Setelah menyelesaikan semua urusan di rumah milik Yani, Lilis, dan Asep, akhirnya semua orang kini berkumpul di rumah Jana karena Dirga ingin memperlihatkan sesuatu pada mereka. Ziva tampak tenang-tenang saja, padahal yang lainnya menunjukkan ekspresi sedikit penasaran tentang apa yang akan Dirga tunjukkan kepada mereka. Jana membiarkan laptopnya digunakan oleh Dirga saat itu, namun yang jelas Jana tidak mau lagi melihat rekaman yang sama, yang sebelumnya sudah diperlihatkan oleh Dirga.
"Jadi begini, awalnya saya mendapatkan kabar soal kecelakaan yang menimpa Dokter Zafran dari salah satu Polisi Lalu Lintas. Dari keterangan yang Polisi tersebut dapatkan melalui rekaman dashcam truk fuso, mobil yang dikemudikan oleh Dokter Zafran mendadak berjalan tidak stabil dari jarak sepuluh meter. Sopir truk fuso itu sendiri sudah berusaha menghindari mobilnya Dokter Zafran. Tapi anehnya, saat truk fusi hampir menepi ke pinggir jalan, mobil Dokter Zafran malah menabrak truk tersebut dan bukan menghindarinya. Kalau menurut kesaksian orang-orang sekitar yang ada di TKP, Dokter Zafran seakan mengemudi tanpa melihat jalanan yang ada di depannya," jelas Dirga.Usai menjelaskan, Dirga pun kemudian memperlihatkan rekaman yang berasal dari dashcam truk fuso. Semua orang melihat dengan seksama bagaimana isi rekaman tersebut. Raja pun melihat sesuatu yang tak bisa dilihat oleh yang lainnya. Ia kemudian menatap ke arah Ziva, dan Ziva memberinya tanda yang berarti bahwa dirinya sudah tahu mengenai hal yang Raja lihat.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un!!!" seru Mika, Rasyid, Alwan, dan yang lainnya ketika melihat mobil Dokter Zafran benar-benar menabrak truk fuso dengan sangat keras.
Mereka merasa merinding selama beberapa saat usai melihat hal itu. Dirga pun segera mematikan rekaman itu, dan kembali menatap ke arah semua orang.
"Dan setelah saya membicarakannya dengan Bu Ziva, saya akhirnya mendapat saran untuk segera meminta pada Polisi yang mengabari mengenai kecelakaan itu, untuk memeriksa dashcam yang ada di mobil Dokter Zafran jika jenazah Dokter Zafran sudah dievakuasi dari mobilnya. Jadi saya pun melakukan hal tersebut, sehingga segera mendapatkan hasil dari dashcam yang terdapat pada mobil milik Dokter Zafran. Saya akan perlihatkan rekamannya kepada kalian," ujar Dirga, yang kemudian segera memutarkan rekaman selanjutnya.
Semua orang kembali memperhatikan ke arah layar laptop milik Jana. Terlihat dengan jelas di layar bahwa itu adalah rekaman kamera dua arah. Satu kamera mengarah ke jalanan di depan mobil, dan satu lagi kamera mengarah ke bagian dalam mobil. Zafran terlihat jelas di dalam rekaman itu dan tampak sedang menyetir seperti orang lain pada umumnya. Namun beberapa saat kemudian, Zafran mendadak seperti dibekap oleh sesuatu dari belakang. Laki-laki itu mendadak melepas kedua tangannya dari kemudi dan beberapa kali menyentuh kedua matanya yang terbelalak, namun seakan tidak melihat apa-apa.
"Ya Allah ... itu ... apa yang terjadi pada Dokter Zafran?" tanya Alwan, tampak sangat kaget.
"Kami tidak tahu, karena kami tidak bisa melihat yang tak terlihat. Tapi ...." Hani kini menoleh ke arah Ziva dan Raja yang menatap dengan tenang ke arah layar.
Semua orang pun ikut menatap ke arah Ziva dan Raja, seakan tengah mencari jawaban dari isi pikiran mereka saat itu.
"Kalian perhatikan saja dan jangan lupa untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh Almarhum ketika hal itu terjadi padanya," saran Ziva.
Dirga pun memperbesar volume pada laptop milik Jana, agar semua orang bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Zafran ketika video rekamannya diulang.
"Argghhh!!! Lepaskan!!! Lepas!!!"
Jeda sejenak, namun Zafran tampak tetap meronta-ronta.
"Tidak!!! Aku tidak akan lagi berniat jahat pada Tari ataupun Rasyid!!! Ampun!!! Maafkan aku!!! Maaf!!! Ya ... aku tahu kalau pikiranku tentang Tari yang memakai susuk itu salah, maafkan aku!!! Maaf!!!"
Zafran pun terlihat berhenti meronta-ronta, namun pada saat itu mobilnya sudah mendekati truk fuso dan dia terlambat untuk menghindar.
BRAAAKKKKK!!!
"INNALILLAHI WA INNAILAIHI RAJI'UN!!!" seru semua orang sambil menutup mata masing-masing.
Rasyid bahkan sampai harus mendekap Tari saat hal itu terlihat di layar laptop. Dirga kemudian langsung mematikan laptop milik Jana dan menatap ke arah Ziva. Ziva paham bahwa Dirga mungkin butuh penjelasan, meskipun yang lain sudah tahu mengenai apa yang tadi terjadi pada Zafran sebelum kecelakaan itu terjadi.
"Dia memiliki niat yang jahat sejak awal terhadap Kakak dan Kakak iparku, Pak Dirga. Bahkan dia sudah berpikiran buruk tentang Kakak iparku dan hendak menuduhnya memakai susuk. Jadi jangan heran kalau akhirnya ada yang menegur dia sampai seperti itu. Itu di luar kendali, karena tidak ada di antara kami yang bisa mengendalikan jin pendamping yang mendampingi masing-masing dari kami di sini," jelas Ziva, singkat dan sangat jelas.
"Maksudmu ... yang mendatangi Almarhum Dokter Zafran adalah jin qorin yang selama ini mendampingi Tari?" tanya Alwan, ingin memastikan.
Ziva pun menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Hal itu membuat Alwan paham dengan penjelasan yang Ziva berikan. Mereka semua akhirnya berpamitan pada Jana setelah semua urusan selesai. Dirga juga segera kembali ke kantor untuk mengurus semua hal yang berkaitan dengan kasus teluh tadi, setelah semua tersangka sudah diamankan di kantornya.
"Kami akan mengantar kamu pulang, Al. Di mana rumahmu?" tanya Raja.
"Mika dan Hani tahu di mana rumahku. Tadi mereka sudah ke sana bersamaku untuk mengambil transducer itu," jawab Alwan seraya tersenyum.
"Eh? Kamu tinggal di tempatmu praktek, Al?" Mika terlihat kaget.
"M-hm ... sejak Istriku meninggal, aku tidak pernah lagi pulang ke rumah yang dulu kami tempati. Terlalu berat rasanya untuk berada di sana saat banyak sekali kenangan yang melekat tapi aku harus melupakannya. Aku jadi lebih memilih untuk tinggal di tempat praktek selama dua tahun terakhir, dan tempat praktekku itu lebih banyak tutup selama setahun ke belakang karena aku terlalu malas melakukan promosi seperti yang sering dilakukan di tempat-tempat praktek Dokter lain. Lagi pula ... aku merasa sudah lama sekali kehilangan semangat hidup. Baru hari ini aku merasakan lagi bagaimana rasanya memiliki semangat ketika sedang menolong seseorang. Rasanya benar-benar berbeda dengan pekerjaanku sehari-hari selama ini."
Rasyid pun menatap Alwan setelah mendengar apa yang diungkapkan oleh pria itu. Raja dan Mika merasa bingung harus menanggapi seperti apa di hadapan Alwan, karena mereka sebenarnya belum pernah berhadapan dengan orang yang memiliki masalah terkait dengan patah hati dan kehilangan.
"Pekerjaan kami tidak menetap, tidak seperti pekerjaanmu. Kami sering naik pesawat, naik kereta, dan bahkan kami pernah harus naik perahu setelah naik pesawat untuk bisa sampai ke tempat tujuan. Pekerjaan kami jelas tidak bisa dijelaskan secara ilmiah seperti pekerjaanmu selama ini. Tapi kalau kamu butuh tempat dan pekerjaan yang bisa membawamu pergi dari rasa terpuruk dan kehilangan atas meninggalnya Istrimu, kamu bisa ikut bergabung ke dalam tim kami. Kamu sudah lihat dan bahkan ikut serta saat kami bekerja. Kamu sudah tahu harus melakukan apa ketika berada di dalam tim ini. Jadi, kalau kamu mau ...."
"Ya, aku mau," sahut Alwan dengan cepat, atas tawaran Rasyid yang belum selesai.
"Kamu benar-benar sudah tahu akan mengerjakan apa di dalam tim ini, 'kan?" tanya Raja, sambil menahan senyum.
"Ya, Insya Allah aku tahu, Ja," jawab Alwan. "Kalau bukan membantu mematahkan teluh, aku hanya harus jadi wasit di antara Mika dan anggota tim lainnya, 'kan?"
Raja dan Alwan pun langsung berjabat tangan.
"Ya, kamu jelas benar. Selamat datang di dalam tim ini, Al, dan selamat berjuang menjadi wasit untuk memisahkan Mika dari amukan yang lainnya," ucap Raja, sukses membuat Mika menggondok di tempatnya.
"Awas kamu, Ja! Akan kulaporkan kamu pada Tante Retno saat pulang nanti!" ancam Mika.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH RAMBUT
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 6 Setelah dua minggu berlalu, Ziva dan yang lainnya kembali bekerja seperti biasa. Mereka kembali mendapatkan kasus yang terjadi di daerah Majalengka. Perjalanan kali itu tidak seberapa melelahkan, karena mereka...