18

1.4K 129 32
                                    

Malam yang membosankan, apakah kekasihnya sedang memeluk hangat orang lain di jam-jam seperti ini? Ahh iya, benar juga. Sepertinya menikmati suasana angin pantai yang menyejukkan dimalam hari adalah yang terbaik, berciuman di pinggir laut pasti jauh lebih menyenangkan.

Dunk tertawa kecil, dia duduk dengan posisi tegak. Mengusap matanya mempertahankan kesadaran, ada banyak hal yang bisa dipikirkan.

Lelaki manis itu melirik sejenak kearah jam dinding, masih terlalu awal untuk terlelap. Dengan langkah teratur mempersiapkan jaket dan tas di atas ranjang, Dunk mengirimkan beberapa pesan kepada sahabatnya. Alhasil, mereka berencana keluar bersama malam ini.

Tak cukup lama, dia telah bersiap dengan penampilan santai. Baju tipis terbalut jaket tebal, celana panjang kebesaran dan rambut yang bahkan tak sempat di tata rapi. Dunk keluar dari kamar menyelempangkan tas bergegas ke arah pintu rumah, sahabatnya melambai dengan ceria.

Dia tersenyum, suasana hatinya menjadi cukup baik dengan respon Phuwin yang setuju untuk tak ikut campur perihal kelanjutan hubungannya dengan Joong. Itu sudah sangat cukup menghilangkan keterpurukannya, secara... Jika ini dibahas lebih lanjut, dia akan terlihat menyedihkan.

"Aku membawa anjingnya Pond"

Dunk membalikkan badan ke jok belakang, anjing menggemaskan itu nampak malu-malu. "Siapa namanya?"

"Omo..."

Sontak dia tertawa renyah, nama yang aneh tanpa menemukan satupun makna. "Dia lucu"

"Ini pertama kalinya kau bertemu dengan Omo, yah?"

Dunk mengangguk samar, merogoh sakunya dan mengeluarkan bungkusan kecil berwarna perak. "Ayo Omo, mainkan ini..." Dunk menyorongkan tangan ke arah anjing itu, dengan semangat menggigit gigit. "Ya ampun, menggemaskan" sontak saja, kini hewan itu naik di pangkuannya.

"Dia suka padamu..."

"Benarkan, Omo? Kau suka padaku?" Jilatan kecil di punggung tangannya seolah menjadi jawaban, Dunk mengusak pipinya di wajah anjing itu. "Apakah aku harus mencari teman juga? Yang menggemaskan seperti Omo?"

"Katakan padaku jika kau ingin mencari anjing, Pond punya kenalan pemilik Pet shop"

Phuwin dapat melihat sahabatnya mengangguk pelan, menikmati kelucuan hewan itu sangat nyaman di pangkuannya. Sejenak pikirannya kembali khawatir, sejak kemarin kakaknya tak kunjung memberi kabar.

"Apa yang akan kau lakukan saat Joong kembali?" Pertanyaan dengan nada begitu lemah, namun sebisa mungkin Phuwin tak menciptakan ketegangan

"Tak ada salahnya membicarakan ini baik-baik, aku akan mengalah jika Joong tak bisa melepaskan masa lalunya"

"Dunk, maafkan kakakku-

-apa kau lupa dengan janjiku?"

Phuwin sedikit melirik, kemudian menggeleng "janji apa?"

"suatu saat, jika cintanya datang aku adalah orang pertama yang akan mengantarnya kembali" Dunk tertawa hambar, merasakan matanya kembali memanas. Sedari awal dia telah mempersiapkan diri, kenapa sekarang merasa seolah-olah dialah yang paling tersakiti "tak bisa melihat jalan hidup dari satu sudut pandang saja, bisa jadi Joong sudah mengusahakan segala cara untuk mencintaiku. Tapi jika tak berhasil, apa itu kesalahannya?"

"Dunk, tetap saja. Jika dia tak bisa dari awal, kenapa meminta kesempatan?"

"Dia pantas mencobanya, jika tak berhasil aku sudah siap menanggungnya. Aku mohon, setelah ini jangan salahkan Joong ataupun Nine" dia menggenggam tangan sahabatnya, seolah menyiratkan rasa simpati yang dalam "kita jalani semuanya seperti dulu lagi, Nine kembali untuk Joong bukan hal yang mudah. Dia pasti telah mengorbankan segalanya, Joong juga begitu. Penantiannya berbuah manis, kekasihnya kembali"

Sial, suara itu terdengar sangat dewasa. Sangat letih, Phuwin tak sanggup lagi membalikkan wajah. Air mata membanjiri kelopak matanya, dia tak bisa bergerak lagi. Hanya isakan kecil, seolah menggambarkan penyesalan luar biasa. "Maafkan aku Dunk, seharusnya dari awal aku tidak percaya pada kakakku"

Tapi dia hanya diam mendengar ucapan sesal dari Phuwin, berharap bisa memeluk lelaki itu namun sadar akan memperburuk suasana. "Phu, kita sedang membahagiakan dua hati. Melukai satu hati saja tak masalah"

.
.
.
.
.

"Apa kau pernah berfikir untuk hidup bersama selamanya?"

Joong mengangguk pelan, mengeratkan pelukan pada lelaki manis yang bersandar di dadanya "aku selalu memikirkannya, tapi terkadang aku takut"

"Tapi aku disini Joong, apa kau masih ragu tentang kita? Apa yang kau takutkan?"

Orang terkasih yang sempat menjadi asing kini benar-benar nyata ada dihadapannya, bertahun-tahun yang lalu telah habis dalam jeritan panjang penuh ketakutan. Seolah-olah Nine mencabut jiwanya meninggalkan raga tak bertuan, kini sosok itu datang berusaha kembali menumbuhkan cinta dihatinya. Hati yang bertahun-tahun lalu telah mati, sial... Air matanya terjatuh. Nine memeluknya semakin erat, tapi siapa yang dapat menahan ini? Air mata penuh rasa bersalah pada sosok penyembuh di tempat lain.

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu Joong. Jangan menangis"

Mimpi buruk sesungguhnya tersuguh kan, bagaimana dia bisa tetap tinggal disini? Dia terlalu jauh berlari, membawa Nine seolah bersikeras memegang teguh lelaki manis itu. Nyatanya dia sendiri tak paham kemana arah hatinya berlabuh, rasa bersalah melumpuhkan kewarasannya. "Nine..."

"Humm..."

"Bagaimana jika ternyata, seseorang berhasil menyembuhkan hatiku?"

Si manis nampak terdiam dengan wajah tertekuk. "Kau tak mencintaiku lagi?"

Joong membuang nafas dengan anggukan kecil, tak ingin terlibat dalam lika-liku drama panjang. Satu tangannya mengusap pipi Nine penuh kelembutan, berharap perasaannya dapat tersampaikan. "Nine, kau tak akan pernah terganti. Tapi Dunk memiliki posisi lain"

"Sudah kuduga, Aku sudah sangat terlambat..."

Joong menggeleng "takdir menempatkannya seperti ini, Nine tidak terlambat. Hanya saja, bukan Joong lagi. Joong sudah di takdirkan bersama orang lain, bukan karena Nine jahat..." dia menunduk dalam, penyesalan luar biasa menempatkan dua lelaki manis yang begitu di sayangnya dalam situasi membingungkan "bukan juga karena Dunk jahat... Takdir memperbaiki jalannya, bahwa Nine akan mendapatkan yang jauh lebih baik daripada Joong"

"Benar-benar tak ada kesempatan lagi yah, Nine sudah tergantikan?"

"Nine spesial, sampai saat inipun tak ada yang bisa menggantikan Nine" Joong bicara perlahan-lahan, menjelaskan penuh perhatian "bahkan Dunk pun tak bisa menggantikan posisi itu, hanya saja jalan sudah berubah. Tujuan kita tidak sama lagi, Dunk memiliki tempat tersendiri"

"Begitukah?" Nine tersenyum pilu, mengusap wajahnya yang banjir akan air mata "Dunk benar-benar hebat, bertahan dengan Joong yang menyebalkan" ada jenaka dari parau suaranya, lelaki manis itu tertawa kecil "dia benar-benar menakjubkan, membuat Joong begitu dalam mencintainya"

Satu hal yang dia tau, lelaki tampan dihadapannya bukanlah sosok orang yang gampang didekati. Jika dia mengingat awal pertemuannya dengan Joong, hanya akan ada kemurkaan. Sifat keras kepala, tak peduli, acuh tak acuh dan bahkan wajah datar sialan itu. Nine tertawa memukul pelan bahu Joong, matanya ikut tersenyum kala bibirnya membentuk lekungan.

"Dunk hebat sekali... Hiks, Nine jadi iri"

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Udh yah, cukup😭. Mataku udh bengkak-bengkak, gak mau bikin kesedihan ini berlanjut. Sampai sini aja😭. Pokoknya tetap Joongdunk forever 🤟, konfliknya gak usah panjang yah, dadaku sesak




My Sweet Heart [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang