"Kalau kamu kesal pada Mika, jambak saja rambutnya, Al. Biar dia tahu bagaimana rasanya memiliki kepala botak saat hari pernikahannya tiba," saran Hani, agak berbisik.
Seketika Mika pun langsung melindungi rambutnya agar Alwan tidak punya kesempatan melaksanakan saran yang Hani beri."Mari kita jaga saja wadah berisi rambut-rambut yang sedang dibakar itu," ajak Mika, sebagai tanda permohonan damai dengan Alwan.
"Ya, sebaiknya memang begitu. Soalnya kalau aku meladeni kamu terus, bisa-bisa aku menjadi pengidap darah tinggi betulan," sambut Alwan.
Pertarungan di depan pagar ketiga rumah para korban masih berlanjut. Jana benar-benar mengimbau kepada warga di Desa itu untuk tidak keluar dari rumah masing-masing. Ia jelas tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, selama permasalahan teluh itu belum diselesaikan. Dirga sendiri saat ini sedang berkoordinasi dengan para anak buahnya. Tampaknya mereka akan bersiap untuk meringkus ketiga tersangka setelah teluh yang sedang dipatahkan sudah benar-benar berakhir. Dirga tidak ingin anak buahnya gegabah ketika persoalan belum berakhir. Tari jelas sudah mengingatkan Dirga, bahwa selama proses pematahan teluh sama sekali tidak ada yang boleh mengusik, termasuk mengusik tersangka yang akan ditangkap.
Di dalam ketiga rumah milik para korban, usaha ruqyah terakhir sudah berjalan setengahnya. Doa tidak henti diucapkan oleh Rasyid, Tari, dan Hani setelah meminta para korban minum air yang sudah mereka doakan. Korban mengalami muntah, namun sama sekali tidak mengeluarkan apa-apa. Tampaknya yang terlihat di dalam lambung para korban ketika USG benar-benar sulit untuk dikeluarkan, jika tidak bersabar saat menjalani prosesnya.
"Wah, ternyata membuat rambut-rambut ini menjadi abu tidak semudah yang aku pikirkan tadi," ujar Alwan.
"Ya. Sudah jelas tidak akan mudah membuat rambut-rambut itu menjadi abu. Karena rambut-rambut itu bukanlah rambut manusia, Al. Rambut-rambut itu adalah rambut kuntilanak," jelas Raja, yang sedang tidak menerima serangan dari Nandan.
Alwan maupun Mika kini saling menatap satu sama lain sambil membolakan kedua mata mereka, usai mendengar penjelasan dari Raja soal rambut-rambut itu.
"Astaghfirullah! Kenapa kamu tidak bilang dari tadi, Ja? Tadi waktu aku temukan rambut itu dari selang vacuum cleaner, aku sempat mengamatinya dari jarak yang sangat dekat dengan wajahku! Duh ... Raja! Kamu kebiasaan sekali tidak mau memberikan keterangan sejak awal!" omel Mika, terdengar sangat menyesal.
"Eh? Kamu mengamati rambut itu, Mik? Untuk apa?" heran Alwan.
"Untuk memastikan ada kutunya atau enggak. Bukanlah, Al. Masa iya aku harus penasaran ada kutu atau enggak di rambut itu. Aku hanya mau memastikan, itu rambut siapa yang dipakai oleh si pengirim teluh. Apakah rambut Bu Yani atau rambut Almarhum Suami dan Putranya," jelas Mika.
"Ya sudah ... sekarang 'kan akhirnya kamu sudah tahu kalau itu adalah rambut kuntilanak. Berarti kamu sudah tidak penasaran lagi, dong?" balas Raja, sambil bersiap untuk menahan serangan selanjutnya dari Nandan.
"Tidak penasaran lagi ... Nenek moyangmu seorang pelaut, Ja! Enteng sekali mulutmu bilang begitu!"
