13. HCE - Escape ( Esc )

3.1K 272 11
                                    

[ 13. HCE - Escape ( Esc ) ]

Jiwa pemarah yang berkobar dalam diri Evan masih ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiwa pemarah yang berkobar dalam diri Evan masih ada. Evan berdecak kesal sembari mengambil piring itu. "Jangan sok kasihanin gu---"

"Jangan banyak bacot, Van. Sekarang kita semua lagi nikmatin suasana bersama, nggak usah ngerusak dah." Tata dengan ketus membuat Evan terkicep sejenak. "Semua orang bisa berubah, termasuk lo. Jadi, gue harap lo bisa berubah buat ke depannya nanti."

Evan tak merespon lagi. Pemuda itu lantas mengambil hidangan yang ditawarkan Dion dan langsung melahapnya sembari menikmati kelezatan masakan ini. Di meja makan ini, yang tidak makan sedikit pun hanyalah Syasa dan Dion.

Jujur saja, walau masih ada sedikit keributan, Samuel merasa senang dan bangga. Dengan tersenyum lega melihat teman-teman barunya di HCE ini sudah bisa saling akur dan rukun, pemuda itu berucap dalam hatinya, hah.. Gua bahagia. Akhirnya kita semua di sini bisa damai. Bahagiaa banget. Terus begini ya sampai akhir nanti?

"Kenapa lo nggak makan?" Syasa bertanya pada Dion.

"Nggak mood," pungkas Dion beranjak dari kursi dan pergi dari rumah Samuel dengan menggunakan motor ninjanya. Sialan, mereka semua udah dibutakan sama butiran-butiran dalam semua hidangan.

Syasa berjalan mendekati Langit yang tengah menyantap lahap makanan masakannya itu. "Hai, Langit, nanti setelah HCE udah pulang, kamu ada waktu luang nggak?" tanya Syasa.

Langit memikirkan jadwalnya malam ini. "Malam ini gua nggak sibuk sih. Kenapa? Mau ketemuan?"

Syasa mengangguk. "Iya, di tepi dermaga sungai daerah sini ya."

"Oke," sahut Langit.

Setelah beberapa jam HCE selesai berkumpul dan menyantap masakan Syasa yang sungguh lezat, akhirnya pada jam 20.15 mereka segera pulang ke THS untuk beristirahat di sana. Perlu diketahui, mereka berhasil makan bersama di rumah Samuel karena mereka telah mendapat izin dari Bu Sheryyl, namun mereka tidak diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing, alias setelah selesai makan malam bersama semuanya harus pulang ke asrama THS untuk tidur dan istirahat.

Langit berjalan kaki menuju tepi dermaga dekat rumah Samuel, untung saja lokasinya tidak begitu jauh, soalnya Langit tidak membawa kendaraan pribadi untuk pergi ke tempat-tempat jauh.

Dari kejauhan mata Langit menangkap sosok perempuan berambut lurus cokelat kehitaman yang tertiup angin tengah berdiri di pinggir dermaga sungai menatap tenangnya permukaan air sungai yang begitu tenang.

"Syasa?" Langit memanggil perempuan itu.

Perempuan berambut cokelat kehitaman itu menoleh dengan wajahnya yang anggun dan cantik mempesona itu. Dengan senyum manis, Syasa berbalik badan dan menghampiri Langit yang berdiri bener langkah dari Syasa.

SCORE 100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang