39. HCE - CTRL + F4

2.4K 234 2
                                    

[ 39. HCE - CTRL + F4 ]

Karin berlari cepat dan menghampiri Dion yang tersungkur dengan wajah syok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karin berlari cepat dan menghampiri Dion yang tersungkur dengan wajah syok itu. "Dion, ada apa? Kamu kenapa?! Dion!" tanya Karin mengkhawatirkan Dion.

Dion terus menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Diam. Pak Lukman nggak mungkin mati. Sialan mana yang berani bikin Pak Lukman tiada?" gumam Dion dengan nada yang begitu dingin.

Karin yang mendengar itu spontan membeku, ia sungguh merasa kasihan dengan kondisi Dion sekarang. "Maaf," kata Karin.

Mendengar ucapan Karin itu, Dion mengangkat kepalanya dan menatap Karin.

"Maaf.. Maaf aku nggak bisa selamatkan Pak Lukman," kata Karin dengan nada yang bergemetar karena menahan air matanya.

Dion kembali menunduk dan memejamkan matanya kesal. "Buat apa lo meminta maaf? Lo nggak punya urusan sama Pak Lukman. Lo bukan hero, lo bukan manusia yang bisa ikut campur dalam kehidupan gua. LO ITU MANUSIA YANG SELALU DAPAT KEBAHAGIAAN, JADI, NGGAK USAH SOK KASIHANI ORANG YANG SELALU ADA DALAM KESUNYIAN!"

Karin tak kuasa menahan air matanya. Dengan air mata yang mengalir, gadis itu memeluk erat Dion berusaha menenangkannya. "Tenangkan diri kamu, Di, jangan lupa stabilkan emosi kamu. Jangan biarkan amarah menguasai diri kamu. Aku di sini---enggak, kita semua di sini."

Karin berusaha membuatmu amarah dalam Dion mereda dengan mengingatkannya bahwa ia tidak sendirian. Ada Karin, dan teman-teman HCE lainnya yang akan ada untuknya, jadi dia tidak perlu khawatir dan kesepian lagi.

"Kita semua?" Dion mengulangi ucapan Karin. "Maksud lo HCE percaya sama gua?" Pertanyaan Dion kali ini membungkam mulut Karin.

Ya, Karin tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Memang benar kata Dion, tidak ada yang tahu kapan ada yang berkhianat dan kapan ada yang tetap setia. Intinya hanya satu, mencari yang setia di sini adalah kondisi yang sulit ditemukan jika hanya dengan niat abal-abal.

"Lo yang cuma pecinta binatang, mau jadi apa nantinya?" ucapan Dion terdengar sangat menghina Karin sembari melepaskan pelukannya. "Lo nggak akan pernah ngerasain, Rin, nggak akan."

Karin termangu dengan perkataan Dion yang sangat menusuk urat-urat dalam hatinya. Perkataan itu... Persis..

Tatkala Karin tengah bermain di halaman depan rumahnya bersama seekor kucing, sang ibu mendekat dan mengomel, "KARIN! KAMU INI YA! KERJAANNYA MAIN SAMA BINATANG AJA TERUS! KAYAK KAKAK KAMU DONG! DIA PINTAR! GENIUS! LOMBA DI OLIMPIADE MANA PUN MENANG DAN DAPAT MEDALI! LAH KAMU, DAPET APA? KOTORAN KUCING?!"

Karin menunduk sedih. Mana ada seorang anak yang mau dibandingkan dengan orang lain, apalagi dengan kakak kandung sendiri. "Maaf, Ma, Karin cuma---"

SCORE 100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang