Rasyid dan Mika muncul tak lama kemudian, setelah selesai menyiapkan air untuk berwudhu seperti yang diminta oleh Ziva. Kedua mata Rasyid terarah ke tempat mobil milik Zafran terparkir sebelumnya. Pria itu tampak sedikit heran karena di sana sudah tidak ada lagi mobil laki-laki tersebut. Semua orang tahu apa yang sedang Rasyid pikirkan saat ini. Alwan langsung menunjuk ke arah Ziva sehingga Rasyid kini juga menatapnya.
"Adikmu membuat Dokter Zafran pergi dari sini menggunakan air itu terhadap Istrimu. Istrimu benar-benar hanya membasuh wajahnya tiga kali dan Dokter Zafran langsung pergi begitu saja. Kamu tampaknya belum bilang padaku kalau dia punya keahlian khusus, selain bisa melihat makhluk gaib," ujar Alwan."Itu perkara yang sulit dijelaskan. Bahkan aku sendiri yang notabene adalah Suaminya juga tidak tahu bagaimana harus menjelaskan keahlian yang dimiliki oleh Istriku," ujar Raja, menanggapi hal yang Alwan katakan pada Rasyid.
"Itu benar. Hal yang aku lakukan cukup sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata. Akan lebih mudah dipahami jika kamu melihatnya secara langsung seperti yang kulakukan barusan," tambah Ziva.
"Tunggu dulu ..." Mika menengahi, "... maksudnya, barusan kamu membuat laki-laki itu melihat Tari menjadi tidak secantik yang dia lihat pertama kali? Seperti yang pernah kamu lakukan pada Hani ketika dia terus saja dikejar-kejar oleh secret admirer-nya di SMA?"
"M-hm ... tepat sekali. Itulah yang aku lakukan. Aku sedang tidak ingin membujuk bayi besar agar tidak marah-marah sepanjang hari ini, Mik," Ziva melirik ke arah Rasyid sekilas. "Aku sedang butuh banyak bantuan dari kalian semua, jadi aku tidak punya waktu untuk membujuk."
Rasyid langsung menyipitkan kedua matanya yang terarah kepada Ziva.
"Siapa bayi besar yang kamu maksud? Apakah itu aku? Hah?" gemas Rasyid.
Tari pun segera merangkul lengan Rasyid dan mengusap-usap bahunya dengan lembut agar tidak mengomel pada Ziva.
"Sudah, jangan malah mengajak Ziva bertengkar. Dia sudah susah payah memikirkan jalan keluar untuk kita berdua, padahal seharusnya dia hanya fokus saja pada pekerjaan saat ini. Ayo, sebaiknya kita segera berwudhu sebelum adzan dzuhur yang sedang berkumandang itu selesai," ajak Tari.
Mereka pun setuju dengan ajakan itu tanpa banyak protes dan segera berjalan menuju ke rumah milik Jana. Jana sendiri saat ini masih sibuk mengurus pemakaman ketiga korban yang meninggal dunia bersama Dirga. Mereka diizinkan mengambil air untuk berwudhu di samping rumahnya, karena di masjid memang sedang kekurangan air untuk berwudhu. Sumur di masjid sedang kering akibat panas yang jauh lebih terik daripada bulan-bulan sebelumnya.
Ziva mendekat pada sebuah ember berukuran besar berisi air yang sudah disiapkan oleh Rasyid dan Mika. Ia segera menyendok air tersebut menggunakan gayung agar bisa mendoakan air tersebut sebelum dipakai berwudhu.
"A'udzubillahi minas-syaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Shummum bukmun 'umyun fa hum laa yarji'uun. Alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas. Minal jinnati wannaas," lirih Ziva, membaca ayat kedelapan belas surah Al-Baqarah serta ayat kelima dan enam surah An-Naas.
Wanita itu kemudian meniup air yang ada di dalam gayung sebanyak tiga kali. Setelah itu ia kembali menuang air itu ke dalam ember besar tadi dan mengaduk air tersebut agar tercampur dengan air yang ada di dalam ember. Setelah selesai, ia segera mempersilakan para pria untuk berwudhu lebih dulu. Alwan memperhatikan hal itu dalam diamnya, lalu kemudian berwudhu seperti yang dilakukan oleh Raja, Rasyid, dan Mika. Keempat pria itu pergi lebih awal menuju masjid setelah selesai berwudhu, sementara ketiga wanita yang baru akan berwudhu berniat menyusul setelah kegiatan mereka selesai.
Usai shalat dzuhur berjamaah di masjid, mereka pun kembali lagi menuju ke tempat berkumpul tadi. Ziva dan Raja kini harus kembali mengawasi lebih dulu mengenai tatapan dari makhluk-makhluk yang dikirim oleh si pengirim teluh itu. Meskipun Ziva sudah mencoba mengamankan mereka melalui air yang dipakai berwudhu tadi, tetap saja mereka harus mewaspadai adanya jalan lain bagi si pengirim teluh untuk menyerang orang yang ingin menolong para korban.
"Bagaimana? Apakah ada perubahan saat ini?" tanya Hani, kepada Ziva dan Raja.
"Makhluk-makhluk itu sudah tidak menatap ke arah kita. Tapi kita tetap harus waspada. Kita sama-sama belum tahu berapa lama bisa bertahan dari tatapan makhluk itu jika masuk ke rumah para warga yang sakit. Intinya, kita harus mengupayakan mencari informasi secepat mungkin dan segera keluar kembali dari rumah-rumah itu. Jangan sampai ada di antara kita yang akhirnya harus tetap jebak di dalam sana. Apa semuanya paham?" Ziva ingin memastikan sebelum mereka mulai bekerja.
"Apakah peringatan itu termasuk untuk diriku?" tanya Alwan.
"Iyalah, Al. Jelaslah peringatannya sekaligus untuk kamu juga. 'Kan kamu yang mau periksa perut para korban menggunakan transducer. Kami tidak ada yang tahu cara melakukan USG terhadap seseorang, meskipun Ibuku adalah Dokter Kandungan," jawab Raja, mewakili Ziva.
"Wah ... Mika ada kembarannya, nih. Bisa betul-betul kena penyakit darah tinggi jalur instan kita, kalau sampai ada yang menyaingi tingkah lakunya Mika," Hani terdengar mulai stress.
Zafran memacu mobilnya dengan kecepatan penuh usai pergi dari Desa Cikijing. Jantungnya berdebar-debar hebat akibat rasa takut yang menyerangnya secara mendadak. Wajah laki-laki itu pucat tanpa bisa dijabarkan penyebabnya.
"Apa itu? Kenapa bisa begitu? Aku yakin sekali kalau tadi Tari berwajah sangat cantik. Mengapa tiba-tiba wajahnya jadi begitu hancur saat kembali kuperhatikan?" gumam Zafran, dengan suara bergetar.
Apa yang dilihat Zafran jelas bukan hal yang bisa diterima dengan mudah. Wajah Tari yang awalnya sangat cantik mendadak berubah menjadi hancur seperti tidak berbentuk. Laki-laki itu pun langsung mendadak didera rasa takut, sehingga memutuskan untuk segera pergi dari tempatnya menunggu. Ada rasa mual yang begitu hebat, yang terjadi pada perutnya. Membuatnya segera menepikan mobil di pinggir jalan agar bisa muntah. Dirinya benar-benar shock atas apa yang dilihatnya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, membuatnya terduduk sebentar di samping mobilnya saat itu.
"Apa jangan-jangan Tari terlihat sangat cantik karena memakai susuk, ya? Tidak mungkin wajah cantik itu mendadak berubah jika tidak ada apa-apanya. Dia pasti memakai susuk untuk menjerat pria yang sekarang menjadi Suaminya itu. Wah ... aku benar-benar tidak habis pikir. Hampir saja aku kena jebakan perempuan pemakai susuk seperti Tari. Kalau sampai aku terjebak seperti Rasyid, maka habislah hidupku."
Zafran begitu yakin dengan pemikirannya. Laki-laki itu pun segera bangkit dari aspal dan kemudian kembali ke mobilnya. Ia memutuskan benar-benar berhenti mengejar Tari, karena takut akan terjebak seperti yang dipikirkannya tadi. Namun sayang, Zafran tidak tahu bahwa dirinya sudah diikuti oleh yang tidak terlihat sejak dirinya pergi dari Desa Cikijing.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH RAMBUT
Terror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 6 Setelah dua minggu berlalu, Ziva dan yang lainnya kembali bekerja seperti biasa. Mereka kembali mendapatkan kasus yang terjadi di daerah Majalengka. Perjalanan kali itu tidak seberapa melelahkan, karena mereka...