12

1.3K 70 1
                                    

"Tuan putri, anda sudah bangun?"







Jaehee menarik selimutnya, mendapati ia hanya memakai bra pada bagian atasnya.

"B-bagaimana aku bisa ada disini?" tanyanya hati-hati.

"Kau bisa melihat daftar panggilan di ponselmu" jawab Heeseung sambil melipat korannya.

"Dimana ponselku?!" tanya Jaehee kebingungan.

Heeseung menunjuk di samping kanan ranjangnya.

Ya, itu tepat disana. Sedang dicas.

Mungkin karena efek alkoholnya belum hilang, jadi Jaehee tampak linglung.

"Oh..."

"Perutmu, atau kepalamu baik-baik saja?" tanya Heeseung mendekat.

"Jangan dekat-dekat!" gertak Jaehee. Ya tentu saja karena dia belum berpakaian.

Mau sedekat apapun dia dengan Heeseung. Tetap mereka adalah dua orang, pria dan wanita dewasa.

"Kau mau mandi dulu?" tawar Heeseung yang mengerti dan langsung menjauh.

"Aku sudah pesankan room service, sebentar lagi sarapan datang" lanjutnya.

"Aku mau mandi" gumam Jaehee, masih memegang erat selimut dan memunguti pakaiannya.

"Hm... baiklah"



Setelah sampai di kamar mandi, Jaehee menyelipkan kepalanya keluar dan mengatakan, "Terima kasih sudah menjemputku" ujarnya lantang.

Membuat Heeseung menyunggingkan senyumnya sambil menghirup udara segar dari balkon.

"Aku yang seharusnya berterima kasih" gumam Heeseung sangat mencurigakan dengan smirknya.

Ya karena semalam Jaehee mabuk, maka..... hanya Heeseung yang tahu.

















"Karena acaranya nanti sore, apa kau perlu kembali ke Seoul?" tanya Heeseung, seraya memotongkan steak untuk Jaehee.

"Tidak usah, untuk apa bolak balik, itu melelahkan" jawab Jaehee menikmati sup pengarnya.

Heeseung mengamati Jaehee yang rambutnya masih basah setelah mandi.

"Mau keluar?" tawar Heeseung, sambil menatap Jaehee.

"Aku benar-benar malas" jawab Jaehee seadanya.

Heeseung berdiri dan mencari sesuatu dari laci yang ada di kamar mandi.

"Apa semalam berjalan lancar?" tanyanya, datang membawa handuk bersih.

Jaehee mengankat kepalanya, menyadari Heeseung yang bersiap mengeringkan rambutnya.

"Kenapa kau repot - repot" gerutunya, padahal dalam hati ia merasa senang.

"Karena sekarang rambutmu pendek, jadi tidak butuh waktu lama" ucapnya, mulai mentreatment rambut Jaehee dengan handuk agar cepat kering.

"Semalam buruk sekali, aku tidak ingin menceritakannya" kata Jaehee dengan nada yang terdengar.... sedih(?) entahlah, tapi Heeseung menangkapnya begitu.

"Haha... kenapa? Ini tidak seperti pertama kalinya ibumu mencarikan calon suami untuk putri kesayangannya"

"Kali ini yang terburuk"

"Siapa? Orang yang kau kenal? Atau kukenal?"

"Ah....aku tidak ingin menceritakannya!"

"Hahah ya baiklah, sudah selesai, mau keluar?"

"Kau mau mengajakku kemana? Shopping? Aku miskin sekarang"

Tiba-tiba ponsel Jaehee berbunyi.

"Ada yang menelponmu" kata Heeseung.

Jaehee langsung bersemangat saat itu juga.




—bukan bersemangat mengangkat panggilan masuk, tapi untuk pergi.

"Kemana? Ke mall? Ke hutan? Ke laut? Ayo kita pergi!"















#












Dr. Park sampai di rumah sakit tepat jam 6:30.

Sebenarnya tidak ada aturan jam berapa dokter harus sampai di rumah sakit.

Tapi Sunghoon, selalu datang paling awal.

Mungkin kalian berpikir itu karena ia rajin dan tipe orang yang teratur.

Namun faktanya, ia hanya malas bertemu banyak rekan kerjanya dan harus menyapanya satu-satu.

Ya begitulah jika seorang introvert bekerja sebagai dokter.





"Halooo!"

"Maaf, anda siapa?" tanya dr. Park, melepas maskernya dan berdiri begitu seorang gadis muda masuk ke ruangannya saat ia sedang istirahat.

"Eh, bukankah ini ruangan dr. Seo?"

"Sepertinya anda salah ruang" kata dr. Park, yang lantas memakai maskernya kembali dan keluar.

"Ruangannya ada ujung" ucapnya menunjukkan ruangan yang dimaksud gadis di hadapannya.

"Ah, jadi disana" gumamnya.

Entah apa yang merasuki pikiran gadis di hadapannya ini, padahal jelas jelas ada keterangan nama dokter di pintu, tapi kenapa dia tidak mengetahuinya.

"Oh, hampir saja lupa, halo.... aku Han Sooha, mulai sekarang aku akan bekerja disini sebagai dokter bedah saraf. Senang mengenalmu...dok-ter....."

"Park" jawab Sunghoon. Jantungnya hampir keluar karena kaget mengetahui gadis berambut lebat di hadapannya ini adalah Han Sooha.

Han Sooha, orang yang akan dijodohkan dengannya!

Itu yang membuatnya kaget.

Karena sudah melihatnya di foto seharusnya Sunghoon mengenalinya dari awal.

Tapi ini sungguh di luar prediksinya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa apa yang dilihat di foto kadang berbeda dengan aslinya.

Seperti Sunghoon yang kaget melihat Sooha secara langsung, untuk pertama kalinya.







Ia sungguh cantik dengan make up yang sangat tipis —atau mungkin tidak mengenakan make up sedikitpun —, kulitnya pucat dengan frekles di bawah matanya, matanya yang berbinar terang dan gerak geriknya yang menyebarkan kebahagiaan di sekitarnya.

"Aku harus memanggilmu apa? Dr. Park, nama lengkap....?"

"Park Sunghoon"

"Aa.....baiklah, dr. Park saja kalau begitu. Terima kasih sudah menunjukkan ruangan dr. Seo! Aku permisi"

Sooha tersenyum riang sebelum meninggalkan Sunghoon seraya menyeret kopernya.

Ia bahkan menyapa setiap orang yang lewat.

"Dia cantik" gumam Sunghoon setelah dr. Han pergi.

Tapi sedetik kemudian dia sadar kembali dari hipnotis kecantikan dr. Han.

"Ada dua jadwal operasi hari ini, jangan sampai aku kehilangan fokus" katanya menyemangati diri.

Ekspresi wajahnya kembali ke setelan pabrik.

Wajah tanpa emosi, yang tak ada yang tau apa yang ia pikir dan rasakan.

Dingin, layaknya es, seperti hari-hari biasa lainnya.








Tiba-tiba dr. Han kembali membuka pintu ruangannya.

"Dr. Park!!!"

Sunghoon langsung berdiri gugup.

"Dimana toiletnya???!!!!"

FATE // SUNGHOON AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang