12 | Sesuatu Yang Terdapat Di Lambung

1K 106 2
                                    

Rasyid dan Mika berdiri di depan layar yang terdapat pada transducer. Alwan akan mulai melakukan USG terhadap korban bernama Yani, di rumah pertama yang mereka datangi. Hani mendampingi Yani yang terus saja merintih kesakitan hingga tak mampu berbicara sama sekali sejak tadi. Wajah Yani terlihat pucat, karena sudah tiga hari tidak makan apa pun dan juga merasakan sakit pada perutnya. Maka dari itulah Alwan berinisiatif memberi infus kepada Yani, agar tetap bisa bertahan meski tidak makan. Alwan kini tampak menuangkan clear ultrasound gel ke atas perut Yani, setelah dirinya memakai sarung tangan. Proses USG itu pun dimulai. Semua mata kini benar-benar terarah ke layar pada transducer yang kini menampilkan bagian dalam perut Yani, khususnya bagian lambung.


"Apa itu yang ada di dalam lambungnya? Aku belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya ketika memeriksa pasien," tanya Alwan, sengaja berbisik.

Rasyid kini menoleh ke arah Alwan, sementara Mika masih menatap dengan fokus ke arah layar.

"Itulah yang membuat Bu Yani dan para korban lain kesakitan selama tiga hari belakangan. Dan itu juga yang menjadi alasan sehingga mereka tidak bisa makan sama sekali," jawab Rasyid.

"Apakah itu sebuah benda? Tampaknya sangat menyumbat jalan masuk menuju lambung ataupun jalan keluar dari lambung. Kalian pernah melihat hal seperti ini sebelumnya?" Alwan ingin memastikan.

"Belum pernah. Ini adalah yang pertama kali bagi kami. Jadi kami pun tidak mau menetapkan asal-asalan mengenai teluh apa yang sebenarnya dikirimkan oleh si pengirim teluh," jawab Hani.

"Tapi Ziva pasti sudah tahu," sela Mika, yang kemudian menatap ke arah yang lainnya. "Dia sudah tahu, makanya dia meminta Al untuk memastikan bagian dalam perut korban melalui USG. Hanya saja, dia belum memberi tahu kita karena tidak mau kita merasa ragu dengan apa yang sudah dia ketahui."

"Oh, ya? Bagaimana caranya dia bisa tahu? Bukankah Ziva sama sekali belum bertemu dengan para korban sampai saat ini?" heran Alwan.

"Ziva terkadang mendapatkan firasat pada saat-saat tertentu. Dia bisa mendapat firasat dari berbagai macam kejadian yang terjadi di sekitarnya. Yang Mika maksud kali ini, kemungkinan Ziva mendapat firasat soal teluh apa yang menyerang para korban adalah ketika Pak Dirga menerima kabar soal meninggalnya tiga orang korban saat kita masih berada di Polres Majalengka. Maka dari itulah Ziva langsung bertanya padamu soal USG dan memintamu memeriksa para korban yang masih hidup," jelas Rasyid.

Wajah Alwan jelas tampak takjub usai mendengar penjelasan tersebut. Ia benar-benar baru tahu kalau ada manusia yang bisa memiliki kelebihan sampai sejauh itu. Proses USG yang dilakukan oleh Alwan kini sudah selesai. Foto hasil USG juga sudah dipegang oleh Rasyid. Ketiga pria itu segera mengangkat transducer kembali agar bisa dibawa ke rumah sebelah, yaitu rumah milik Lilis. Tari sudah menunggu kedatangan mereka dan segera mengarahkan ke tempat di mana Lilis berada. Alwan segera kembali melakukan tugasnya, sementara di luar sudah banyak orang yang berharap akan mendapatkan titik terang mengenai apa yang terjadi pada para korban.

Ziva masih mengamati semua makhluk-makhluk yang ada di sekeliling rumah para korban. Raja terlihat di ambang pintu rumah korban yang akan diperiksa paling terakhir, yaitu Asep. Raja juga bisa melihat bahwa makhluk-makhluk kiriman yang ada di sekeliling rumah itu benar-benar tidak pernah pergi sama sekali. Karena tampaknya si pengirim teluh ingin memastikan bahwa teluhnya bekerja maksimal terhadap para korban.

"Bagaimana, Hani Sayang? Adakah yang bisa kamu laporkan padaku, sekarang?" tanya Ziva, melalui earbuds yang terpasang di telinganya.

"Keadaan Bu Yani masih sama persis seperti tadi. Bu Yani masih merintih kesakitan dan sama sekali tidak bisa menanggapi pertanyaan yang aku ajukan padanya. Rasa sakit itu benar-benar menyiksanya sehingga untuk kuajak berdzikir pun Bu Yani tidak mampu melakukannya," jawab Hani.

"Kalau soal hasil pemeriksaan melalui USG yang Al lakukan, bagaimana? Apakah sudah bisa kamu laporkan?"

"Kalau soal itu, sebaiknya Al sendiri yang jelaskan sama kamu, Ziv. Aku kurang paham bagaimana cara menjelaskannya. Intinya, ada sesuatu yang terlihat sangat jelas pada lambung Bu Yani ketika Al melakukan USG pada perutnya. Nanti kamu tanya sendiri saja pada Al," saran Hani.

"Hm ... aku memang sudah menduga bahwa ada sesuatu yang terdapat pada lambung para korban. Untuk itulah aku meminta Al melakukan USG pada para korban," ujar Ziva.

Hani pun seketika ingat dengan apa yang Mika katakan soal Ziva, tadi. Mika jelas benar, bahwa kemungkinan Ziva sudah tahu mengenai teluh apa yang menyerang para korban. Hanya saja, Ziva juga butuh meyakinkan semua anggota tim agar tidak ada yang merasakan ragu terhadapnya.

"Begini saja ... kalau Bu Yani tidak bisa kamu ajak berdzikir, maka kamulah yang harus terus berdzikir di telinganya. Pastikan kamu berdzikir tepat di telinga kanan Bu Yani, agar hal-hal yang baik terdengar jelas olehnya dan hatinya terketuk untuk ikut berdzikir meski tidak terucap oleh lisannya. Saat ini kemungkinan telinga kirinya tidak benar-benar bisa mendengar dengan jelas akibat dari teluh yang menyerangnya. Jadi melalui telinga kanan itu kita bisa berharap ada sedikit jalan untuk membuatnya mengingat Allah," saran Ziva.

"Ya, baik kalau begitu. Akan segera aku coba saranmu barusan," tanggap Hani.

Rasyid, Mika, dan Alwan kembali terlihat memindahkan transducer ke rumah terakhir. Raja kini tidak lagi berdiam di ambang pintu rumah milik Asep, karena pria itu harus berada di sisi Asep ketika pemeriksaan sedang berlangsung. Tari mencoba menghubungi Ziva dan Ziva pun langsung menjawab melalui earbuds miliknya.

"Ziv, Bu Lilis sama sekali tidak bisa diajak berkomunikasi ataupun sekedar diajak berdzikir. Aku harus bagaimana?" tanya Tari.

"Hani juga menyampaikan hal yang sama, jadi sekarang aku juga akan menyampaikan hal yang sama kepadamu. Dengarkan aku baik-baik," pinta Ziva.

Ponsel milik Dirga berdering ketika Ziva sedang berbicara dengan Tari. Pria itu segera mengangkat teleponnya setelah melihat nama yang tertera pada layar. Salah satu Polisi Lalu Lintas yang sedang bertugas menghubunginya dan hal itu membuatnya merasa heran. Tidak biasanya ada Polisi Lalu Lintas yang meneleponnya di tengah-tengah jam kerja.

"Halo, assalamu'alaikum Pak Khaerul. Apakah ada hal yang mendesak?" tanya Dirga, usai menyapa.

"Wa'alaikumsalam, Pak Dirga. Bapak ingat soal Dokter yang kemarin Bapak panggil dari RSUD Majalengka?"

"Dokter Zafran? Iya, saya masih ingat. Ada apa dengan Dokter Zafran, Pak Khaerul?"

"Dokter itu baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas, Pak. Mobilnya bertabrakan dengan truk fuso dari arah berlawanan. Sopir truk fuso itu selamat, tapi Dokter dari RSUD Majalengka itu tidak selamat Pak. Dia meninggal dunia di tempat."

"Innalillahi wa innailaihi raji'un," ucap Dirga, dengan ekspresi kaget luar biasa. "Kronologi kejadiannya bagaimana, Pak Khaerul?"

"Dari yang saya dapatkan melalui rekaman dashcam truk fuso, mobil yang dikemudikan oleh Dokter itu mendadak berjalan tidak stabil dari jarak sepuluh meter, Pak. Sopir truk berusaha menghindari mobilnya. Tapi saat truk hampir menepi, mobil itu malah menabrak truk tersebut, bukan menghindarinya. Seakan ... Dokter itu mengemudi tanpa melihat jalanan, Pak."

* * *

TELUH RAMBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang