22.

3.9K 424 34
                                    

Semenjak perceraian itu, Haechan lebih fokus pada kesembuhan dan mengurus cabang baru restorannya, ia akhirnya memutuskan untuk membuka cabang baru diluar kota untuk memperluas bisnis, ia bahkan membangun sebuah cafe di dekat universitas dengan harga pelajar tentunya, ia ingin membuat cafe yang bisa dinikmati semua kalangan. Sudah berbulan-bulan semenjak ia berpisah, lebih tepatnya enam bulan, Haechan juga sudah bisa berjalan meskipun masih dengan bantuan tongkat untuk menopang tubuhnya, tapi tidak bisa berjalan terlalu jauh atau berdiri terlalu lama. 

"Baba, aku mau pergi ke toko furniture dulu." ucap Haechan begitu dirinya selesai bersiap-siap, ia memaku penampilannya di cermin fullbody yang ada di kamarnya sebelum ia mengambil tongkat besi yang membantunya berjalan dan pergi keluar dari kamar. Kata dokter ia bisa berjalan dengan nyaman tanpa tongkat jika terus berlatih berjalan tanpa tongkat meskipun hanya beberapa waktu, 

"Mau sama siapa kesana-nya dek?" tanya Ten, lelaki itu tengah membuat topi dari benang crochet, niatnya sih untuk Haechan dan Chenle biar kembaran, mereka akan pergi berlibur minggu depan mengingat Chenle juga sudah memulai kehidupan barunya di SMA. 

"Sendiri Ba, tadi aku mau ajak Yangyang atau Sanha ternyata lagi pada sibuk." jawabnya,
"Yaudah, hati-hati ya. Bilang ke Pak Sewo buat jagain kamu juga pas masuk ke toko-nya, takut kamu kenapa-napa." 
"Iya Baba-ku sayang, aku berangkat dulu ya." Haechan menyalimi tangan Ten sebelum dia pergi meninggalkan rumah, ia bersama dengan sopir, namanya Pak Sewo dan mulai bekerja sejak beberapa bulan lalu ketika Haechan sudah bisa berjalan dengan bantuan tongkat. 

Toko furniture yang menjadi langganan Haechan adalah milik teman Haechan, oh sebenarnya mereka menjadi teman karena Haechan selalu memesan furniture di tokonya sih, namanya Hyunjin. Tentu saja sebelum pergi ke toko Haechan sudah memberikan kabar pada Hyunjin jika dia akan pergi ke tokonya, karena itulah kini Haechan sudah disambut oleh Hyunjin begitu dirinya keluar dari mobil,

"Lama nih nggak ketemu, gimana kabarnya?" tanya Hyunjin,
"Baik kok, usaha lo lancar?" tanya Haechan, mereka berdua berjalan berdampingan masuk ke dalam toko,

"Lancar nih, berkat lo juga."
"Ck kan gue cuma kasih tau ke temen-temen kalo perabotan di toko lo bagus-bagus." jawab Haechan, pria bermata sipit itu tertawa,
"Jadi mau cari furniture yang kayak gimana? atau mau dibikinin?" tanya Hyunjin,
"Gue liat-liat dulu deh, menurut lo yang suasananya cocok buat pelajar yang mana? gue lagi bangun cafe deket universitas." mendengar itu Hyunjin nampak berfikir, ia kemudian pergi ke bagian informasi untuk mengambil buku yang berisi list furniture mereka,

"Kalo buat pelajar mahasiswa gitu gue saranin yang comfy tapi juga modern, soalnya mereka ke cafe bisa sambil belajar sampe ber-jam jam biasanya." jelas Hyunjin, pria itu kemudian menunjuk satu kursi berwarna coklat, 

"Gue rekomendasiin ini, terus meja nya bisa yang ini atau ini." pria itu menunjuk furniture yang lain, sedangkan Haechan menganggukkan kepalanya mengerti, lelaki manis itu terlihat menimbang sesekali bertanya pada Hyunjin yang lebih tahu. Hingga proses pemilihan itu selesai Haechan pamit untuk pergi, 

"Makasih ya, nanti kabarin kalau mau kirim." ucap Haechan,
"Gue yang makasih ke lo, tiati ya dijalan." kepala Haechan mengangguk sebelum lelaki itu pergi ditemani oleh Pak Sewo, niat hati dia ingin pergi mencari makanan karena lapar, tapi yang paling dekat disini adalah mall. 

"Tapi kalo ke mall pasti jalannya jauh, restoran sini mana yang enak ya." Haechan memutuskan untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu sebelum mencari restoran dekat sini yang enak, lalu dia menemukan satu. 

"Pak ke restoran Wakey ya." 
"Oke Mas siap." 



Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang