Seokjin keluar dari dalam mobilnya. Ya. Namja itu baru saja pulang setelah menemani Jungkook menyelesaikan masalahnya sekalipun masalah itu belum juga terselesaikan karena Yoongi masih tidak mengizinka Jungkook menemui Lisa. Ia berjalan memasuki rumahnya dengan rasa lelah yang teramat sangat, tanpa memperdulikan para pelayan yang menawarkan segala macam kebutuhannya seperti minum atau air hangat untuk mandi, Seokjin langsung memilih masuk kedalam kamarnya.
"Huff." Seokjin menghempaskan dirinya keatas ranjang.
Kejadian malam ini benar-benar menguras tenaganya, baik fisik ataupun pikirannya. Meskipun bisa dibilang semua itu adalah masalah Jungkook dan Yoongi, Seokjin tetap tidak bisa acuh tak acuh dan tidak peduli karena dirinya pernah berada diposisi yang sama seperti yang Jungkook alami saat ini. Posisi yang bahkan sampai saat ini tidak pernah berubah.
Baiklah, Seokjin memang sudah bertunangan, cincin pertunangannya bahkan tidak pernah dia lepas. Namun siapa yang tahu isi hatinya? Siapa yang tahu kalau masih ada Jisoo didalam hatinya? Ya, tentu saja, hanya Seokjin yang tahu dan menyimpan semuanya dengan rapih. Setelah pertunangannya dengan Sooyeon, Seokjin memang tidak pernah lagi bertemu dengan Jisoo dengan sengaja.
Yeoja itu terlihat baik-baik saja, tanpa dirinya. Dan Seokjin tidak ingin menghancurkan semua itu, dia lega karena Jisoo bisa melupakan sekalipun hal itu benar-benar menyakitkan baginya. Seokjin tidak bisa melakukan apa-apa selain melihat kebahagiaan Jisoo dari jauh dan berusaha hidup bahagia atau setidaknya pura-pura berbahagia disaat yang bersamaan.
Hidupnya seakan terbelengu saat ini, Seokjin tidak bisa lari atau menghindar, hanya satu hal yang bisa dilakukannya, ya, menjalani apa yang ada didepannya. Bertunangan dengan Sooyeon memang bukanlah hal yang buruk mengingat yeoja itu memiliki sifat idaman bagi seluruh namja kalangan bangsawan seperti Seokjin. Tapi sekali lagi, bukan itu yang Seokjin inginkan. Ya, bukan Sooyeon.
.
.
.
"Ayolah Rose-ah.. Hanya kau yang bisa membantuku.. Anni maksudku, membantu Jungkook.." rayu Jimin pada yeoja yang duduk disamping kemudinya saat ini.
Ya. Rose. Park Rose. Yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu dari Jimin sekaligus pion utama untuk rencana Jimin membantu Jungkook. Dan ya, saat ini Jimin tengah merendahkan dirinya memohon pada sepupunya itu agar mau membantu dirinya atau yang lebih tepatnya membantu Jungkook.
Aneh memang, hanya demi seorang Jeon Jungkook, Park Jimin rela memelas pada sepupunya yang super duper menyebalkan ini. Entahlah, Jimin hanya merasa kalau Jungkook benar-benar butuh bantuan sebelum dia kehilangan akal dan melakukan bunuh dirinya hanya karena diabaikan Lisa seperti ini. Bagaimanapun, tidak peduli seburuk apapun, Jungkook tetap temannya bukan?
Rose menghembuskan napas berat, "Aku benar-benar menyesal berangkat bersamamu hari ini.." gumamnya.
"Ya! Setidaknya aku sudah berbaik hati membantumu menghindar dari Yoongi pagi ini. Sekarang, turutilah permintaanku!" seru Jimin.
"Ya! Kau mau mengirimku mendekat pada namja itu lagi setelah kau membantuku menghindarinya! Aish, jinjja baboya!"
Rose benar-benar frustasi. Saat ini hati dan pikiran Rose sedang tidak bersinergi dan menolak untuk bekerja sama. Kejadian tadi malam membuat hatinya tidak berhenti menyebut nama Yoongi sekalipun otak dan pikirannya sudah berteriak untuk berhenti. Dan dalam situasi seperti ini, tidak ada yang bisa membantunya. Bahkan Jimin sekalipun.
Lihatlah, bukannya membantu Rose dan masalahnya, Jimin malah membuat rencana untuk membantu Jungkook dan sialnya rencana itu melibatkan Rose didalamnya. Jimin bilang dia melihat pelukan mesra antara Rose dan Yoongi tadi malam dirumah sakit, astaga yang benar saja, Jimin benar-benar menyelipkan kata 'mesra' didalamnya dan membuat Rose semakin tidak bisa mengatur dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS x BLACKPINK - Betting in Love
FanficCast : all BTS member, all Blackpink member, and other cast Genre : School life, romance Berawal dari taruhan yang sering dilakukan mereka dan berujung dengan cerita cinta (/) Tertarik? Suka? Baca dulu, Vote, lalu Comment. Kritik dan saran sangat d...