PROLOG

2.2K 120 2
                                    

DUA MINGGU KEMUDIAN...


Raja memarkirkan mobilnya di depan kantor pagi itu. Ia dan Ziva tiba bersamaan dengan Mika yang juga baru memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil milik Rasyid. Mika tersenyum begitu cerah saat turun dari mobilnya sambil melambaikan tangan ke arah Raja dan Ziva.

"Assalamu'alaikum, sahabat-sahabatku," sapa Mika, tampak sangat rindu pada yang lainnya.

"Wa'laikumsalam sahabatku yang tidak pernah mau angkat telepon selama liburan berlangsung. Sehat, Pak Mika?" balas Ziva, sengaja menyelipkan kalimat sindiran.

"Alhamdulillah sehat, Bu Ziva. Bagaimana kabar kalian berdua? Jadi atau enggak, keliling dunianya?" tanya Mika, pura-pura tidak dengar kalau Ziva baru saja menyindirnya.

"Enggak jadi, Pak Mika. Kami berdua sibuk berbulan madu selama dua minggu. Jadinya lupa kalau tadinya ada niat mau keliling dunia," jawab Raja, dengan sengaja sambil menahan senyum.

Wajah Mika yang awalnya dipenuhi senyuman langsung seketika menekuk saat menatap ke arah Raja.

"Enggak usah pamer! Aku masih dalam tahap mempersiapkan pernikahan, jadi jangan pamer soal bulan madu!" omel Mika, tak segan-segan.

Mobil milik Rian datang tak lama kemudian. Omelan Mika akhirnya berhenti saat Hani turun dari mobil usai Rian membukakan pintu dan membantunya menurunkan koper dari bagian belakang mobil. Hani berlari penuh semangat ke arah Ziva dan berpelukan layaknya dua insan yang sudah tidak bertemu selama berabad-abad.

"Assalamu'alaikum sahabat terbaikku, Ziva Wiratama. Aku kangen berat sama kamu, Ziv. Kangen banget, Ya Allah," ungkap Hani, dengan suaranya yang lantang.

"Wa'laikumsalam, Hani Sayang, sahabatku yang luar biasa. Aku juga kangen berat sama kamu," balas Ziva, dengan wajah berbinar-binar.

Mika pun langsung berkacak pinggang saat menatap kedua wanita itu sambil menyipitkan kedua matanya. Rian kini hanya bisa menahan tawanya, karena sudah tahu kalau Hani memang sengaja ingin membuat Mika naik darah pada hari pertama mereka bekerja kembali.

"Oh ... jadi Ziva adalah sahabat terbaik dan Hani adalah sahabat yang luar biasa? Terus aku kalian anggap sahabat macam apa, hah?" tanya Mika, terdengar menahan gemas.

Ziva dan Hani pun kompak menatap ke arah Mika seraya tersenyum miring.

"Kamu adalah sahabat yang menyebalkan," jawab keduanya, kompak.

Mika pun langsung memegangi bagian belakang lehernya, sementara Raja dan Rian segera merangkul Mika agar tak perlu menyemburkan kalimat-kalimat penuh cinta untuk Ziva dan Hani.

"Sabar, Mik. Sabar. Orang sabar Insya Allah akan terjamin," ujar Raja.

"Terjamin apa, Ja?" tanya Mika.

"Terjamin sering kena darah tinggi, Mik," jawab Rian, mewakili Raja.

"Arrgghh!!! Kalian berdua sama saja dengan Ziva dan Hani!!! Pantas saja kalian berdua bisa berjodoh dengan mereka!!!" protes Mika, setengah merajuk.

"Hei ... kalian sudah datang? Segeralah masuk! Batagor sudah siap ingin menjelaskan kasus yang kita dapatkan hari ini!" seru Tari, penuh semangat.

Sayangnya, apa yang Tari katakan dengan penuh semangat saat itu membuat mereka langsung kompak membuka ponsel masing-masing, untuk mencari aplikasi penerjemah bahasa kucing.

"Kalau sampai Batagor betul-betul menjelaskan soal kasus hari ini, Rasyid bakalan aku jambak habis-habisan," niat Hani, tak main-main.

"Wah ... kamu sepertinya cocok jika membuka barbershop, Han," ujar Raja.

Mika dan Rian pun langsung mendelik seketika usai mendengar apa yang Raja katakan.

"Barbershop mana yang cara kerja menghilangkan rambut pelanggan bukan pakai alat cukur tapi lebih memilih menjambak rambut? Jangan suka mengada-ada, ya, Ja! Lama-lama kamu loh yang aku jambak!" ancam Mika.

Mika benar-benar sukses dibuat darah tinggi pagi itu oleh para sahabatnya. Rian pun segera berpamitan pada yang lainnya setelah menitipkan Hani. Mereka memasuki kantor yang sudah dua minggu benar-benar tidak terjamah sama sekali. Tari benar-benar konsisten memberikan libur setelah mereka selesai mengurus dua kasus yang waktunya sangat berdekatan. Mereka mendapatkan waktu istirahat yang maksimal atas keputusan yang Tari buat waktu itu di acara pernikahan Vano dan Rere.

Rasyid kini menatap ke arah Raja dan Ziva setelah mereka semua saling menyapa dan menanyakan kabar. Pria itu tampak sedang memikirkan sesuatu dan tak ingin menunda untuk menanyakannya.

"Bagaimana soal pengirim hadiah misterius itu? Apakah sudah ada titik terang?" tanya Rasyid.

"Belum ada titik terang sama sekali, Ras. Si pengirim hadiah itu bahkan masih mengirimkan hadiah lagi ke rumah kami tadi pagi," jawab Raja.

"Sudah berencana lapor Polisi? Kalau terus dibiarkan, jelas keadaan tidak akan baik-baik saja ke depannya," saran Tari, yang juga tahu mengenai hadiah misterius itu.

"Niatnya begitu, Tar. Tapi aku rasa percuma kalau lapor Polisi. Masalahnya kurir yang mengantar hadiah misterius itu tidak pernah ada yang bertemu dengan si pengirim hadiah. Mereka hanya menerima telepon untuk mengambil hadiah di tempat yang sudah ditentukan dan mengantarkan hadiah itu ke rumah kami, lalu uang jasa pengiriman untuk membayar si kurir itu ditransfer oleh si pengirim hadiah misterius. Jadi Polisi pun jelas akan kebingungan dengan apa yang terjadi pada aku dan Raja saat ini," jelas Ziva.

"Lalu? Kalian mau diam saja dan tidak melakukan apa-apa?" tanya Mika, yang sejak tadi ikut mendengarkan pembicaraan tersebut bersama Hani.

"Jelas tidak, dong. Masa kami mau diam-diam saja, padahal sudah jelas kalau hal itu sangat mengganggu kehidupan kami," balas Raja.

"Intinya dua dari tiga tebakanku jelas salah besar, soal siapa si pengirim hadiah misterius itu. Jelas tidak mungkin Vano, karena Vano akhirnya benar-benar menikah dengan Rere dan menjalani hidup baru mereka dengan bahagia. Serta jelas juga bukan Almarhum Gani, karena setelah Almarhum Gani meninggal dunia hadiah misterius itu masih saja datang ke rumah kami. Jadi ... tebakanku yang belum terbukti hanya mengarah kepada Pak Faisal, Kapolsek Tanjung Duren," ujar Ziva.

Rasyid kini saling menatap ke arah Tari, Hani, dan Mika ketika akhirnya Ziva menyebut nama Faisal. Nama itu jelas berpotensi paling besar untuk dicurigai, karena jelas hanya tiga orang yang memiliki masalah dengan Ziva sebelum menikah dengan Raja dan salah satunya adalah Faisal. Namun mereka juga tidak bisa asal menuduh, karena tidak ada bukti sama sekali yang merujuk kepada laki-laki itu. Jika sampai asal menuduh, hal itu jelas bisa saja menjadi bumerang bagi Raja dan Ziva.

"Kalau begitu sebaiknya kalian hadapi hal itu perlahan-lahan. Jangan gegabah. Bisa saja hadiah-hadiah misterius itu adalah jebakan untuk kalian. Mungkin si pengirimnya ingin tahu, sampai di mana batas kesabaran kalian berdua ketika hal seperti itu menghantui rumah tangga yang kalian bangun," saran Rasyid.

"Insya Allah kami akan selalu berhati-hati dan tidak kehilangan kesabaran, Ras. Lagi pula aku sama sekali tidak pernah melihat apa isinya apalagi sampai memakainya pada diriku. Hanya Raja yang tahu apa isinya dan aku tidak pernah bertanya," Ziva berupaya meyakinkan Rasyid.

"Baiklah kalau begitu, mari kita mulai rapatnya sekarang," ajak Tari, yang sudah siap untuk memberikan penjelasan pada semua anggota tim.

* * *

TELUH RAMBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang