18 | Tiga Bersaudara

976 109 0
                                    

Setelah selesai berwudhu, Mika berpapasan dengan Hani dan Tari--yang baru saja akan berwudhu--di pagar rumah milik Jana. Ziva--seperti biasa--akan berwudhu paling akhir, karena dirinya harus mencegah makhluk-makhluk kiriman itu mengejar anggota timnya setelah waktu mereka habis. Mika memutuskan berjaga di pagar rumah milik Jana karena tidak mau ada yang mengganggu Hani dan Tari ketika sedang berwudhu. Rasyid, Raja, dan Alwan baru muncul ketika Tari dan Hani sudah hampir selesai berwudhu. Mika menahan mereka bertiga di pagar rumah milik Jana, agar mereka memberi waktu sebentar pada Tari dan Hani. Setelah kedua wanita itu selesai berwudhu, barulah Mika membukakan jalan dari depan pagar rumah itu.


"Kami duluan," ujar Mika.

"Ya, segeralah kembali ke tempat tugas masing-masing," tanggap Rasyid.

Tari langsung pergi kembali ke rumah milik Lilis, sementara Hani dan Mika kembali ke rumah milik Yani. Ziva baru akan menuju ke rumah Jana setelah Tari, Hani, dan Mika kembali ke kedua rumah tersebut. Raja menghadangnya sebentar ketika mereka berpapasan. Alwan dan Rasyid pergi lebih dulu menuju tempat mereka bertugas.

"Kamu baik-baik saja 'kan, meski harus berada di luar sendirian?" tanya Raja.

"Iya. Insya Allah aku baik-baik saja meski hanya sendiri di luar rumah ketiga korban. Kamu tenang saja, fokus saja pada tugasmu dan jangan lupa arahkan Al agar tidak melakukan kesalahan ketika akhirnya menemukan gulungan rambut yang diikat di dalam rumah korban," jawab Ziva.

"Ya, kalau begitu aku akan fokus pada tugasku dan juga mengarahkan Al. Tolong, kamu tetap harus berhati-hati. Kalau begitu aku duluan, ya, Sayang," pamit Raja.

"Ya. Pergilah duluan, Sayang. Aku akan berwudhu dulu sebelum kembali melaksanakan tugasku di luar."

Setelah bicara sebentar dengan Ziva, Raja pun segera menyusul Alwan yang sudah hampir tiba di rumah milik Asep. Mereka kembali masuk ke rumah itu bersama-sama, lalu kembali fokus pada tugas mereka masing-masing. Earbuds kembali terpasang di telinga mereka dan kembali terhubung satu sama lain, setelah tadi sempat terputus sejenak ketika akan berwudhu. Proses ruqyah terhadap ketiga korban yang tersisa akan berlanjut. Ziva juga telah kembali ke posisinya, wanita itu mulai menghadapi makhluk kepercayaan si pengirim teluh yang tadi sudah berhasil disudutkan.

Dirga dan Jana kini tengah fokus menatap layar laptop yang tengah menampilkan hasil rekaman CCTV dua hari lalu. Mereka benar-benar memutar rekaman itu karena ingin tahu kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Almarhum Ramzi, Almarhum Ahmad, dan Asep sejak subuh. Tatapan mata mereka tidak pernah lepas dari layar tersebut, hingga mereka tidak sadar saat Murni--istri Jana--datang untuk menyajikan minuman serta pisang goreng ke hadapan mereka.

"Bapak lagi memperhatikan apa? Kenapa sampai kelihatan serius begitu?" tanya Murni.

Ini Bu, Bapak sedang melihat rekaman CCTV dua hari yang lalu di sekitaran ketiga rumah korban," jawab Jana, apa adanya.

"Bapak mau cari tahu siapa saja yang datang bertamu ke rumah itu dua hari yang lalu? Ibu ingat kok siapa saja yang datang waktu itu, soalnya Bu Lilis sempat datang ke teras untuk mengantar kue ketan dan bilang sama Ibu kalau di rumahnya lagi ada tamu. Terus saat tamu itu pulang, Ibu sempat lihat orangnya dan mengenali salah satunya," ujar Murni.

