15. HCE - F1!

3K 269 4
                                    

[ 15. HCE - F1! ]

Anggota HCE yang sudah berada di depan kamar Syasa kini terdian setelah mendengar suara bel berbunyi dari dalam kamar mandi tempat Syasa tewas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggota HCE yang sudah berada di depan kamar Syasa kini terdian setelah mendengar suara bel berbunyi dari dalam kamar mandi tempat Syasa tewas. Mereka lantas menoleh pada kamar Syasa yang masih terbuka. Dion yang tengah berdiri di dekat pintu itu, membuat semua anggota HCE bertanya-tanya, apa yang dilakukan Dion di sana.

"T-tadi ada suara lonceng?..." Kai bertanya pada HCE.

Samuel mengangguk pada Kai. "Iya, tadi gua juga dengar. Dari dalam kamar asrama Syasa ini, kenapa ada bel yang berbunyi?"

Tata membulatkan kedua matanya karena telah mengetahui pergerakan pak security di depan HCE sekarang.

"Dion ngapain ada di situ? Bukannya tadi security nyuruh kita keluar ya?" Rian berbisik pada Arga yang berada di sampingnya.

Arga hanya menggeleng dengan perasaan cemasnya.

"Pak?" Tata memanggil Pak Hendra yang mencegat Dion dekat suara bel yang berbunyi itu. Jangan lupa aturan yang berlaku di HCE, 'suara bel adalah pertanda buruk'.

Dengan segera Tata berlari untuk menarik Dion. Akan tetapi Pak Hendra justru membekap mulut Dion sembari menutup pintu kamar asrama Syasa itu rapat-rapat sampai dikunci.

"DION!" Semua anggota HCE yang tersentak berseru, spontan berlari mendekati pintu kamar Syasa sembari berusaha mengetuk dan mendobraknya.

Pak Hendra mendorong tubuh Dion sampai menempel di tembok sembari membekap mulutnya. Tentu Dion berusaha melepaskan genggaman Pak Hendra yang kencang ini membuat nafasnya terasa sesak. "Nak, saya tau rahasia kamu."

Dion membulatkan matanya sembari mengernyitkan keningnya tidak mengerti maksud Pak Hendra.

"Kamu belum muncul? Waktu itu kamu bilang akan berada di sini, kenapa sekarang masih dia? Ada apa, Maheswari?"

M-Maheswari? batin Dion bertanya-tanya maksud Pak Hendra memanggilnya Maheswari apa.

Pak Hendra yang terus menatap Dion kini langsung melepaskan kala Dion terlihat sebanyak tiga kali seolah ingin memuntahkan sesuatu.

Setelah Pak Hendra melepaskan bekapannya. Dengan tangan yang gemetar ia menengadahkan tangannya. Seketika telapak tangannya pun dipenuhi darah, karena tadi ia memuntahkan darah dari dalam mulutnya, dari suaranya memuntahkan darah itu terdengar sakit dan menyiksa tubuhnya. Muntah darah yang dialami Dion saja sudah membuat Pak Hendra bingung, ditambah kini sekarang Dion menarik keluar tali berwarna merah kuning lumayan panjang--tali tersebut persis seperti tali yang ada pada tali medali.

"P-Pak..." Dion mendonggakkan kepalanya untuk menatap Pak Hendra secara perlahan dengan sekujur tubuh yang gemetar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SCORE 100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang