6

1.6K 153 9
                                    

Di ujung koridor Dunk tersaruk-saruk menenteng buku di tangannya, beberapa kali Phuwin mencoba membantu namun lelaki manis itu tetap menolak dan bersikeras membawa buku itu sampai ke senior mereka.

"Ya ampun Dunk, aku sudah lelah"

"Phu, ke kelas duluan saja yah. Aku akan menyusul"

"Tidak.. tidak.. aku akan menemanimu"

Dunk menggeleng, wajahnya merasa tak enak. "Nanti senior pasti meminta banyak hal lagi, jadi kau tak usah ikut. Nanti kau kerepotan, ke kelas duluan saja"

Phuwin tertawa dengan gembira mengambil separuh buku di tangan sahabatnya, dengan langkah tegap dia begitu yakin. "Ayo cepat, sebelum para senior memarahi kita"

Bohong jika dia tak bahagia sosok Phuwin ada di sisinya, sejak dahulu awal sekali lelaki itulah yang menjadi alasannya tetap bersekolah. Jauh dari kata mampu bergaul dengan teman yang lain, Dunk akhirnya mendapatkan sosok hampir serupa dengan dirinya.

"Phuwin..."

Dunk lekas memberhentikan langkah, dia menatap kaget pada sosok lelaki tegap yang baru saja menghampiri Phuwin dari jarak agak jauh.

"Aww Joong, Kau ada kelas pagi ini?"

"Tidak"

"Lalu? Untuk apa kau datang pagi?"

Joong menggeleng pelan, tatapan pria itu lebih fokus pada buku yang ditenteng oleh sang adik. "Aku ada sedikit urusan, Ini mau dibawa kemana?"

"Ke senior"

Joong menyipitkan mata, "kenapa kau yang membawanya? Di grup mahasiswa baru jelas aku yang disuruh ke perpustakaan mengambilkan buku ini"

Apa ini? Kesalahpahaman atau ulah Dunk yang di sengaja. Tak banyak komentar lagi, Phuwin menyerahkan sejumlah buku pada kakaknya. "Cepat bawakan senior, nanti aku menyusul membawa sisanya"

"Adik yang baik, jarang-jarang kau seperti ini"

Lelaki tinggi itu bersandar di tiang bangunan, bersedekap dengan posisi nyaman masih menunggu Dunk yang sejak tadi bersembunyi perlahan berjalan mendekatinya.

"Yang barusan itu apa?"

"Aku..." Dunk berdehem pelan, wajahnya pucat. "Ingin cari perhatian pada senior, se-sebenarnya maksudku yah kau tau lah..."

"Atas dasar apa kau mau membantu kakakku?"

"Karena dia kakakmu,"

Phuwin berjalan dengan wajah penuh rasa curiga, menyandarkan sikunya di pinggiran pagar tembok. "Dunk... Kau sakit?"

"Aku hanya ingin berbuat baik" hentakan kakinya tak berhasil menjauh karena Phuwin lebih dulu memeluk lengannya.

"Jika kau tak ingin sakit, Jangan pernah menaruh perasaan padanya." Bisikan pelan penuh peringatan, Dunk merasa perih tiba-tiba di hatinya. "Apa kau mendengar ku?"

"Phu... Kenapa kau tidak menjelaskan alasannya ketimbang melarang?"

Sontak Phuwin menyudutkan sahabatnya di tiang, menatap tajam seolah tak terima. "Kau benar-benar mencintainya?"

"Phu... Apa yang salah?" Ada kepedihan dalam nada suara Dunk,

"Hentikan perasaanmu" kata Phuwin serius

"Phu, ayo santai saja. Kau terlalu tegang"

Sepertinya tidak, karena kini lelaki itu menarik kerah bajunya kuat. "Dunk hentikan kegilaan ini, apa kau tuli?"

Dunk termangu, tak terasa lagi nafasnya menyempit. "Phu.. lepaskan"

"Kau kenapa? Tiba-tiba sekali melirik kakakku?, Apa kampus ini kekurangan lelaki tampan?"

My Sweet Heart [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang