Hani mulai membagikan berkas ke tangan seluruh anggota tim untuk membantu Tari. Tari saat ini sedang menggendong Batagor sambil menuliskan sesuatu pada whiteboard. Batagor--entah kenapa--sedang malas bermain-main sendiri ataupun bermain-main dengan Rasyid. Kucing manis yang menggemaskan itu hanya ingin digendong oleh Tari, dan akan mulai menggerutu dengan bahasanya sendiri jika ada yang berusaha mengambilnya dari gendongan Tari. Semua orang kini menatap berkas yang telah berada di tangan masing-masing. Mereka membacanya sebentar, lalu menandai beberapa hal yang menurut mereka sangat penting.
"Eh? Ini serius, Tar? AKP Dirga Yasraf memperingatkan melalui telepon soal dirinya yang sering merasa lelah, setelah meninjau ke rumah-rumah warga yang saat ini terserang sakit misterius?" tanya Raja.Tari pun berbalik dan menatap ke arah Raja setelah mendengar pertanyaan itu. Itulah yang sebenarnya ingin dijelaskan oleh Tari, namun Raja ternyata telah lebih dulu menandai keterangan yang ada di dalam berkas.
"Iya, Ja. Itulah yang paling utama harus kuberi tahu pada kalian semua dalam rapat ini. Jadi menurut Pak Dirga, dirinya serta beberapa orang anak buahnya yang ikut serta ketika meninjau rumah-rumah para warga yang terserang sakit misterius itu selalu saja merasa kelelahan setelah pergi dari sana. Padahal saat mereka datang untuk meninjau, tidak ada sama sekali aktifitas fisik berlebihan yang dilakukan oleh mereka. Tapi anehnya, mereka selalu merasa lelah seakan semua tenaga yang ada di dalam diri mereka baru saja dikuras untuk melakukan aktifitas fisik yang berlebihan. Maka dari itulah Pak Dirga menyebutkan hal tersebut di dalam keterangannya saat aku bertanya mengenai keanehan apa saja yang terjadi," jawab Tari.
"Kok bisa begitu, ya? Hal seperti itu sama sekali belum pernah kita dengar. Apakah itu ada kaitannya dengan sakit misterius yang menimpa beberapa orang warga di daerah tersebut?" pikir Mika.
"Bisa jadi seperti itu, Mik. Mungkin sakit misterius yang dialami oleh para warga di Desa tersebut memang membawa dampak negatif yang sangat besar bagi orang-orang di sekitarnya. Jadi saat Pak Dirga dan beberapa orang anak buahnya sedang meninjau kondisi orang-orang yang sakit, diri mereka akhirnya terkena imbas dari dampak negatif tersebut," ujar Ziva, menguatkan apa yang Mika pikirkan.
"Tapi itu hanya karena dampak negatif, 'kan? Bukan karena ketularan sakit?" tanya Rasyid.
"Aku rasa kalau karena ketularan sakit, seharusnya mereka bukan hanya sekedar merasakan lelah yang parah tapi juga akan langsung tidak sesehat sebelumnya. Tapi nyatanya Pak Dirga dan beberapa anak buahnya itu masih sehat wal 'afiat, bukan? Jadi aku rasa kelelahan yang mereka rasakan bukanlah karena ketularan sakit, Ras," jawab Ziva.
Hani dan Rasyid pun--seperti biasa--langsung memasukkan pendapat Ziva ke dalam buku catatan mereka.
"Aku setuju dengan yang Ziva katakan. Pak Dirga jelas masih dalam keadaan sehat ketika menelepon semalam. Tidak ada sama sekali tanda-tanda bahwa dirinya ikut mengalami sakit seperti yang terjadi pada beberapa warga di Desa tersebut," ujar Tari.
"Dan apakah rencananya Pak Dirga akan menemani kita untuk meninjau ke rumah-rumah warga yang sakit itu atau Beliau hanya akan menunjukkan yang mana saja rumahnya tanpa menemani kita?" tanya Hani, ingin tahu lebih jauh.
"Mungkin Pak Dirga akan menemani kita, Han. Menurut Pak Dirga, beberapa warga yang terkena sakit itu sebenarnya tidak ingin menerima bantuan dari orang-orang seperti kita karena mereka tidak bisa percaya sepenuhnya. Jadi Pak Dirga jelas harus terus mendampingi kita, agar para warga yang terkena sakit itu bisa segera kita tangani tanpa perlu adanya penolakan," jawab Tari, sesuai dengan jawaban dari orang yang bersangkutan.
"Nah ... itu jelas keputusan yang benar. Berarti Pak Dirga itu paham bahwa untuk mencegah adanya penolakan, maka dia akan meluangkan seluruh waktunya untuk mendampingi kita sampai permasalahan benar-benar selesai," Mika tampak antusias sekarang.
"Oke, berarti sebaiknya kita segera bersiap-siap. Sebentar lagi kita akan berangkat menggunakan mobil masing-masing ke daerah Majalengka, tepatnya ke Desa Cikijing," ujar Rasyid, mengarahkan seluruh anggota timnya.
Raja dan Ziva pun segera memisahkan diri karena mereka sudah berjanji akan mengabari orangtua di rumah, saat mendapat kasus baru. Retno ataupun Mila dan Faris jelas masih mencoba beradaptasi dengan pekerjaan mereka, meskipun sama sekali tidak pernah terdengar adanya nada tidak setuju ketika mereka sedang membicarakannya bersama. Namun satu hal yang mereka selalu minta selama dua minggu kemarin adalah agar Raja ataupun Ziva selalu mengabari ketika mereka akhirnya mendapatkan kasus baru. Dan kini, mereka pun merasa wajib untuk memberi kabar pada orangtua di rumah tentang kasus yang mereka terima.
"Menurut kamu, apakah kita akan terus diminta untuk memberi kabar seperti ini setiap kali pergi bekerja?" tanya Raja.
Ziva paham sekali bahwa maksud pertanyaan Raja tercetus saat itu adalah karena dirinya tidak terbiasa membagi cerita soal apa yang dikerjakannya. Raja adalah tipikal yang tidak suka membahas tentang hal yang dia jalani sehari-hari. Dia lebih suka banyak diam dan hanya sesekali menanggapi jika ada yang meminta pembicaraannya ditanggapi. Untuk itulah Ziva segera memeluknya dengan lembut demi meyakinkan bahwa segalanya akan selalu baik-baik saja meski kini ada sedikit perubahan.
"Terkadang kita harus berpikir bahwa segala sesuatu yang diminta oleh orangtua selau ada tujuan baiknya, Sayang. Mungkin sekarang orangtua kita meminta agar kita sering mengabari setelah mereka tahu apa pekerjaan kita yang sebenarnya, adalah untuk mendoakan diri kita berdua agar selalu berada di dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta'ala. Doa orangtua itu sangatlah istimewa, dan kita harus bersyukur bahwa mereka masih sering mendoakan kita di mana pun kita berada. Jangan menganggap permintaan mereka sebagai beban, tapi anggaplah permintaan mereka sebagai salah satu tanda bakti kita terhadap mereka. Kadang, orangtua tidak butuh diberi banyak hal oleh anak-anaknya. Mereka terkadang hanya butuh dikabari dan itu sudah cukup. Jadi ... sekarang ikuti saja apa yang mereka inginkan, dan berdoalah agar ada hal baik yang bisa kita terima setelah mengabulkan apa yang mereka inginkan tersebut," jelas Ziva, agar Raja tidak menjadikan permintaan orangtua mereka sebagai beban pikiran.
Raja pun tersenyum setelah mendengar penjelasan itu, lalu segera mengeratkan pelukannya pada tubuh Ziva.
"Ya, kamu mungkin benar. Maaf ya, kalau aku terkadang sering sekali mengeluhkan hal yang tidak seharusnya aku keluhkan," ucap Raja.
Pria itu sedikit merasa malu terhadap istrinya yang selalu memiliki rasa pengertian yang besar terhadap sesuatu, sementara dirinya sendiri terkadang merasa sulit memahami dan sulit mengerti terhadal sesuatu. Ia benar-benar merasa beruntung karena memiliki Ziva, yang selalu saja bisa membuatnya berpikir ke arah positif meski pikirannya sendiri terkadang hampir mengarah pada sisi negatif.
"Kamu tidak perlu meminta maaf, Kakanda Rajaku. Sudah tugasku sebagai Istrimu untuk selalu mengingatkan kamu agar tidak memiliki pikiran yang buruk terhadap suatu hal, jika belum benar-benar jelas. Insya Allah aku akan selalu ada untuk kamu, termasuk pada saat kamu sedang merasa tidak nyaman terhadap sesuatu," janji Ziva, yang kemudian mengecup pipi kanan Raja dengan penuh cinta.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH RAMBUT
Terror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 6 Setelah dua minggu berlalu, Ziva dan yang lainnya kembali bekerja seperti biasa. Mereka kembali mendapatkan kasus yang terjadi di daerah Majalengka. Perjalanan kali itu tidak seberapa melelahkan, karena mereka...