11 | Membeberkan Yang Sebenarnya

1.1K 116 3
                                    

Mika dan Rasyid kini tengah membantu Alwan untuk menurunkan transducer dari bagian belakang mobil milik Mika. Hani dan Tari kini ikut bersama Raja menuju ke rumah para warga yang sakit. Ziva sendiri menunggu di bagian depan di antara ketiga rumah warga tersebut. Ia harus mengawasi makhluk-makhluk kiriman dari si pengirim teluh. Sekaligus memastikan berapa lama caranya bisa digunakan untuk menghindari tatapan makhluk-makhluk tersebut. Ia tidak boleh lengah. Karena jika dirinya lengah, maka seluruh anggota timnya akan menjadi sasaran para makhluk-makhluk yang akan menghisap energi mereka. Hal itu tidak boleh sampai terjadi. Sesuatu yang buruk akan terjadi jika sampai makhluk-makhluk itu berhasil menghisap energi manusia yang ditatapnya.


"Alat ini memang harus diangkat terus, Al?" tanya Mika.

"Enggak juga. Kalau dia ada di tempat yang rata biasanya enggak perlu diangkat, kok. Alat ini bagian bawahnya punya roda, jadi bisa didorong," jawab Alwan.

"Tapi kalau kamu mau angkat-angkat terus juga enggak apa-apa kok, Mik. Aku paham kalau kamu mungkin ingin menurunkan berat badan dengan cara sering-sering mengangkat beban menjelang hari pernikahanmu," ujar Rasyid.

Mika langsung mencebik saat mendengar apa yang Rasyid katakan, lalu menatap pria itu dengan sengit.

"Menurutmu aku ini segendut apa, sehingga harus menurunkan berat badan sebelum hari pernikahanku tiba, hah? Kurang sixpack apa aku di matamu, Ras?" omel Mika.

"Hei, jangan bertengkar terus. Kita harus cepat sampai ke rumah para warga biar yang lainnya tidak terlalu lama menunggu," lerai Alwan.

Rasyid dan Mika pun menatap ke arah Alwan, kemudian saling menunjuk satu sama lain.

"Dia yang mulai!!!"

Alwan pun langsung meringis saat sadar dengan posisinya yang harus menjadi wasit untuk kedua pria itu. Ia jelas harus selalu menengahi mereka, karena jika tidak, maka transducer yang sedang mereka angkat saat itu tidak akan pernah sampai ke lokasi rumah para warga.

"Iya ... iya ... aku paham. Aku tahu betul siapa yang memulai di antara kalian berdua. Sekarang ayo, kita bawa dulu transducer-nya ke rumah warga yang pertama," ajak Alwan.

Mereka bertiga pun segera kembali berjalan menuju ke rumah warga yang sakit. Ziva tampak sedang mengawasi keadaan, sehingga Alwan pun menduga kalau wanita itu sedang memperhatikan semua makhluk yang terlihat di sekitar ketiga rumah tersebut.

"Langsung masuk saja ke rumah pertama. Rumahnya Bu Yani kalau tidak salah," ujar Ziva.

Ketiga pria itu pun segera menurunkan transducer yang mereka angkat bersama.

"Iya, itu memang rumahnya Bu Yani. Rumah yang kedua adalah rumah Bu Lilis, dan rumah ketiga barulah rumah Pak Asep," tanggap Alwan, yang sudah tahu sejak kemarin mengenai pera korban.

"Belum ada laporan sama sekali dari Istriku, Hani, atau Raja?" tanya Rasyid.

"Belum. Earbuds milikku stand by sejak tadi, tapi sama sekali belum ada laporan apa pun. Tampaknya mereka masih kesulitan meminta keterangan dari para korban," duga Ziva.

"Sejak kemarin memang begitu. Para korban hanya bisa merintih dengan rasa sakit yang mereka alami. Aku juga mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan mereka kemarin, jadi tidak banyak hal bisa aku simpulkan dari pemeriksaan yang aku lakukan," ujar Alwan.

Mika pun menepuk pundak Alwan dengan tegas.

"Sabar saja. Terkadang di dalam hidup ini memang selalu ada kendala yang harus kita hadapi. Entah itu di lingkungan tempat tinggal ataupun lingkungan tempat kerja. Tapi bukan berarti hal seperti itu akan menghambat kita hingga tidak bisa mendapatkan hasil apa pun. Kemarin mungkin kamu sulit mendapatkan kesimpulan, tapi belum tentu hari ini akan sama seperti kemarin. Apalagi sekarang kamu tidak bekerja sendirian. Kami 'kan ada bersama kamu, jadi otomatis akan ada perbedaan hasil dari hari kemarin," tutur Mika, meyakinkan Alwan untuk tidak putus asa.

Ziva dan Rasyid pun langsung bertepuk tangan sambil menatap ke arah Mika. Hal itu jelas membuat Alwan dan Mika menoleh dan menatap balik ke arah kedua orang tersebut.

"Wah ... tumben sekali kamu bisa berkata-kata sebijak itu, Mik. Kamu pasti sedang tidak enak badan, ya?" tebak Rasyid.

"Iya loh, Mik. Biasanya yang keluar dari mulutmu selalu saja membuat orang lain naik darah. Ini kok beda, ya? Serasa aku baru saja berhadapan dengan seorang motivator," tambah Ziva.

Alwan--sebisa mungkin--menahan tawa agar tidak lolos dari mulutnya, agar Mika tidak merasa tersinggung. Kedua mata Mika sudah menyipit sejak tadi. Pria itu jelas sudah siap ingin memberi pelajaran pada Rasyid dan Ziva, namun sayang langkahnya harus terhenti saat suara merdu Hani mendadak terdengar.

"Hei! Kalian aku tunggu-tunggu dari tadi, kok, malah ngerumpi saja di situ! Cepat ke sini! Bu Yani mengeluh terus karena sakit pada perutnya semakin menjadi-jadi!" seru Hani, sambil berkacak pinggang.

Mika jelas membatalkan niatannya, lalu segera kembali mengangkat transducer tadi bersama Alwan dan Rasyid. Omelan Hani jelas sangat ampuh untuk mengembalikan kesadaran siapa pun yang sedang lupa daratan, termasuk Mika, Rasyid, maupun Alwan--meski pria itu bukanlah anggota tim tersebut. Perhatian Ziva kembali fokus pada makhluk-makhluk yang masih berkeliaran di sekitar ketiga rumah tersebut. Ia masih mencari-cari, makhluk mana yang menjadi inti yang paling diandalkan oleh si pengirim teluh kepada para korban. Dengan mengetahui hal itu, Ziva akan lebih mudah mencari jalan untuk mematahkan teluh yang saat ini masih menyiksa para korban yang tersisa.

Dirga dan Jana mendekat pada Ziva tak lama kemudian. Warga-warga lain tampak berdatangan juga dari arah yang sama seperti arah kedatangan kedua pria tersebut. Tiga keranda jenazah tampak baru saja dipulangkan ke masjid yang tadi menjadi tempat shalat oleh Ziva dan yang lainnya.

"Bu Ziva, bagaimana keadaan para korban yang lain? Apakah sudah ada yang bisa disampaikan?" tanya Dirga.

"Saat ini pemeriksaan tengah dilakukan oleh Dokter Alwan terhadap Bu Yani, Pak Dirga. Insya Allah kedua korban lainnya akan segera diperiksa juga oleh Dokter Alwan. Baru setelah itu saya akan sampaikan tentang hasil yang kami dapatkan. Untuk keadaan pada ketiga rumah korban bisa dikatakan cukup parah. Si pengirim teluh itu sengaja mengirim makhluk-makhluk halus untuk mencegah siapa pun yang ingin memberikan pertolongan bagi para korban. Itulah alasan sebenarnya, mengapa Pak Dirga dan yang lainnya bisa merasakan lelah yang luar biasa setelah keluar dari ketiga rumah korban. Makhluk-makhluk yang dikirim oleh si pengirim teluh itu menghisap energi siapa pun yang mendekat ke sana," jelas Ziva.

Dirga maupun Jana jelas terkejut saat mendengar penjelasan itu dari Ziva. Mereka sempat saling menatap satu sama lain, sebelum memberi tanggapan.

"Jadi, apakah sebaiknya kami tidak lagi masuk ke ketiga rumah korban, Bu Ziva?" tanya Jana.

* * *

TELUH RAMBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang