16.

4.4K 447 18
                                    

 Johnny berjaalan keluar dari gedung pengadilan, dia sudah mengurus surat pengajuan cerai milik Haechan bersama dengan Ten. Karena Haechan masih dirumah sakit jadi mereka sampai melakukan panggilan telfon dengan Haechan ditemani dengan pegawai disana. 

"Kamu udah telfon pengacaranya?" tanya Ten, 
"Udah, dia nanti ke rumah sakit jam sebelas-an," jawab Johnny,
"Bagus, aku udah nggak tahan sama si Mark. Tapi orang tuanya kemana ya? kita perlu kabarin nggak?" Johnny membukakan pintu mobil agar Ten bisa langsung masuk,
"Biar aku aja yang urus itu." Johnny menutup pintu lalu dia berjalan memutari mobil untuk duduk di kursi kemudi mobil. 

Mobil milik Johnny meninggalkan parkiran gedung pengadilan dan mereka bergegas untuk pergi ke rumah sakit.


Keadaan rumah Haechan dan Mark kosong, sepi dan tak seperti biasanya yang ramai meskipun hanya ada Haechan dirumah itu. Mark duduk disofa ruang tamu, dia sudah dari semalam disana sambil melihat semua foto dirinya dan Jaemin yang entah darimana Haechan mendapatkannya. Sejak kapan? pertanyaan itu selalu terputar dikepala Mark jika dia memikirkan Haechan. Anak itu terlihat baik-baik saja selama ini, tetapi ternyata semuanya juga hanya sandiwara, kenapa Mark sendiri tidak menyadarinya? jadi selama ini Haechan marah padanya tanpa alasan karena memang dirinya sudah tahu jika ia selingkuh? 

Mark menghela nafas, ia mendudukkan tubuhnya lalu bersandar pada sofa. Semuanya sudah berakhir, dia tidak bisa berkutik sekarang. Mark mengambil ponselnya yang berada di balik tumpukan foto, ia menelfon nomor Jaemin tetapi sampai berapa kalipun dia menelfon tetap tidak ada jawaban.

"Dia kemana sih? Bikin masalah terus, disuruh diem nggak bisa. Ck." Mark berdecak kesal, ia memanggil nomor Jaemin lebih dari sepuluh kali tetapi dia tidak mendapatkan jawaban. Sampai sebuah pesan teks dari nomor tak dikenal masuk ke ponselnya dan pesan itu berisi share location yang entah ujungnya kemana. Tetapi Mark yakin kalau itu Jaemin, maka dengan cepat Mark berdiri dan keluar dari rumah setelah mengambil kunci mobilnya yang tergantung diatas rak sepatu. 

Hari ini Mark sengaja meliburkan diri dan membiarkan chief ceo yang menggantikan dirinya bekerja hari ini, keadaan perusahaan memang masih belum stabil dan proyek barunya bahkan berhenti total, bahkan terancam bisa dibatalkan, padahal sudah mencapai 50%. 

Mark mengendarai mobilnya dengan kecepatan 60 km/jam lumayan cepat karena jalanan yang dilewati oleh Mark lumayan senggang dan tidak ada titik macet. Perjalanan itu ditempuh Mark selama satu setengah jam hingga dirinya sampai disebuah desa kecil, jalanannya pun hanya bisa dilewati satu mobil dan satu motor, ia memarkirkan mobilnya di depan rumah yang memiliki halaman lumayan luas. Titik yang Mark terima berakhir disini, Mark turun dari mobilnya dan berjalan ke arah pintu rumah yang tertutup itu dan mengetuknya. Rumah itu terlihat sepi tak berpenghuni, bahkan tembok rumahnya tidak di cat dan hanya terbuat dari batako yang kasar, pintu rumahnya dari kayu yang tak dicat. Apa ada orang yang tinggal disini? 

Mark hampir mengetuk pintu lagi jika pintu di depannya tidak dibuka dan menampilkan sosok yang dicarinya, Jaemin. Lelaki itu langsung memeluk Mark dengan erat, 
"Mas...aku takut." ucapnya. Mark melepaskan pelukan Jaemin dan menatap laki-laki itu dengan pandangan kesal,

"Balik, kamu udah banyak nimbulin masalah." Mark menggeret Jaemin keluar dari rumah itu, Jaemin tak bisa lagi melawan, ia bahkan belum makan sejak dua hari lalu dan hanya meminum air yang dia beli dari warung tak jauh dari rumah yang dia tempati ini.

"Mas aku nggak mau! lepasin!"
"Nggak, kamu harus balik atau kamu bakal mati disini." Mark membuka pintu mobil dan mendorong tubuh Jaemin masuk ke dalam mobil, Jaemin berkali-kali mencoba untuk kabur tapi Mark mengunci mobilnya terlebih dahulu sebelum akhirnya ia berucap.
"Aku nggak akan bawa kamu ke Jeno, kamu sama aku." Jaemin berhenti memberontak, Mark berjalan ke arah kursi kemudi dan masuk ke dalam mobil. Mark melajukan mobilnya meninggalkan desa dengan Jaemin yang disepanjang perjalanan tidak banyak bicara hingga akhirnya tertidur. 

Not a Perfect Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang