53. HCE - C3H6O ( 58,08 g/mol. 56 °C )

2.1K 222 0
                                    

[ 53. HCE - C3H6O ( 58,08 g/mol. 56 °C )

Psikopat itu mundur ke belakang beberapa langkah sembari memegangi topengnya yang sudah retak dan mulai hancur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Psikopat itu mundur ke belakang beberapa langkah sembari memegangi topengnya yang sudah retak dan mulai hancur. Jelas ia tidak terima jika topengnya akan hancur. Jika sampai topeng ini lepas, bisa-bisa Dion atau Karin melihat wajah aslinya, sehingga semua strategi rapi yang disusunnya akan sirna. Dengan wajah marah yang berada dalam topengnya, dia kembali mengeluarkan kepalanya keluar jendela sembari mengayunkan pisaunya pada Dion yang masih berpegangan pada pinggiran jendela yang menonjol.

Dion hendak menghindari serangan pisau psikopat itu, namun sekarang ia tidak mempunyai jalan lagi. Alih-alih, psikopat Itu berhasil menusuk sedikit lengan bawahnya sampai mengeluarkan darah pada tangan yang sedang berpegangan di tepi jendela tersebut. Luka itu membuat Dion sempat nyaris hilang keseimbangan.

Jika itu terjadi, bisa-bisa sekarang dia telah jatuh dari ketinggian ini. Antara hidup dan mati sekarang sedang berlangsung. Pemuda itu menoleh ke bawah. Ugh, jarak ini begitu tinggi. Jika jatuh, seratus persen dijamin lumpuh atau justru tewas. Dion meringis sembari menahan sakit pada lengan bawahnya itu.

"Haha, MATI LO!" Psikopat itu mengayunkan pisaunya ke atas hendak menusuk tangan Dion yang berpegangan pada tepi jendela bawah.

PRANG!

Dari belakang, Karin memukul kepala bagian belakangnya psikopat itu menggunakan sebuah komputer yang Karin angkat sampai-sampai dia berakhir tergeletak pingsan di atas lantai.

Karin dengan segera menaruh komputer itu di lantai, kemudian mengeluarkan kepalanya lewat jendela sembari mengulurkan tangan untuk menolong Dion. "Ayo!"

Dion mengernyitkan alisnya gusar. Tanpa berkata apa pun lagi, Dion menggapai tangan Karin. Gadis itu lantas menariknya sampai pemuda itu berhasil selamat dan kembali masuk ke dalam ruangan.

"Hah... Hah.. Hah... " Karin dan Dion dengan nafas terengah-engah.

"Cabut!" Dion berlari kecil untuk keluar ruang komputer VIP sembari menarik tangan Karin.

➖🔰➖

"Mana? Seriusan CCTV-nya mati?" tanya Langit sembari melihat ke arah CCTV yang ada di pojok atas ruangan.

Tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba Evan menonjok Langit sampai kepala pemuda itu terbentur oleh meja lab yang keras.

Langit sontak tergeletak di atas lantai sembari memejamkan matanya dan meringis kesakitan memegangi kepalanya.

Evan perlahan berjongkok sembari tertawa kecil, "heh, lo pikir gue sudi di sini bareng lo? Nggak akan, sat, nggak akan pernah. Lo pikir lo siapanya gue?"

"E-Evan.. Lo keterlaluan!" gumam Langit sembari mengepalkan tangannya kesal.

Evan tersenyum miring. Pemuda itu mengambil satu botol kimia berisi cairan yang entah apa itu pada tangan Langit. "Good bye, pecundang."

SCORE 100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang