12 nc (18+)

4.1K 137 12
                                    

Hembusan nafas hangat yang memabukkan, suara kecapan di tiap detik. Dunk memejamkan matanya dengan mulut terbuka, sensasi gila yang luar biasa. Cahaya api unggun dari luar tenda nampak jelas, keduanya menautkan jemari.

"Joong... Eughhh..." Tangan lentik itu sedikit memberontak, berusaha menjauhkan kepala Joong dari nipplenya. "Joong, geli sekali..."

"Hmm..." Hanya suara sahutan dibawah sana, Joong meregangkan salah satu lengannya dan menatap wajah si manis "Dunk Sangat cantik, menggemaskan."

Mereka tertawa pelan, saling merasakan nafas lebih lama. Membiarkan perasaan gila memenuhi hati mereka, terlihat wajah Dunk sudah memerah semu. Tak ingin mengulur waktu, Joong menciumi dengan gemas bibir penuh itu. Melucuti satu persatu pakaian sang kekasih berakhir dirinya menenggelamkan diri dalam kelembutan, kulit seputih susu tanpa cacat sedikitpun.

"Ayo berbalik..."

Dunk mengernyitkan dahi, kemudian tengkurap. Terasa tubuh kekar itu menaiki punggungnya, menyapu lembut permukaan kulit sesekali menjilat ringan memberikan sensasi geli luar biasa. Dunk memejamkan mata, menggigit bibir dengan usaha kuat menahan desahannya.

"Joong... Ahhh..."

Tubuhnya total merinding, benda keras yang tumpul menggesek pelan di tengah bongkahan pantatnya. Terasa kuat Joong bahkan meremasnya dengan gemas, Dunk menenggelamkan kepala di bantal.

"Shhh... Dunk, apakah ini cukup licin?"

Tak tau jelas, tapi rasanya ini tetap akan sakit. Jadi Dunk hanya diam tak bergerak, dia membiarkan Joong mengeluarkan sperma lebih banyak agar mempermudah holenya bisa dimasuki.

"Jangan terlalu cepat memasukkannya, sakit sekali"

"Tidak kok, aku akan pelan"

Joong tertawa kecil mendengar rintihan kekasihnya, melebarkan kedua kaki Dunk kemudian menggesek kejantanannya lebih cepat. Cairan putih yang keluar sedikit demi sedikit nampak meluber hingga ke hole sempit milik Dunk, jemari tengah itu mulai mencari akses ke dalam sana. Satu jarinya lolos dengan kehangatan luar biasa, Joong meneguk saliva membayangkan bagaimana jadinya jika yang tertanam di hole itu adalah penisnya. Sial, ini nikmat sekali.

Perlahan-lahan Joong menggerakkan jari tengahnya, Dunk menjerit dan dia tetap melanjutkan. "Sabar sayang, sakitnya akan hilang"

Dunk tak banyak bicara, hanya meringis saja dan meremas bantal. Suasana cukup hening, para pengunjung di sana sepertinya sudah istirahat di tenda masih-masing. Dia dan Joong masih menggila diatas perapian, beruntunglah Dunk membawa alas tidur yang sangat tebal berujung memberi kenyamanan saat melakukan aktivitas panas ini.

"Apa masih sakit?"

Sekilas Dunk mengangguk, dan Joong memasukkan dua jarinya untuk akses lebih luas. "Ahhh.. Joong, pelan..."

"Iya sayang, ini pelan"

Satu tangan Joong mengusap penisnya sendiri, dan menatap punggung putih Dunk. "Aku akan memasukkannya, jangan menangis yah"

Dunk mengangguk, menenggelamkan lebih jauh kepalanya di bantal. Joong mulai menggesekkan lebih kuat kejantanannya di antara dua bongkahan kenyal itu, jemarinya menekan agar bisa lolos memasuki hole yang hangat. Joong menahan tubuh bergetarnya, begitu sempit dan ketat. "Ahhh... Sial, terakhir kali melakukannya tak seenak ini"

"Hah?"

"Tidak sayang, tidak apa-apa" Joong memejamkan mata, meremas kedua bokong si manis. "Apa ini sakit?"

"Sakit..." Cicit Dunk.

Joong mengerti, hanya butuh waktu lebih lama lagi. Dunk akan terbiasa, dan dia mulai menggerakkan penisnya pelan-pelan. "Shitt... Ahhh..."

"Joong pelan.."

"Shhhh, ini pelan sayang ..."

Dunk mengatur nafas, merasakan jilatan kecil kembali membasahi punggungnya. Dia mencoba menahan jeritan, dan berangsur rasa nikmat menikam di belakang sana.

Sial, ini terasa berbeda. Benda tumpul menghantam titik nikmatnya, sembari mengatur nafas Dunk terhanyut dalam kenikmatan luar biasa. "Ahhh... Joong, please..."

"Humm?" Joong tertawa puas, membalikkan tubuh Dunk menghadap dirinya. Mereka menatap dalam, saling melumat bibir dalam kebahagiaan. "Apa ini terasa enak?"

Mata hitam bersinar terang, senyum nakal Dunk semakin membuatnya mabuk. "Ahhkk... Joong.."

"Iya sayang?"

Dunk mengalunkan tangan di leher Joong, wajah tampan yang memukau berkeringat dan mengeram memasuki tubuhnya. Dia merasa telah memiliki Joong sepenuhnya, tanpa jeda dan perasaan untuk orang lain lagi, Joong telah mengatakan cinta sepenuhnya.

"Ahhh... Ahhh..., Joong lebih cepat"

Tak sampai disitu, Joong bahkan memberikan tanda cinta sebanyak yang dia bisa. Menggerakkan penisnya terus berjalan di tiap inci menciptakan bercak-bercak merah, hak paten miliknya untuk seluruh tubuh Dunk.

Satu tangan kekar mengusap penis si manis, memainkannya dengan gemas memberi sensasi terkejut yang menumpahkan cairan putih di perut Dunk. Keduanya tertawa kecil, meneruskan hubungan intim begitu nyata. Suara jangkrik diluar tanpa harga diri, desahan kecil hingga besar tertutup kebisingan hewan malam.

Joong menggeram tertahan, menciumi lebih dalam bibir manis kesukaannya. Mereka memainkan lidah lebih lama, bertukar saliva lebih banyak. Menyemburkan cairan putih diatas perut Dunk, lelaki tegap itu memainkan penisnya dengan lebih cepat menyelesaikan segalanya. Total permukaan rata pada perut Dunk begitu kental dan licin, satu tangan menyangga kepala si manis.

"Joong... Akhhh..." Usil sekali, lelaki itu kembali memasukkan penis ke dalam holenya. "Lepaskan, ini sesak sekali..."

"Besok saja..."

Dunk membelakangi kekasihnya, membiarkan Joong menyatukan tubuh mereka tanpa henti. Hangat sekali, lembut dan begitu licin. Rata permukaan perutnya di usap main-main oleh Joong, mereka cekikikan dan saling memeluk lebih erat.

"Jika aku terangsang, aku akan menggerakkannya lagi"

"Shia... Joong, sudah..."

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa tinggalin jejak kak, maaf masih berantakan, makasih udh mampir 🙏🏻

My Sweet Heart [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang