18. HCE - "Korban Tak Bersalah"

2.7K 265 1
                                    

[ 18. HCE - “Korban Tak Bersalah” ]

Olivia yang berdiri di depan pintu toilet sendirian sembari menguping pembicaraan mereka kini menyeringai licik sembari tertawa kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Olivia yang berdiri di depan pintu toilet sendirian sembari menguping pembicaraan mereka kini menyeringai licik sembari tertawa kecil. Katanya direktur kalian murid paling pintar di THS, ternyata bego lo semua ya.

Semua anggota HCE pun memutuskan untuk kembali ke lantai empat--alias ruang komputer VIP yang sudah mereka anggap sebagai tempat pribadi anggota HCE saja.

"Alright, kita udah kembali berkumpul di ruang komputer VIP ini. Gua sengaja memilih tempat ini untuk kita berdiskusi mengenai psikopat itu, karena gua rasa tempat ini aman dari psikopat itu," ucap Samuel sembari menutup rapat pintu ruang komputer VIP. Dengan meja bundar, anggota HCE mengelilingi dan mendapatkan posisi dan bangku masing-masing.

"Ayo kita mulai pecahkan dari kode itu," Tata menaruh ponselnya di atas meja memperlihatkan layar berisi foto mengenai kode tadi di toilet wanita lantai satu.

"2, 5 = du li
  2,3 = du ti
  2,6 = du en
"Dulitien?" Farhan yang berfikir keras kini lengannya ditepis Jayden.

"Konyol banget otak lo," ketus Jayden.

"Enggak, bukan. Ini bukan kode matematika." Robin yang sangat jarang berbicara kini mulai membuka mulutnya.

Semua anggota HCE spontan menoleh pada Robin. Pemuda itu lantas mengambil selembar kertas kosong yang ada di atas meja salah satu komputer VIP di ruang ini, kemudian meletakkannya di atas meja perundingan anggota HCE.

"Jadi? Maksud lo apa tadi bilang kalau kode ini bukan kode matematika?"

"Ini kode rentetan." Jawaban Robin membuka semua anggota HCE kian mulai berfikir keras untuk memutar otak.

"Terus artinya apa?" Rian bertanya dengan wajah cemasnya.

"Gua masih belum bisa artikan," jawab Robin mengernyitkan keningnya. "Kode ini, punya arti berisi huruf abstrak."

Dion menatap Robin penuh curiga. "Lo kenapa, Bin? Hari ini lo bersikap seperti kelinci yang kehilangan kedua kakinya untuk meloncat. Lo bisa pecahin itu seperti biasanya, tapi kenapa lo hari ini nggak bisa?"

"Maksud lo apaan mengharuskan Robin sesempurna itu di HCE?!" Evan nyaris membuat keributan lagi.

Dion memicingkan matanya pada Evan. "Kenapa? Lo mau ribut lagi sama gua?"

"IYALAH, ANJING! LO TUH UDAH GUE JADIIN TERSANGKA UTAMA SEBAGAI KAKI TANGAN PSIKOPAT ITU! NGGAK USAH NGELAK, MENDING LO NGAKU SEKARANG!"

Langit menyilangkan kedua tangan depan dada, kemudian menampilkan smirk nya. "Semua omongan gua udah terwakili sama Evan. So? When are you going to end it all, Mr. Psychopath?"

SCORE 100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang