17.

4.3K 456 43
                                    

"Pa, Papi belum ada kabar?" Joel bertanya kepada Jeno ketika mereka sedang berada di meja makan menikmati sarapan, Jeno mau tak mau mengurus Joel dan memasak sebiasanya. Tetapi Joel tidak memprotes soal rasa masakan yang dibuat oleh Jeno,

"Belum, Papa bakal berusaha ya Nak." Joel meskipun marah pada Jaemin karena perbuatannya pada Haechan, tetap saja dia khawatir pada Jaemin, keberadaannya menghilang begitu saja. Tanpa kabar dan tanpa jejak. 

"Maaf ya Papa belom bisa anter kamu ke sekolah hari ini." ucap Jeno,
"Nggak papa kok Pa, kan Papa juga sampe sewa sopir buat aku." Joel tersenyum menatap Jeno.

Setelah menyelesaikan sarapan dan memastikan Joel sudah diantar oleh supir sewaannya, Jeno kembali ke kantor polisi untuk mencari kabar perkembangan Jaemin, dan dia juga akan pergi mengelilingi kota untuk mencari Jaemin. Jeno yakin kalau Jaemin tidak akan berani keluar dari kota karena dia sedang hamil, apalagi itu anak Mark. 

Rahang Jeno mengeras saat mengingat hal itu, ia sangat payah jika harus marah dihadapan orang lain, ia hanya bisa melampiaskan dibalik ramainya dunia, ketika gelap menyapa bersama dengan satu botol minuman berakohol yang selalu menemaninya. 

Ketika sampai di kantor polisi dia langsung pergi ke petugas yang kemarin membantunya dalam melaporkan kehilangan, 
"Maaf ya Pak, belum ada kabar, terakhir kami cek cctv dia ada di halte bus kota. Kita sudah coba telusuri disemua tempat berhenti tapi belum ada kabar." 
"Kalo saya boleh tau itu arah bis kemana aja ya biar saya juga ikut cari." 
"Sebentar ya, saya kasih catatan karna lumayan banyak." tak lama kemudian petugas itu memberikan kertas berisi tempat pemberhentian bus yang mungkin dilewati Jaemin. 

Setelah menerima kertas itu Jeno pamit pergi dari kantor polisi dan memulai pencariannya, Jeno mengendarai mobilnya dengan pelan sambil memperhatikan jalanan, ia bahkan masuk ke desa hingga perumahan yang dilewati bus tapi bahkan sampai sore menyapa dia belum mendapatkan petunjuk apapun. 

Jeno menghentikan mobilnya di sebrang taman kota diantara mobil lain yang terparkir disana, pria itu turun dari mobil, membeli satu cup kopi panas di sebuah cafe lalu membawanya ke taman, duduk dipinggiran jalan setapak yang menghadap ke arah sungai. Jeno mengambil satu pak rokok dan mengeluarkan satu batang lalu membakar batang nikotin itu sebelum menghisapnya. 

Jeno menatap jauh ke depan, ia melamun, ingatan-ingatan dirinya dengan Jaemin terputar dikepalanya tetapi tak satupun dari itu yang menghangatkan hatinya kini. Ia sudah terlanjur sakit dan tidak percaya lagi pada Jaemin. 

Rokok baru habis dua batang, kopi baru habis setengah, sebuah pesan masuk ke ponsel Jeno dan mengabari kalau si pemilik pipi gembul dan bibir hati mengajaknya untuk bertemu. Iya, Haechan. Lantas Jeno yang baru menyalakan batang rokok ketiganya langsung mematikan rokok dengan memasukkannya ke cup kopi yang masih tersisa setengah lalu membuangnya ke tempat sampah. Jeno kembali ke mobilnya untuk menemui Haechan dirumah, seingatnya kalau Haechan sudah bisa pulang tentu hari ini dia sudah berada dirumahnya. 

Begitu sampai dirumah Haechan rupanya anak itu sudah menunggu dikamar, Xiaojun yang menyambutnya dan mengantarnya ke kamar Haechan,

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Jeno ketika Xiajoun meninggalkan kamar Haechan, 
"Aku cuma mau ngasih tau kalo Jaemin sekarang ada sama Mark." Haechan memberikan tabletnya pada Jeno, ia memperlihatkan rekaman kamera tersembunyi yang Haechan taruh di apartemen milik Mark itu. 

"Tapi keadaannya nggak baik-baik aja," Haechan berucap, ia menatap Jeno yang nampaknya sudah mengerti. 
"Maaf... aku gatau kalo Mark bisa se-nekat ini." 
"Nggak perlu minta maaf, bukan kamu yang salah." Jeno mengusap kepala Haechan, entahlah hanya refleks Jeno. 

"Hati-hati kalo kesana, kasian Jaemin kalo nggak dijemput sekarang." kepala Jeno mengangguk,
"Makasih ya informasinya, jadwal terapi kamu kapan?" tanya Jeno,
"Masih minggu depan kok, hari Selasa sih." 
"Yaudah, aku pergi dulu ya. Sukses sama sidangnya," Haechan tersenyum dan mengangguk menanggapinya, setelah itu pria itu pergi meninggalkan kamar Haechan. Ucapan Jeno tadi membuat Haechan sedikit heran, apa Jeno tidak akan melakukan hal yang sama sepertinya? 

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang