32

1.1K 63 3
                                    

Jimin sudah berada di depan gedung kantornya saat kekasihnya bilang akan sampai dalam 5 menit.

Di tangannya ada sebuah paket yang belum dibuka, tapi yang tahu pengirim paket itu ialah Heeseung. Entah apa isi paketnya, itu pasti hadiah atas keberhasilannya.

"Permisi, bolehkan aku pinjam telponmu sebentar, aku harus menghubungi temanku, tapi baterai ponselku habis"

Jimin yang daritadi berdiri sendiri, tiba-tiba dihampiri oleh orang asing yang mengaku baterai ponselnya habis dan ingin meminjam ponselnya.

Ia sempat berpikir sebentar sebelum meminjamkannya. Akhir-akhir ini marak kejahatan yang terjadi di ruang publik, bisa saja orang itu berbohong dan sedang merencakan sesuatu. 

Tapi kalau dilihat dari penampilannya, sepertinya siswi berseragam sekolah itu tidak berbohong. 

Walaupun waspada, tapi hati nurani Jimin tidak bisa mengelak untuk tidak membantunya.

"Silahkan" ujar Jimin memberikan ponselnya.

Siswi itu menerimanya dengan senang. Jimin sedikit mengintainya saat ia memasukkan nomor ponsel temannya lalu menelponnya. Ah dia tidak berbohong, dia memang butuh bantuan, batin Jimin merasa tenang.

Tak lama kemudian siswi itu mengembalikan ponselnya.

"Terima kasih banyak. Maaf sudah merepotkan"

"Tidak masalah"

Sebelum pergi siswi itu membungkuk hormat sambil tersenyum.

"Ah dia manis" puji Jimin.


"Kenapa kau senyum-senyum sendiri di tepi jalan?"

Itu Heeseung. Yang bertanya dengan setengah berteriak dari dalam mobilnya.

Jimin tertawa kecil lalu menghampiri mobil kekasihnya.

"Kau bilang lima menit, ini baru dua menit!" protes Jimin dengan gemas.

Heeseung langsung turun dan membukakan pintu untuk Jimin.

"Silahkan masuk tuan putri"

"Ck! Padahal aku bisa membukanya sendiri"

"Perihal buka membuka adalah tanggung jawab seorang pria, bahkan di tempat-tempat tertentu" ucap Heeseung, seraya menatap kekasihnya itu dengan menggoda.

"Kau terlalu pintar membuat kata-kata" kata Jimin sambil menggelengkan kepalanya dan menghembuskan napasnya, menghindari tatapan maut Heeseung dan memilih segera masuk ke dalam mobil.

"Kalau aku tidak pintar, mana mungkin kau jadi milikku" imbuh Heeseung, menyandarkan kepalanya di kaca sambil terus menatap Jimin.

"Sudahlah, cepat jalan" elak Jimin yang tak ingin wajahnya semakin merah karena rayuan maut kekasihnya.

Heeseung tertawa kecil. Kemudian ia pun kembali ke posisi awalnya.

"Hadiahnya sudah kau terima?"

"Sudah, tapi aku belum membukanya"

"Buka saja, kau tidak penasaran?"

"Tidak, nanti saja saat di rumah" ucap Jimin, merangkul lengan Heeseung dengan manja sambil menatapnya.

"Ah manisnya kekasihku" puji Heeseung, mengecup ringan puncak hidung Jimin.

Selanjutnya, Heeseung pun menjalankan mobilnya.

Mengajak kekasihnya pergi kencan yang beragendakan nonton film dan makan malam.

Bukankah menyenangkan punya partner?

FATE // SUNGHOON AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang