa kehilangan? tentu saja ada, dia bersama dengan Haechan sudah lebih dari 15 tahun, tapi ia tidak bisa melepas Haechan ataupun Jaemin. 

Helaan nafas keluar dari bibir Mark, matanya kembali menatap ke arah televisi dengan layar hitam itu, ia bisa melihat bayangan dirinya sendiri. 
"Aku pengen ketemu Haechan lagi." gumamnya. 


Keesokan harinya Mark sudah bersiap untuk pergi ke pengadilan sejak pagi, ia tak langsung pergi ke gedung melainkan pergi ke restoran Haechan untuk sarapan sekaligus makan siang. Biasanya jika dia pergi bersama dengan Haechan, kepala koki akan langsung menghampirinya untuk memberikan menu terbaik mereka, terkadang Haechan sendiri yang akan memasak. 

Sidang final hari ini akan dilakukan pukul satu siang, ia masih punya banyak waktu sebelum pergi ke gedung pengadilan. Begitu makanannya datang ia langsung memakan makanannya, namun ditengah kegiatannya menghabiskan makanan pandangannya langsung teralihkan begitu dia melihat ada sosok yang ingin dia temui sedang berjalan masuk ke dalam restoran bersama seseorang. Dan seseorang itu adalah Jeno. 

Mark merasakan apa yang dirasakan oleh Haechan ketika melihat suaminya itu bersama dengan Jaemin, tapi ia berusaha untuk mengontrol emosinya. Mark bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Haechan yang baru selesai berbicara dengan kepala koki, 

"Haechan," si pemilik nama menoleh, raut wajahnya berubah ketika melihat Mark yang berdiri tak jauh darinya,
"Kenapa?" tanya Haechan,
"Kenapa nggak anter sama Yangyang aja?" Mark melirik Jeno dan kembali menatap Haechan,
"Ya emang kenapa? Jeno juga temen aku, kamu udah nggak ada hak buat ngatur dengan siapa aku pergi sekarang." Mark hampir saja tersulut emosinya jika dia tidak ingat alasannya ingin bertemu dengan Haechan tadi.

"Iya, maaf." 

Haechan mengalihkan pandangannya ke ponsel, " Kalo nggak ada apa-apa lagi, pergi aja." ucap si manis.
"Maaf, aku cuma mau liat kamu aja." jawab Mark,

"Yaudah liatin aja dari jauh kenapa sih? nggak usah deket-deket," 
"Haechan,"

"Apalagi?"
"Boleh aku minta peluk?" Jeno hampir saja bangkit dari duduknya untuk memberikan pelajaran pada Mark jika saja Haechan tidak menahan Jeno. 

"Nggak mau, sana peluk Jaemin aja. Abisin makanan kamu dan cepet pergi dari sini." 



Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang