Setelah mendapat kabar tentang Zafran, Dirga pun langsung mendekat ke arah Ziva. Ziva menatap ke arah Dirga karena merasa ada yang ingin disampaikan oleh pria itu. Jana baru saja pergi menjauh karena ada beberapa warga yang memanggilnya. Keadaan itu jelas membuat Dirga bisa leluasa bicara dengan Ziva.
"Saya baru saja mendapatkan kabar dari salah satu Polisi Lalu Lintas, Bu Ziva," ujar Dirga."Kabar apa yang Pak Dirga dapatkan? Haruskah saya tahu mengenai kabar tersebut?" tanya Ziva.
"Ini adalah kabar tentang Dokter Zafran. Mobil Dokter Zafran mengalami kecelakaan. Mobil itu bertabrakan dengan truk fuso dari arah berlawanan. Pengemudi truk fuso itu selamat, sementara Dokter Zafran tidak selamat. Dokter Zafran meninggal dunia di tempat kejadian," jawab Dirga.
Ziva pun mengerenyitkan keningnya selama beberapa saat. Lalu setelah itu, ia segera kembali menatap ke arah Dirga yang masih berdiri di sampingnya.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un," ucapnya, lirih. "Bapak sudah tanyakan mengenai kronologi kejadiannya?"
"Sudah, Bu Ziva. Saya sudah tanyakan. Jadi menurut Polisi yang memeriksa tempat kejadian perkara, mobil yang dikemudikan oleh Dokter Zafran katanya mendadak berjalan tidak stabil dari jarak sepuluh meter, ke arah truk fuso yang sedang melaju. Sopir truk fuso itu berusaha menghindari mobil Dokter Zafran dan hendak menepi. Tapi saat truk fuso itu hampir menepi, mobil Dokter Zafran justru bukannya menghindar, tapi malah menabrak truk tersebut. Kata Polisi yang memeriksa, hal itu terjadi seakan Dokter Zafran mengemudi tapi tanpa melihat jalanan yang ada di depannya. Keterangan itu dia sampaikan setelah dirinya mendapatkan rekaman dashcam yang ada pada truk fuso," jelas Dirga.
Setelah mendengar mengenai kronologi kejadian kecelakaan yang menimpa Zafran, Ziva pun langsung memikirkan satu hal.
"Katakan pada Polisi yang mengabari Pak Dirga, jika jenazah Dokter Zafran sudah dievakuasi, tolong periksa dashcam yang ada di mobilnya. Lalu setelah itu minta Polisi tersebut untuk melaporkan lagi pada Bapak, tentang apa yang dia dapatkan dari dashcam mobil Dokter Zafran," saran Ziva.
"Ya, saya akan segera mengabari Polisi yang tadi," Dirga pun setuju dengan saran yang Ziva berikan.
Dirga segera kembali menjauh dari Ziva untuk menelepon Khaerul. Ziva sendiri kini menjatuhkan tatapannya ke arah Rasyid, Mika, dan Alwan yang sudah selesai memeriksa ketiga korban. Ketiga pria itu mendekat pada Ziva, dan Rasyid menyerahkan foto hasil USG yang dilakukan oleh Alwan ke tangan Ziva.
"Nomor satu adalah foto USG milik Bu Yani, nomor dua adalah milik Bu Lilis, dan nomor tiga adalah milik Pak Asep," jelas Rasyid, agar Ziva tidak bingung.
Ziva menganggukkan kepalanya sambil fokus menatap ketiga foto tersebut. Kedua matanya membandingkan dengan cepat hasil dari ketiga foto tadi, namun tanpa mengatakan apa-apa. Alwan jelas merasa penasaran dengan apa yang akan disimpulkan oleh Ziva setelah melihat hasil foto USG tersebut. Ia menantikan wanita itu bicara meski dirinya sendiri tidak berani menanyakan apa-apa.
"Hm ... sudah aku duga dan dugaan itu ternyata tepat," ujar Ziva.
"Ah, ternyata Mika benar soal kamu yang sebenarnya sudah tahu sejak awal. Katakan, teluh apa yang begitu menyiksa korban sampai bicara pun tidak bisa mereka lakukan?" pinta Rasyid.
Ziva menyimpan ketiga foto USG tadi ke dalam saku blazer bagian dalam yang dipakainya. Tatapannya kini terarah pada ketiga pria yang berada di hadapannya.
"Teluh yang dikirim kepada korban adalah teluh rambut. Biasanya teluh rambut itu dikirimkan secara langsung, karena teluh itu memiliki syarat. Syaratnya adalah ada gulungan rambut yang harus diikat dan diletakan di dalam rumah korban. Hal itu bisa mengakibatkan penghuni rumah tersebut sering mengalami sakit pada bagian tubuh yang diinginkan oleh si pengirim teluh. Dalam kasus ini, si pengirim teluh ingin sekali perut para korban terasa sakit sehingga tidak bisa makan, dan bahkan bicara pun sulit. Tanda-tanda yang paling jelas dari teluh rambut adalah sakit yang akan terus-menerus menyerang korban tanpa henti. Alasan si pengirim teluh mengirimkan teluh rambut adalah karena ingin menguasai sesuatu dari para korban," jelas Ziva.
"Jadi tugas kita sekarang bukan hanya mencari tahu tentang apa yang mungkin diinginkan oleh si pengirim teluh terhadap para korban, tapi juga harus menemukan di mana si pengirim teluh itu menyimpan gulungan rambut yang diikat dan diletakkan di rumah korban? Benar begitu?" tanya Mika.
"Ya, kamu benar. Kita akan membagi tim sekali lagi karena akan ada yang harus mencari rambut yang diikat dan diletakkan di dalam rumah korban, serta harus ada yang meruqyah korban pada saat bersamaan," jawab Ziva.
"Apakah menemukan rambut yang diikat di dalam rumah korban akan sangat mudah?" tanya Alwan, merasa penasaran.
"Tentu saja tidak, Al. Tidak akan mudah menemukan rambut yang diikat itu di dalam rumah para korban. Ada hal-hal yang harus dilakukan ketika kami mencari yang kami cari," jawab Rasyid.
Mereka pun terdiam selama beberapa saat.
"Oh ya, ada kabar dari Pak Dirga. Dokter Zafran baru saja meninggal dunia akibat kecelakaan," ujar Ziva.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un," ucap Rasyid, Mika, dan Alwan, kompak.
"Mobil yang dia kemudikan menabrak truk fuso dari arah berlawanan. Tapi sayangnya, bukti yang didapat dari rekaman dashcam truk fuso terdengar cukup aneh. Jadi aku meminta pada Pak Dirga untuk mencari rekaman dashcam dari mobil milik Almarhum Dokter Zafran jika jenazahnya sudah dievakuasi. Aku penasaran, kenapa bisa terjadi situasi yang aneh sebelum mobilnya menabrak truk fuso itu," jelas Ziva, apa adanya.
"Aneh bagaimana maksud kamu? Aneh ... karena mobilnya menabrak truk fuso atau aneh karena Almarhum Dokter Zafran bisa kecelakaan?" tanya Rasyid.
"Pokoknya aneh. Nanti saja dengar sendiri penjelasan dari Pak Dirga. Sekarang sebaiknya kalian ...."
Ucapan Ziva mendadak berhenti ketika tatapan wanita itu terarah pada sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh ketiga pria di hadapannya. Hal itu membuat Mika dan Rasyid segera mewaspadai keadaan sekitar mereka.
"Suruh yang lain keluar sekarang juga! Waktu kita sudah habis dan makhluk-makhluk itu kembali melihat ke arah kita!" perintah Ziva, tegas.
Rasyid pun segera menuju ke halaman rumah Lilis, sementara Mika ke halaman rumah Yani, dan Alwan ke halaman rumah Asep.
"Raja! Keluar cepat! Kata Istrimu, waktunya sudah habis!" seru Alwan.
Raja mendengar hal itu dan segera berlari keluar rumah, meninggalkan Asep yang sedang didampingi berdzikir. Raja melihat kalau Tari dan Hani juga keluar bersamaan dengan dirinya, lalu mereka pun segera menjauh dari ketiga rumah warga yang sakit tersebut.
"Segera ke rumah Pak Jana! Berwudhu lagi seperti tadi!" seru Ziva, yang sama sekali belum beranjak dari posisinya.
Wanita itu melihat bahwa makhluk-makhluk yang menatap mereka ingin mengejar dan menghisap energi yang mereka miliki. Ziva segera membuka ranselnya, dan menyiram tanah dari depan pagar rumah Asep sampai ke depan rumah Yani menggunakan air yang tersedia. Makhluk-makhluk itu pun langsung berhenti mengejar semua orang yang baru saja keluar dari ketiga rumah tersebut. Mereka seakan tertahan di tempat setelah Ziva menyiram bagian depan pagar ketiga rumah para korban.
Semua orang menatapnya ketika ia tiba di halaman rumah Jana. Ziva tampak sangat tenang meski baru saja menghadapi hal yang cukup pelik.
"Cepat selesaikan wudhu kalian, lalu berkumpul kembali lagi di depan pagar rumah korban," titahnya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH RAMBUT
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 6 Setelah dua minggu berlalu, Ziva dan yang lainnya kembali bekerja seperti biasa. Mereka kembali mendapatkan kasus yang terjadi di daerah Majalengka. Perjalanan kali itu tidak seberapa melelahkan, karena mereka...