24.

3.9K 416 96
                                    

Pagi ini Haechan terbangun masih di rumah Jeno, ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Jeno namun nihil. Apa dia pergi bekerja? 

Haechan bangkit dari tidurnya, tak lupa membenarkan kemeja yang dipakainya sebelum keluar dari kamar. Ternyata dugaannya salah, Jeno sedang berada di dapur, dari suaranya sih sedang memasak. Ketika Haechan melihat jam yang ada di dinding ruang tengah, masih jam delapan. 

"Morning." Haechan mengambil duduk dikursi pantry, menunggu Jeno menyelesaikan masakannya. 
"Morning. Masih pusing?" Haechan menggelengkan kepalanya, 
"Habis ini aku mau siap-siap buat kerja, aku anterin kamu dulu tapi." 
"Iyaaa, bawel. Sarapan-nya apa?" tanya Haechan,
"Roti sama telor aja, gabisa masak yang enak enak kayak kamu soalnya." Haechan terkekeh mendengar itu, 

"Teh-nya minum dulu," Haechan mengambil secangkir teh hangat yang tak jauh darinya, meminumnya perlahan hingga sarapan buatan Jeno selesai. 
"Hari ini mau ngapain?" tanya Jeno sambil memakan rotinya, begitupun dengan Haechan. 
"Mau nyamperin Mark si bajingan." jawaban Haechan membuat Jeno bertanya-tanya, bukankah Haechan tidak ingin melihat Mark lagi?
"Loh, ngapain?" 
"Ada deh." jawab Haechan, 
"Kalo ada apa-apa kabarin, jangan matiin handphone." kepala Haechan mengangguk mendengar itu, 
"Posesif banget." 
"Iya Mark nggak bisa dipercaya soalnya, Jaemin udah jadi korban." mendengar itu Haechan teringat bagaimana Mark mengurung Jaemin dulu,

"Bener juga." 
"Yaudah pokoknya hati-hati," 


Setelah menyelesaikan sarapan dan membersihkan diri, Jeno mengantarkan Haechan ke tempat yang dia inginkan, yaitu ke rumah Mark. Jujur saja kalau Jeno khawatir sekarang, tak bisa dipungkiri kalau dia takut Mark melakukan hal yang diluar batas pada Haechan, mengetahui kalau Haechan sudah membuat Mark kehilangan perusahaannya dan memulai hidup dari bawah lagi. 

"Aku pergi dulu, makasih tumpangannya." ucap Haechan, lagi-lagi Jeno berpesan agar Haechan berhati-hati. Sepeninggalan mobil Jeno itu Haechan berjalan pelan menuju ke sebuah rumah yang tak terlalu besar, cat-nya perpaduan warna abu-abu dan putih. Haechan memencet bel rumah beberapa kali sebelum akhirnya seseorang membukakan pintu dan itu adalah Mark.

"Haechan?" Mark terkejut melihat tamu yang datang ke rumahnya, sangat tiba-tiba sampai Mark lupa mempersilahkan Haechan untuk masuk.
"Nggak disuruh masuk?" pertanyaan Haechan membuat Mark tersadar dari lamunannya,
"Eh iya dek, masuk aja masuk." Mark membuka pintu rumahnya lebih lebar dan membiarkan Haechan masuk ke dalam rumahnya, sedikit berantakan tapi tidak masalah juga. Terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar, 

"Ck, bentar ya dek," Mark meninggalkan Haechan diruang tamu untuk menenangkan Arsen yang masih menangis, tapi lima menit Haechan menunggu suara tangisan Arsen tidak berhenti. Haechan berjalan menghampiri sumber suara yang berasal dari kamar yang tak jauh darinya, bukan di lantai dua. 

Haechan bisa melihat kalau Mark menggendong anak Jaemin dan Mark, setahu Haechan namanya Arsen, jangan tanya dia tahu darimana. 
"Ganti popoknya coba, biasanya jam segini anak kecil perlu ganti popok." Haechan memberikan saran pada Jaemin, namun pria manis itu tidak berniat membantu Mark dan hanya memberikan arahan, mana sudi dia membantu mengurus bayi yang bukan anaknya, mana anak selingkuhan mantan suaminya lagi. Tidak sudi sekali. 

Dan setelah popok Arsen diganti, bayi itu akhirnya berhenti menangis dan kembali tertidur setelah Mark memberikannya susu. Mantan suami Haechan itu kembali ke ruang tamu setelah selesai mengurus Arsen, 

"Mau minum apa? tapi cuma ada air putih sama susu uht aja sih." 
"Nggak usah, gue baru makan juga." jawab Haechan, akhirnya Mark tidak jadi pergi ke dapur dan duduk disofa untuk menyambut tamunya.

"Jadi, kenapa kesini?" 
"Nggak mau lama-lama sih, kenapa belom nikah sama Jaemin? bukannya dulu lo ngebet banget pengen nikah sama Jaemin?" pertanyaan Haechan langsung to the point, 
"Keadaannya beda Dek." jawab Mark, 
"Beda gimana? Sumpah lo brengsek banget anjing jadi manusia tuh. Ga kasian lo sama anak-anak Jaemin? Joel udah gede, dia tau semuanya." Mark menghela nafasnya, 

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang