22 | Menemukan Yang Dicari

938 111 0
                                    

"Ziva kok belum beri kabar apa-apa lagi, ya? Benar-benar ada yang datang di luar sana, 'kan?" tanya Alwan.


"Sabar, Al. Orang itu juga masih berada sangat jauh dari posisiku saat ini. Aku tidak mungkin mendekat padanya dan meninggalkan yang sedang aku perhatikan. Kalau terjadi sesuatu pada kalian selagi aku mendekat pada orang itu, bagaimana? Menurutmu, siapa yang akan bertanggung jawab? Lagi pula, tampaknya orang itu sedang menunggu seseorang saat ini. Dia mungkin tidak akan mendekat jika yang ditunggu belum datang," jelas Ziva, menjawab pertanyaan Alwan.

"Tapi kamu sudah tahu belum, siapa orang itu?" tanya Tari sekali lagi.

"Ya ... saat ini aku sudah tahu, Tar, karena aku sudah membandingkannya dengan foto yang tadi Pak Dirga berikan. Orang yang sedang aku lihat saat ini adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Tiga bersaudara itu adalah anak pemilik lama ketiga rumah korban," jawab Ziva.

"Wah ... berarti penjelasan dari Pak Jana saat Mika bertanya tadi benar-benar ada sangkut pautnya dengan teluh rambut yang menyerang para korban, ya?" Alwan terdengar tak habis pikir.

"Ya, sudah jelas ada, Al. Aku sudah bilang 'kan, bahwa teluh yang menyerang para korban saat ini disebabkan oleh adanya seseorang yang ingin memiliki apa yang dimiliki oleh korban. Maka dari itulah Kepala Keluarga dan ahli waris yang dibuat meninggal lebih dahulu daripada anggota keluarga lainnya," balas Ziva.

Setelah semua orang mendengar jawaban-jawaban yang Ziva berikan, mereka segera kembali fokus pada tugas masing-masing. Masing-masing dari mereka memutuskan untuk menyerahkan semuanya kepada Ziva yang berada di luar. Mereka jelas menyadari bahwa Ziva jauh lebih paham dengan semua tindakannya.

"Hei! Ketemu! Aku menemukan rambut yang diikat di dalam rumah Bu Yani!" seru Mika, begitu bersemangat.

"Kamu menemukannya di dalam vacuum cleaner, Mik?" tanya Rasyid.

"Iya, Ras. Di dalam vacuum cleaner aku temukan rambut itu," jawab Mika.

"Aku sudah membuka vacuum cleaner. Tapi tetap tidak aku temukan apa-apa di dalamnya," ujar Alwan.

"Di dalam selangnya, Al. Coba kamu periksa selang vacuum cleaner itu," titah Mika.

Rasyid dan Alwan segera memeriksa selang vacuum cleaner seperti yang disarankan oleh Mika. Mereka pun akhirnya benar-benar menemukan apa yang mereka cari di dalam selang vacuum cleaner tersebut.

"Ketemu!!!" seru Rasyid dan Alwan, kompak.

"Kalau memang sudah ketemu, segeralah bawa rambut-rambut itu pada Raja di rumah Pak Asep. Dia akan memberi tahu kalian tentang apa yang harus dilakukan pada rambut-rambut itu," saran Ziva.

"Oke, Ziv! Kami akan segera ke rumah Pak Asep sekarang juga," sahut Rasyid.

Mika dan Rasyid pun segera keluar dari rumah milik Yani dan Lilis. Ziva--yang ada di luar pagar--memberi tanda pada mereka berdua untuk memanjat dinding pembatas ketiga rumah itu, agar orang yang datang itu tidak melihat ke arah mereka dan merasa curiga bahwa rambut yang diikat di dalam rumah para korban telah ditemukan. Mika dan Rasyid segera memanjat dinding pembatas antar rumah, lalu masuk ke dalam rumah milik Asep tepat pada saat Raja sedang meminta Alwan memasukkan rambut yang ditemukan ke dalam sebuah wadah.

"Ayo, kalian juga segera masukkan rambut-rambut itu ke dalam wadah ini," titah Raja.

Rasyid dan Mika segera melakukan yang Raja perintahkan saat itu. Raja kemudian membawa wadah itu keluar rumah dan meletakkannya di lantai teras. Ketiga pria yang tadi bertugas mencari rambut-rambut itu kini mengikuti langkahnya.

"Sekarang dengarkan aku baik-baik. Jadi nanti ...."

"Ada yang datang lagi," lapor Ziva, memotong ucapan Raja. "Kali ini dua orang yang datang, jadi totalnya ada tiga orang yang akan aku hadapi."

Wajah Raja pun seketika menunjukkan kecemasan usai mendengar bahwa istrinya akan menghadapi tiga orang sekaligus. Mika, Alwan, maupun Rasyid jelas paham bahwa Raja jelas tidak akan membiarkan Ziva menghadapi tiga orang itu seorang diri.

"Jelaskan dulu kepadaku dan Mika soal apa yang harus dilakukan terhadap rambut-rambut di dalam wadah itu, Ja. Baru setelahnya kamu pergi menyusul Ziva untuk menghadapi ketiga orang yang datang itu," saran Alwan.

"Benar, Ja. Jelaskan dulu pada kami berdua. Soal melanjutkan ruqyah terhadap Pak Asep, biar Rasyid yang akan melanjutkannya," tambah Mika.

Raja pun menatap ke arah Rasyid. Ia ingin tahu apakah Rasyid setuju dengan saran yang dicetuskan oleh Alwan dan Mika saat itu atau tidak.

"Mereka jelas benar, Ja. Jelaskan pada mereka soal apa yang harus dilakukan pada rambut-rambut itu. Aku akan ke dalam sekarang dan mendampingi Pak Asep," ujar Rasyid, berusaha meyakinkan Raja.

"Terima kasih atas pengertianmu, Ras. Aku enggak bisa membiarkan Ziva menghadapi ketiga orang itu sendirian," ucap Raja.

"Iya, aku paham. Jika itu adalah Tari, maka kamu juga akan paham bahwa aku tidak akan membiarkan dia menghadapi banyak musuh sendirian. Maka dari itulah aku paham dengan apa yang kamu pikirkan saat ini," balas Rasyid.

Rasyid pun kemudian masuk ke dalam rumah milik Asep untuk menggantikan Raja. Raja kini menatap ke arah Mika dan Alwan yang masih berada di hadapannya.

"Jadi ... rambut-rambut itu harus dibakar hingga menjadi abu ketika waktunya bertepatan pada saat Rasyid, Tari, dan Hani sedang melaksanakan ruqyah terakhir pada ketiga korban. Kalian harus berkoordinasi dengan mereka bertiga agar tidak terlambat membakar rambut-rambut itu. Saat sudah menjadi abu, segera siramkan dengan air yang biasa kita pakai, Mik. Siram sampai dia tenggelam. Ingat, pada saat membakar dan menyiramnya, jangan lupa membaca doa yang dibaca saat melakukan ruqyah terakhir sebanyak tiga kali. Beri tahu pada Al tentang doa yang harus dibaca, karena kalian harus membacanya berdua," jelas Raja.

"Oke. Aku sudah paham urutannya. Aku juga akan memberi tahu Al soal doanya. Sekarang kamu pergi saja susul Ziva. Dampingi dia," ujar Mika, sambil menepuk-nepuk pundak Raja.

Raja pun menganggukkan kepalanya, lalu segera pergi dari hadapan Mika dan Alwan. Mereka masih menatap punggung Raja saat pria itu mulai menjauh dari teras rumah milik Asep.

"Dia sayang sekali pada Istrinya, sehingga dalam sekejap dirinya merasa sangat cemas setelah tahu kalau Ziva akan menghadapi tiga orang sekaligus," ujar Alwan.

"Ya, Raja jelas sayang sekali pada Ziva. Ziva adalah wanita pertama yang berhasil membuat dirinya membuka hati hingga memutuskan membangun rumah tangga dalam waktu yang singkat. Kamu sudah punya Istri, Al?" tanya Mika.

"Pernah punya, Mik. Dia sudah meninggal akibat kecelakaan dua tahun lalu," jawab Alwan, sangat tenang.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Maaf kalau aku sembarangan bertanya dan menyinggung perasaanmu," ucap Mika, tampak sangat menyesali apa yang ditanyakan kepada Alwan.

"Tidak apa-apa, Mik. Aku sudah lama ikhlas dengan kepergiannya. Ayo, sebaiknya kamu segera ajarkan aku soal doa yang harus kita baca," pinta Alwan.

* * *

TELUH RAMBUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang