Betting in Love pt 72

487 68 22
                                    


Seminggu berselang, ya, seminggu telah berlalu sejak kejadian mengerikan yang dikepalai oleh Yook Sungjae. Anggota bangtan, Rose, Lisa dan juga Jennie telah memenuhi panggilan polisi untuk memberikan keterangan mereka sebagai korban dari apa yang Sungjae lakukan selama hampir seminggu itu. Hanya Jisoo satu-satunya orang yang belum memberikan keterangan apapun dikarenakan kondisinya yang belum juga pulih. Ya, yeoja itu masih terlelap dalam tidurnya, melewati masa-masa kritis dan stabil secara bergantian. Jika kondisi Jisoo semakin parah, Sungjae mungkin akan mendapatkan hukuman yang lebih berat. Memang, itulah yang mereka harapkan, Sungjae mendapatkan hukuman berat. Tapi mereka tidak ingin keadaan Jisoo semakin parah.

Katakan mereka sukses membungkam media, ya, mereka melakukannya, agar tidak ada siapapun selain orang-orang terdekat dan yang mengalami kejadian itu mengetahuinya. Tidak ada yang tahu, tidak ada satu pun yang tahu kenapa Bangtan dan empat yeoja terdekat mereka tidak terlihat di sekolah selama hampir dua minggu. Rumor beredar mereka sedang liburan bersama, rumor lain justru bilang mereka bertengkar dan pecah lalu akhirnya pindah dari sekolah untuk menghindar satu sama lain.

Haruskah mereka melakukannya? Benar, mereka pecah, hancur, saling menyakiti satu sama lain. Haruskah mereka berpisah dan menghindar satu sama lain?

"Mwo?! Pindah?!" pekik Jungkook setelah mendengar kalimat Namjoon.

Ya. Mereka melakukannya. Namjoon, melakukannya. Namja itu memilih untuk menyingkir dan menghindar. Mereka bertujuh tengah berada di ruang tengah rumah Yoongi, tentu saja karena Namjoon meminta mereka untuk berkumpul untuk membicarakan hal ini, kepindahannya.

"Ya, Kim Namjoon." Seru Seokjin.

Dari tatapannya, jelas, pertanyaan Seokjin tempo hari terjawab. Namjoon benar-benar akan pergi, meninggalkan Jisoo.

"Ini tidak sepenuhnya keinginanku, kejadian itu membuat kedua orangtuaku memutuskan aku harus pergi." Jelas Namjoon.

"Tidak sepenuhnya, tapi sebagian kecil dari dirimu menginginkannya, begitu bukan?" pertegas Hoseok.

Namjoon terdiam untuk beberapa saat. Sejujurnya ini bukan hal mudah. Sulit, sangat sulit. Tapi Namjoon harus tetap melakukannya. Mungkin keputusan ini memang yang terbaik, dengan pergi ke New Zealand Namjoon akan melihat dunia baru dan lebih fokus pada kehidupannya untuk masa depannya. Dan lagi, dengan begitu, Namjoon bisa memberikan Jisoo ruang lebih luas tanpa perlu memikirkan perasaannya.

"Namjoon-ah.."

"Gwenchana. Aku akan kembali." Sahut Namjoon.

"Ini bukan hukuman seumur hidup, lagipula aku tetap bisa pulang ke sini saat aku senggang."

"Aku ragu kau akan melakukannya." Sahut Yoongi.

Mereka kini menoleh ke arah Yoongi, seakan merasakan hal yang sama namun tetap ingin mengelak dari hal itu. Ya. Mereka memang bukan sahabat yang baik, hampir keseluruhan dari hari-hari yang mereka lalui bersama dipenuhi dengan segala tindakan yang sama sekali tidak baik. Tapi bukan berarti mereka tidak penting untuk satu sama lain. Entah berapa kali mereka saling mengumpat, memaki, dan memukul, mereka tetap satu mereka tetap bersahabat. Tidak ada yang bisa mengelak itu. Jika Namjoon pergi, mereka tidak akan lagi utuh.

"Kau bisa menundanya sampai kelulusan, bukan?" tanya Jimin.

Namjoon menunduk, meragukan sendiri pada apa yang Jimin tanyakan.

"Tunda hingga kelulusan. Paling tidak-"

"Jim." Tegur Yoongi memotong kalimat Jimin.

"Jebal!" Jimin meluap. Ia bangun dari duduknya.

BTS x BLACKPINK - Betting in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang