Betting in Love pt 73

742 57 29
                                    


Jennie masih duduk di sana, bahkan saat bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar dua menit yang lalu. Sejak obrolannya dengan Yoongi istirahat tadi ia mulai berpikir untuk bicara dengan Rose. Tidak, Jennie tidak akan mengatakan pada Rose bahwa ia dan Yoongi baru saja bicara. Bukan saatnya untuk membanggakan diri, tidak ada yang perlu dibanggakan, justru jika Jennie mengatakan ia agak khawatir hal itu akan membuat Rose salah paham.

Tidak ada yang berubah, ya, antara Jennie dan Yoongi. Namja itu menyuruh Jennie segera masuk ke dalam kelas begitu bel istirahat berakhir, sementara dirinya akan menunggu hingga semua siswa masuk ke dalam kelas kemudian pergi dari sana. Apa yang berubah adalah Jennie, seperti yang sempat disinggung sebelumnya, ia berpikir untuk bicara pada Rose setelah sebelumnya menutup diri dari apapun yang berhubungan dengan siapapun dari mereka.

Yeoja itu menarik napas panjang lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Rose yang masih sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Kurasa kita perlu bicara." Ujar Jennie begitu sampai di hadapan Rose.

Terkejut karena Jennie berada di hadapannya, terlebih lagi mengajaknya bicara, Rose sempat terdiam untuk beberapa saat.

"J-Jennie-ya." gugupnya.

Jennie mencoba menyusun kata-kata di dalam pikirannya. Tidak ingin terkesan menyalahkan Rose, walaupun yeoja itu tetap memiliki kesalahan karena secara tidak langsung terlibat dan melindungi bangtan.

"Kau tahu.. Apa yang terjadi-"

"Mianhae, Jennie-ya. Aku benar-benar menyesal tidak memberitahumu saat aku mengetahuinya, semua itu cukup membebaniku. Aku minta maaf karena menyembunyikan semuanya, aku tidak bermaksud menyakitimu, jika aku tahu dari awal maka aku akan menghentikan hal itu. Aku besumpah."

Rose memotong kalimat Jennie dengan ocehan panjang. Ya, semua yang benar-benar Rose rasakan selama ini. Ia menyesal karena telah menyakiti Jennie. Bagaimanapun, Rose tetap terlibat, meskipun tidak dari awal. Egois memang jika Rose meminta Jennie memaafkannya dan melupakan semua itu, Rose tahu Jennie tidak akan melakukan itu. Rose sama buruknya dengan yang lain.

Jennie terdiam, agak terkejut dengan kalimat Rose yang panjang itu. Benar, ia memang menginginkan permintaan maaf keluar dari mulut Rose atau siapapun yang terlibat dalam pertaruhan bodoh atas dirinya. Tapi, rasanya tidak adil jika mereka mengharapkan sebuah pengampunan. Sial memang, ternyata Jennie belum benar-benar dapat meninggalkan apa yang sudah terjadi di belakang. Ia masih di sana, di dalam luka itu.

"Arraseo." Hanya itu yang bisa Jennie katakan.

Sejujurnya, Rose mengharapkan kalimat lanjutan tapi sepertinya Jennie sama sekali tidak berniat mengatakan apapun selain itu.

"Aku tidak akan memaksamu untuk memaafkan semuanya sekarang. Tapi Jennie-ya, jika kau butuh teman, aku masih di sini.. aku masih ingin menjadi temanmu."

Teman. Ya. Teman. Rose telah melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan seorang teman dan untuk itu akan sulit bagi Jennie menganggapnya kembali menjadi teman. Tapi Jennie tidak bisa memungkiri bahwa Rose adalah teman pertama yang ia punya di sini. Semua baik-baik saja, bukan? Pada awalnya Jennie dan Rose berteman, Jennie tidak tahu kapan pastinya Rose mengetahui tentang pertaruhan itu, tapi sebelum semuanya, mereka baik-baik saja. Kesalahpahaman mengenai Yoongi pun dapat mereka selesaikan dengan baik. Bukankah itu yang dikatakan pertemanan?

Untuk beberapa saat, keheningan berada di antara mereka. Jennie tidak ingin mengatakan apapun yang mungkin akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, begitupun dengan Rose yang memilih untuk menunggu apa yang mungkin akan Jennie katakan.

"Ya! Park Rose!" seru seseorang dari lorong, sebelum akhirnya pintu kelas kembali terbuka dan menampakan seorang yeoja yang langsung menghentikan niatnya begitu melihat Rose dan Jennie saling berhadapan.

BTS x BLACKPINK - Betting in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang