32. HCE - CaC₂ + Pasir + H₂O = Api

2.5K 260 14
                                    

[ 32. HCE - CaC₂ + Pasir + H₂O = Api ]

 HCE - CaC₂ + Pasir + H₂O = Api ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bodo, emangnya gue peduli?"

Samuel berdecak sebal. "Serah lo dah, suka-suka lo!"

Tata cekikikan sendiri karena melihat Samuel telah pasrah dengan tingkahnya yang tak dapat diduganya. Tak berselang lama, Tata tersenyum kecut, lalu mengungkapkan sesuatu, "Bo, sebenarnya gue ngerjain matematika nya kayak lo."

"Dihh, terus ngapain ngomong penyelesaiannya panjang lebar kayak tadi?!" nyinyir Samuel.

"Gue gabut, anjay!" Tata mencibirkan bibirnya merengut. "Oh ya, btw, kalau tugas gue selesaiin matematika, tugas lo apaan? Jangan bilang lo nganggur kayak mandor!"

"Sembarangan banget tuh mulut kalo ngomong!" tegur Samuel. "Gua bikin uji coba kimia! Ya kali jadi mandor. Gua kan jago."

"Idih, buset dah pedenya, menembus bumi!" celetuk Tata sembari memutar bola matanya malas. "Sok jago lo! Sejak kapan lo pinter Kimia? Perasaan Biologi dah."

"Gua lagi belajar banyak mengenai Kimia," Samuel merespon dengan nada bicara yang tenang. "Lagian lo kenapa sih? Nada bicara lo kayak bilang gua ngapain belagak bisa."

"Emang iya," Tata menjawab dengan senyum licik tercampur senyum usil pada Samuel.

Samuel mengeraskan otot rahangnya geram pada Tata, namun dia harus tetap sabar dan tak boleh terbawa emosi. Sabar, Sam, sabarrrr. Jangan kebawa emosi di depan calon istri, batin Samuel sembari mencoba mengatur nafasnya yang naik turun karena emosi.

Sekali kali pelajaran isi hati gue juga kek, dasar makhluk minim kepekaan, batin Tata sembari membuang pandangannya sebentar dengan wajah yang malu-malu.

"Bye, gue pamit." Tata pun berjalan pergi meninggalkan Sam sendiri di sana.

Samuel pun berbalik badan sembari memijat pelipisnya. segera merogoh saku celananya, kemudian berusaha mengirim chat. "Ck, sinyalnya masih nggak terjangkau. Kalau begini terus, gua harus cepat-cepat lakukan rencana itu sama Langit dan Tata," gumam Samuel.

➖🔰➖

Hari sudah mulai sore, langit pun perlahan menjauh gelap. Malam mulai datang bersama terangnya cahaya bulan purnama dan kelap-kelip bintang kecil di atas langit.

Selain duduk dengan memegangi luka tangan kirinya, Dion sama sekali tidak bisa melakukan apa pun. Dia lelah, tangannya sakit, hatinya terluka, fikirannya seakan mau pecah. Dia memang tidak pernah menampilkan wajah takut atau reaksi takut akan sesuatu, namun yakinlah akan sesuatu, Dion juga manusia yang pasti memiliki perasaan dan rasa ketakutan.

Dibalik sifatnya yang selalu tidak peduli, tidak mau ikut campur, dan membuat keputusan sendiri untuk memberikan kepercayaan pada direktur, Dion rasa itu yang terbaik. Iya, yang terbaik baginya juga belum tentu dirasa terbaik oleh teman-temannya. Dia hanya ingin satu hal, hargai pendapat siapa pun. Mereka tidak akan pernah tahu, apa isi perasaan dan fikirannya.

SCORE 100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang