Dunk berdiri dan mengambil beberapa daging BBQ mentah di atas counter table, diletakkannya di pemanggang dan mulai menata selada, namun tiba-tiba dia merasa sebuah tangan terjalin memeluknya dari belakang hingga menyandarkan dagu di bahunya. "J-joong?"
"Jangan bergerak, aku ingin memelukmu lebih lama"
Wajah manis menjadi lebih merah sekarang, tak bisa menapik kenyataan bahwa perasaan hangat dan puas saat Joong memeluknya semanis ini. Perasaan yang luar biasa, begitu intim dan penuh kasih sayang. Matanya penuh rasa haru, sekilas terpikir bahwa yang mereka lakukan terasa seperti diambil langsung dari dunia dongeng. "Joong... Kita akan belajar?"
"Aku belum tau pasti tentang perasaanku.. tapi Dunk, kau membuatku mendapatkan segalanya" lengannya teremat lebih kuat memeluk si manis, dalam diam, deru nafas menjadi irama yang menakjubkan. "Izinkan aku memelukmu dan belajar mencintaimu"
Seolah hati mungil telah berkabut, dia menggigit bibir dengan kuat "Joong, aku tidak bisa berhenti mencintaimu" suaranya serak, sikap lelaki yang dicintainya berbeda hari ini.
"Humm... Cintai aku saja, aku juga akan belajar mencintaimu. Berjanjilah Jangan pernah lepaskan tanganku"
Joong melonggarkan lengannya, membalikkan tubuh Dunk kemudian berdiri tegap. Memberikan senyuman kecil lalu mencium kening si manis, sebagai tanda kasih sayang dan harapan yang begitu besar.
Dunk tau ini akan repot, namun sial rasanya sangat manis, Dan sangat murni.. Perasaan bahagia, kasih sayang, kelegaan, cinta dan kehangatan, Semua dalam satu. Sejujurnya sulit untuk menggambarkan perasaan ini tetapi yang dia tahu ini adalah keadaan yang membuatnya terasa begitu hangat, Seperti sinar mentari yang cerah.
.
.
.
.
."Rasanya akan frustasi..."
Joong melirik sebentar, kepala kekasihnya kini total menjadikan meja sebagai bantal. Menggemaskan, dia mengusap lembut pipi Dunk. "Istirahat dulu..."
Dunk mengulum senyum, menutup matanya dengan rapat seolah mencegah perasaan gila dalam hatinya. "Joong tak perlu menatapku seperti itu"
"Seperti apa?"
Si manis Duduk dengan tegap, kemudian menutup mulut dengan jemarinya. "Huwaa... Joong terlalu manis, jangan terlalu manis padaku"
"Aku hanya mengatakan istirahat dulu jika kau lelah"
"Tapi wajahmu..." Suaranya melengking beberapa saat "huwaa... Aku tidak bisa, jangan membuat ekspresi seakan kau peduli padaku"
Joong menghela nafas panjang, tangannya merangkul Dunk mencoba menenangkan. "Aku kekasihmu, kenapa jika kau peduli?"
"Itu aneh, Joong... Ini sangat aneh" Dia jadi frustasi sendiri, wajahnya masam seakan lelah berfikir.
"Aku tak tau jalan pikiranmu"
"Kenapa kau tidak seperti biasa?, Kita baru beberapa hari menjadi kekasih... Jangan terlalu cepat berubah"
Lelaki tegap itu tersenyum kecil, membuka lembaran buku dan kini lebih fokus pada kertas-kertas didepannya.
"Ckk... Joong, lihat aku"
"Humm... Ada apa sayang?"
"Kau tidak mencintaiku kan?"
"Aku mencintaimu..."
Tak seenteng itu, orang-orang yang murni merasakan cinta akan bernafas berat dengan degup aneh saat mengatakannya. Namun Joong?, Dia hanya melihat senyuman ringan seolah tak ada beban di wajah tampan itu.
"Baiklah... Aku juga mencintaimu" Dunk mengakhiri kata, menyimak buku tugas diatas meja. Tak ada yang diharapkan dari hubungan kecil berjalan singkat, dia melihat Joong sedang berusaha. Namun entah mengapa, dia menjadi tamak dan tak sabaran.
"Hey..." Kehadiran pria manis lain didepan sana membuyarkan lamunannya, Phuwin muncul nampak riang membawakan sekotak roti dan dua varian selai. "Sarapan..."
"Phu, kau membawa banyak sekali" oceh Dunk menarik selembar, dia menatap lelaki lain ikut duduk bersama mereka.
"Kalian terlihat serasi" kata Pond, mereka saling menatap dan mulai sibuk mengoleskan selai "Dunk, bagaimana rasanya menjadi kekasih Joong?"
"Yah.. begitulah..."
"Ayolah... Akui saja bahwa kekasihmu ini sangat manis" Joong bersedekap "susah sekali..."
"Humm, dia manis" kepanikan Dunk berkurang, dia berdehem sejenak "Joong, kau mau rasa selai yang mana?"
Satu jarinya mengetuk dagu membuat gestur seakan berfikir, Joong menyeringai kemudian mendaratkan telunjuknya di bibir Dunk "yang ini..."
"Sialan... Kau menggoda kekasihmu didepan kami" Pond berusaha menarik lengan Phuwin "sayang.. ayo kita pergi dari sini.."
"Ya tuhan, kurasa aku akan memuntahkan semua isi perutku" Phuwin mulai berdiri, suasana terlampau manis dan liar. Dia memilih pergi bersama sang kekasih, "selamat tinggal, tukang penggoda..."
Dunk cego, rasa akan mencekik Joong saja. Dia menatap sengit pada kekasihnya, wajah manis itu memerah "tidak usah berlebihan begitu"
"Aku sengaja, agar mereka pergi" Joong tertawa kecil, menggosokkan tangannya ke pipi Dunk. "Apakah roti selainya enak?"
"Enak.. kau mau?"
Sontak membuka mulut, dia membiarkan roti selai masuk dalam rongga mulutnya. Mereka diam mengunyah makanan, rasa manis sedikit asam kemudian berpadu vanilla dari roti tawar membuat suasana semakin menyenangkan.
Joong mengambil tangan Dunk, menekannya mencoba membuat perhatian lelaki manis itu kembali padanya. "Dunk... Aku nyaman sekali"
"Nyaman... Nyaman bagaimana?"
Ini baru beberapa hari, sejak dari hari dimana mereka memutuskan untuk memulai hubungan. "Entahlah, aku hanya merasa begitu senang berada didekatmu"
Tak dapat dipungkiri, rasa hangat dihatinya datang sedikit demi sedikit. "Apa itu pertanda baik?"
"Tentu saja" keduanya mengikis jarak, tak peduli lalu lalang para mahasiswa disana. Mereka saling bersandar seolah detak jantung berirama indah, jemari bertaut dengan sempurna "Dunk... Bagaimanapun itu, aku merasa kau adalah obat kesakitanku.."
Dia selalu menutup diri, menolak perasaan orang lain dan berakhir tetap sendiri. Namun, saat dia mencoba untuk belajar menerima seseorang yang baru, dia tak menyangka akan selembut ini. Matanya menatap lurus, kenyamanan dari sosok manis disampingnya seperti fatamorgana.
Dia memutar kepala, menatap rambut berwarna sedikit kecoklatan dengan mengusakkan hidungnya. "Aku tak bisa menipu siapa-siapa, Dunk seperti malaikat" yang telah mengerjakan semuanya hanya agar dia tak kesusahan, mungkin itu adalah ungkapan yang pas untuk Dunk.
Si manis menyeka Mata dengan punggung tangan, seolah menahan gejolak aneh dalam hati dia total bahagia. "Aku senang, bahkan jika perasaanmu hanya secuil, aku sangat senang"
Keterkejutan yang konyol, Joong mengatupkan bibir menahan ucapan. Lengkungan bahu tegapnya sedikit ciut dan melemah, seraut wajah cantik yang jelas masih kecewa tak bisa disembunyikan. Joong tak bisa merasakan sesuatu yang begitu spesial, hanya bagaikan obat yang datang menutup lukanya.
Ini bukan yang pertama kali dia mencoba, semuanya diatur oleh hatinya. Seakan dirinya telah terperangkap diantara perasaan kecil sekedar kasih sayang dan cinta abadi yang sudah kuat mengakar jauh di lubuk hatinya, "Dunk... Jangan tinggalkan aku, aku mohon" kata-kata itu terdengar klise tanpa tujuan, "aku membutuhkanmu"
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Jangan lupa tinggalin jejak kak, maaf masih berantakan, makasih udh mampir 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Heart [Joongdunk]18+[END]
Fanfiction"Jangan menangis, mari kita belajar lagi" Joong tak bergerak sama sekali, dia menghela nafas panjang menatap langit buram. "Bagaimana jika aku gagal lagi, Dunk?" "Maka kita akan memulai lagi segalanya dari awal, setidaknya kita masih punya keyakinan...