05

2K 74 0
                                    

Sudah lama sekali aku tidak melakukan check up. Mungkin sudah dua tahun?

Selain puasa, apalagi yang harus kusiapkan.
Aku tetap boleh memakai make up kan?

Kalau saja ada dokter tampan di rumah sakit itu yang sedang mencari teman....

ah apa yang kupikirkan.

Selesai!

Aku harap ini tidak berlebihan.

Atau lebih baik kugunakan masker.

Beres.













"Jaehee!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaehee!"

"Oh kau datang juga"

"Apa aku membuatmu lama menunggu...?"

"Tidak juga, aku datang lebih awal"

"Kau tampak bersemangat hari ini"

"Apa aku terlihat begitu?"

"Sudah berapa lama ya.... um dua tahun?"

"Benar"

"Itu karena terakhir kali, aku juga yang mengantarkanmu"

Benar, terakhir kali kami juga pergi berdua seperti ini.

Pria yang sama yang kuanggap sebagai temanku, meski dulu aku sempat menyukainya.

Haha... kalau diingat-ingat lucu juga.

Aku naksir padanya karena dia baik kepadaku. Padahal itu bukan hanya aku, tapi semua wanita.

Dari dulu sampai sekarang, dia masih sama. Bermain-main dengan hati wanita untuk bersenang-senang.





Lee Heeseung, dia kakak tingkatku saat kuliah.

Dulu saat ada festival kampus, dia lah yang jadi pusat perhatiannya.

Kadang aku berpikir, bagaimana kami bisa berteman selanggeng ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kadang aku berpikir, bagaimana kami bisa berteman selanggeng ini. Mungkin karena satu hal.

Yakni karena menganggapku seperti adiknya yang sudah tiada.

Adiknya lima tahun lebih muda darinya, meninggal saat berumur 12 tahun karena penyakit langka.

Konon katanya, di dunia yang dipenuhi oleh orang asing, hanya aku saja yang tau akan fakta itu.

Hmm......


"Ini hari Rabu, kau tidak pergi ke kantor?" tanyaku membuka obrolan.

"Sudah, aku hanya perlu absen saja kan?" jawabnya enteng sekali. Oh aku lupa mengatakan beliau ini adalah jaksa yang bekerja untuk negara.

"Jaehee..."

"Iya?"

"Apa kau punya acara tanggal 12 ?"

Aku menatapnya, kemana dia mau mengajakku saat akhir pekan.

Sebenarnya aku tidak memiliki jadwal, tapi aku terlalu malas jika ia mengajakku ke....

"Kalau kau tidak ada acara, apa kau mau ikut datang bersamaku ke pesta pernikahan Chaerin?"

"Song Chaerin?"

"Kau ingat dia?"

"Ingat, dia gadis gila yang melabrakku setelah memposting foto denganmu di akun snsku"

"Hahahaha....kau masih mengingatnya dengan baik"

"Jadi dia akan menikah..." gumamku. Tiba-tiba saja terkenang hari itu.

"Kau bisa atau tidak...?"

Walaupun malas, tapi aku harus tetap membalas budi karena Heeseung sudah mengantarkanku ke rumah sakit.

"Tentu, aku akan datang bersamamu"

"Aku akan menjemputmu pagi-pagi sekali, karena rumahnya ada di busan"

"Busan??? Bukankah itu terlalu jauh jika hanya untuk datang ke pesta pernikahan mantan pacarmu?!!"

"Ahahahahahahaha......."










Akhirnya kami pun sampai.

Heeseung langsung turun begitu melepas seatbelt nya.

Demi membukakan pintu untukku.

"Sudah kubilang aku bisa sendiri" ujarku.

"Ini kewajiban seorang pria, kau tau apa"

"Ck! Ya ya, terima kasih!"

"Jaehee dengar, aku sangat ingin menjemputmu setelah kau selesai, tapi aku tidak bisa izin rapat-"

"Aku baik-baik saja, aku bisa naik taksi"

"Maaf"

"Untuk apa minta maaf! Cepat kembali ke kantormu, tuan jaksa!"

"Hey jangan menyebutku seperti itu!"

"Lalu apa? Yang mulia....?"

"Aku bukan hakim astaga... hahah jaga dirimu baik-baik, hubungi aku jika butuh sesuatu"



Ya, aku pasti menghubungimu.

Selain ibuku, siapa lagi yang bisa kuhubungi?






Coba kalian analisa sendiri, bukankah perlakuannya itu bisa membuat salah paham?

FATE // SUNGHOON AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang