بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Saling mengenal satu sama lain, keluarga pun sudah sama-sama tahu. Tapi nyatanya semua itu belumlah cukup."
⏮️⏸️⏭️
ND PUBLISHER, salah satu penerbit mayor ternama yang menjadi incaran para penulis muda, terkhusus saya. Penerbit yang sudah melahirkan banyak judul buku, serta sangat ramah pada penulis baru.
Jika membahas ihwal ND Publisher, pasti kita akan langsung teringat pada ND Production. Sebuah rumah produksi yang mampu melahirkan film-film berkelas serta berkualitas. PH yang sangat berpengaruh dan menjadi primadona dari masa ke masa.
Saya bercita-cita ingin menerbitkan buku di sana, atau bahkan menjadikannya dalam bentuk audio-visual. Senangnya pasti bukan kepalang, apalagi saat melihat hasil karya sendiri diangkat ke layar lebar.
Sayangnya itu hanya sebatas khayalan, yang tak tahu apakah akan terealisasikan atau sekadar jadi angan-angan.
"Malah bengong. Kesambet nyaho kamu, Tha!"
Sontak saya pun beristigfar dan menoleh ke arah samping. "Enggak jelas!"
"Nunggu lama? Sampai asik banget bengongnya," cetus dia di tengah kegiatannya yang sedang memakai sepatu.
Saya hanya mengangguk singkat.
"Saya mau kenalin kamu sama seseorang, Tha," katanya saat kami sudah mulai memacu langkah untuk meninggalkan masjid.
"Siapa?"
"Rahasia."
Saya mendengkus dan memutar bola mata malas. "Enggak usah sok misterius, main rahasia-rahasiaan segala!"
"Kamu ingat nggak sama sampel yang kamu kirim ke saya beberapa waktu lalu?" tanyanya.
Kening saya terlipat. "Sampel naskah yang tiga bab?"
Dia mengangguk mantap. "Naskah itu saya kirim ke penerbit. Tadi, saya dihubungi sama editornya untuk membicarakan lebih lanjut tentang naskah kamu."
"Kamu kirim naskah saya, tanpa minta persetujuan saya terlebih dahulu. Menyalahi aturan itu!"
"Bukan gitu, Tha. Dengerin dulu penjelasan saya," selanya.
Sebuah deheman saya berikan.
"Klien saya seorang editor di penerbit mayor. Dia lagi cari naskah untuk diterbitkan, saya iseng ngasih sampel naskah kamu. Ternyata dia suka dan tertarik, malah mau ketemu kamu untuk membicarakannya lebih lanjut. Kamu tahu ND Publisher? Nah klien saya salah satu editor di penerbit itu," jelas dia berhasil membuat saya mematung.
"Siapa nama editornya?"
"Kalau nggak salah ingat, namanya itu Naradipta Dharmawan."
"Yakin namanya Naradipta Dharmawan?"
Dia mengangguk mantap.
"Ya Allah, itu sih bukan hanya sebatas editor di ND Publisher, tapi juga owner-nya. Kamu nggak salah sebut nama, kan?"
"Saya belum setua itu untuk pikun, Zanitha!"
Saya mengambil gawai dan mengetikkan sesuatu di sana. Lalu menunjukkan benda pintar itu pada dia. "Orangnya ini?"
"Iya itu, kenapa sih? Terpesona banget sampai gerecep nunjukin akun instagramnya!"
"Kamu kenapa nggak bilang-bilang sih kalau kenal sama Mas Dipta. Ya, Allah saya itu sudah lama mengincar ND Publisher."
KAMU SEDANG MEMBACA
Epilog Tanpa Prolog
SpiritualDISCLAIMER || NARASI & DIALOG BAKU Kisah yang tidak pernah DIMULAI, tapi harus berakhir dengan kata SELESAI. Terdengar cukup memiriskan, tapi itulah kenyataan. Garis takdir memang tidak bisa dikendalikan, hanya sekadar bisa direncanakan tanpa tahu...