"Sabar, Mik. Sabar. Raja ada benarnya, kok. Setelah dia memberi tahu bahwa rambut itu adalah rambut kuntilanak, maka seharusnya kamu memang sudah tidak penasaran lagi seperti sebelumnya," Alwan mencoba menenangkan Mika.
"Enggak usah ikut-ikutan sama Raja, ya, Al! Aku bisa membotaki rambutmu sekarang juga jika sudah terlanjur kesal," ancam Mika.
Di dalam rumah, Rasyid kini berdiri di hadapan Asep yang tampak akan kembali memuntahkan sesuatu. Rasyid tahu bahwa yang tersulit akan segera dimulai. Ia berharap tenaga Asep masih cukup untuk melewati hal tersulit yang akan datang. Rasyid pun meletakkan tangannya ke arah perut Asep, lalu mulai bergerak perlahan ke arah atas menuju dada hingga leher.
"A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."
HOEEEKKK!!!
Asep benar-benar memuntahkan sesuatu yang memang harus keluar dari dalam tubuhnya. Asep bisa merasakan ada yang bergerak dari dalam perutnya, meskipun sangat perlahan. Yang bergerak di dalam perutnya itu terasa seperti sebuah gumpalan, namun ia tidak tahu gumpalan apa yang sampai membuatnya tidak bisa makan dan bergerak selama tiga hari terakhir. Rasyid terus membantu menahan tubuh Asep sekuat mungkin selama proses itu terjadi. Bagi Rasyid, Asep tidak boleh menyerah dan harus tetap dibantu bertahan.
"... A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."
HOEEEKKK!!!
Wajah Asep memerah luar biasa, ketika sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam lambungnya. Asep seakan sedang mengerahkan seluruh tenaganya demi menuntaskan yang begitu terasa mengganjal dari dalam perutnya menuju ke tenggorokan. Rasyid belum berhenti berdoa sejak tadi, dan Asep paham bahwa dirinya tidak boleh menyerah karena Rasyid juga belum menyerah terhadap dirinya. Meski nafas Asep saat ini sudah mulai terengah-engah, Rasyid tetap berusaha meyakinkan bahwa Asep bisa melalui hal tersulit itu.
"... A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."
HOEEEKKK!!!
Tak lama kemudian, Rasyid pun mulai melihat adanya benda yang muncul di pangkal tenggorokan Asep. Saat melihat benda itu, Rasyid pun memasukkan dua jarinya ke dalam mulut Asep dan mulai membantu menarik perlahan benda yang keluar dari dalam perut pria itu. Kedua mata Asep membola ketika melihat Rasyid menarik gulungan rambut yang begitu panjang dan bergumpal-gumpal. Ia jelas tidak menyangka kalau akan ada benda seperti itu yang memenuhi lambungnya.
HOEEEKKK!!!
Asep kembali muntah dan gumpalan rambut itu semakin memanjang keluar dari mulutnya. Rasyid masih membantu menarik gumpalan rambut itu dengan tenang. Sama sekali tidak ada ada tidak sabar yang terlihat di wajah Rasyid.
"A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."
Rasyid telah menarik setengahnya gulungan rambut yang Asep muntahkan. Tenaga Asep hampir habis, namun Rasyid terus menguatkannya agar melanjutkan proses itu.
"Ayo Bu Lilis, sedikit lagi. Terus, Bu. Jangan menyerah sekarang," Tari terdengar memberikan semangat pada Lilis.
"... A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir. A'udzubillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir ...."
HOEEEKKK!!!
Gulungan rambut dari dalam lambung ketiga korban kini benar-benar telah keluar sepenuhnya. Rambut-rambut yang sedang dibakar di dalam wadah sudah menjadi abu seperti yang diharapkan oleh Mika dan Alwan.
"Siram abunya sekarang, Mik!" perintah Rasyid.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH RAMBUT
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 6 Setelah dua minggu berlalu, Ziva dan yang lainnya kembali bekerja seperti biasa. Mereka kembali mendapatkan kasus yang terjadi di daerah Majalengka. Perjalanan kali itu tidak seberapa melelahkan, karena mereka...