Dirga dan Jana pun kini menghentikan hasil rekaman CCTV yang tengah mereka perhatikan. Keduanya pun langsung mengalihkan tatapan ke arah Murni.

"Ibu mengenali salah satunya?" heran Jana.

"Iya. Yang bertamu ke rumah Bu Lilis dua hari lalu ada dua orang, laki-laki dan perempuan. Nah, Ibu mengenali siapa tamu laki-laki itu. Dia anak keduanya Bu Arsih dan Pak Dadang. Bapak masih ingat, 'kan? Itu ... yang dulu sering berangkat sekolah sama Danu, namanya Ari," jelas Murni.

Mendengar nama itu, Jana pun segera memutar arah laptop ke hadapan Murni yang masih berdiri di ujung meja ruang tamu.

"Coba ... Ibu tunjukkan sama Bapak, jam berapa si Ari pulang dari rumah Bu Lilis?" pinta Jana.

Murni pun segera duduk di sofa yang berbeda, lalu menatap ke arah layar laptop milik suaminya.

"Ibu enggak cuma tahu siapa yang bertamu ke rumah Bu Lilis. Yang bertamu ke rumah Pak Asep dan ke rumah Bu Yani juga Ibu tahu," Murni mengarahkan video itu ke jam tertentu. "Nah, itu Ari. Dia datang sama perempuan ke rumah Bu Lilis. Mungkin perempuan itu adalah Istrinya."

Dirga dan Jana langsung melihat ke arah layar kembali setelah Murni memutar arah laptop seperti yang tadi dilakukan oleh Jana. Jana tampak begitu resah usai melihat wajah Ari yang tidak mengalami perubahan terlalu jauh dari saat laki-laki itu masih remaja.

"Kalau yang bertamu ke rumah Pak Asep dan Bu Yani, apakah Ibu juga kenal siapa orangnya?" tanya Dirga.

"Iya, Pak. Kenal. 'Kan mereka itu tiga bersaudara, jadi jelas saya ingat betul wajah mereka. Hanya saya tidak kenal dengan perempuan yang datang bersama mereka. Mungkin itu adalah Istri-istri mereka," jawab Murni.

"Maksud Ibu, mereka saudaranya Ari?" Jana ingin meyakinkan diri.

"Iya, Pak. Yang datang ke rumah Pak Asep itu Nandan, anak pertamanya Bu Arsih dan Pak Dadang. Sementara yang datang ke rumah Bu Yani itu anak bungsunya, Yayat."

"Ibu tahu, jam berapa saja mereka datang ke rumah Pak Asep dan Bu Yani? Atau mungkin Ibu hanya melihat pada saat mereka pulang?" Dirga ingin tahu.

"Saya lihat mereka pada saat datang maupun pulang. Hanya saja, kebetulan Bu Lilis memperjelas kalau di rumahnya saat itu sedang ada tamu ketika mengantarkan kue ketan untuk saya. Nandan yang pertama datang ke rumah Pak Asep bersama perempuan berbaju motif bunga-bunga. Dia datang sekitar jam sembilan pagi. Terus Ari datang ke rumah Bu Lilis sekitar jam setengah sepuluh sama perempuan berbaju hijau pupus. Terakhir baru Yayat yang datang ke rumah Bu Yani. Dia datang sekitar jam sebelas, bersama perempuan berbaju putih dengan corak batik warna cokelat muda. Coba saja dibuka rekamannya pada jam-jam yang saya sebutkan barusan. Pasti kelihatan sekali saat mereka tiba di ketiga rumah itu," saran Murni.

Dirga pun kembali menatap ke arah Jana setelah mendengar penjelasan dan saran dari Murni.

"Kalau memang kita mau melihat wajah-wajah mereka, berarti kita harus melihat waktu pada saat mereka akan pulang dari ketiga rumah itu. Karena dengan begitu, wajah mereka jelas akan tertangkap oleh CCTV," ujar Dirga.

"Mereka pulang juga diwaktu-waktu yang berbeda. Nandan pulang jam sepuluh dari rumah Pak Asep. Ari pulang jam setengah sebelas dari rumah Bu Lilis. Sementara Yayat pulang jam dua belas dari rumah Bu Yani," Murni memberikan keterangan terakhir.

* * *

TELUH RAMBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang