بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Apa pun yang hendak diputuskan, alangkah baiknya selalu melibatkan Tuhan."
⏭️⏸️⏮️
GASTROESOPHAGEAL Reflux Disease (GERD) adalah penyakit asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus) yang menyebabkan heartburn, iritasi kerongkongan, dan sakit dada.
Pada umumnya terjadi setelah makan dan saat jumlah serta keasaman dalam lambung lebih tinggi, sementara otot katup (sfingter) lambung tidak bekerja secara baik.
Asam lambung yang diderita Bu Dinara sudah termasuk kronis, bahkan disarankan untuk melakukan operasi tapi beliau selalu menolak dengan berbagai alasan.
Penyakit ini cukup sensitif dan kerapkali kambuh, ihwal terlalu banyak pikiran dan tidak menjaga pola makan saja bisa berakibat fatal. Jangan terlalu stress, itulah yang selalu dokter katakan setiap kali kontrol.
"Ada yang mengganggu pikiran Mama? Dipta rasa untuk pola makan Mama sudah lebih teratur, obatnya masih Mama konsumsi, kan?"
"Mama baik-baik saja, sudah biasa juga keluar masuk rumah sakit. Kamu nggak usah panik," sahut beliau terdengar sangat santai.
Mas Dipta menggeleng pelan. "Jangan dibiasakan, Mama kira jantung Dipta aman kalau dapat kabar Mama masuk ke rumah sakit terus? Nggak, Ma."
Beliau mengelus puncak kepala Mas Dipta lembut. "Mama takut nggak bisa lihat kamu nikah. Umur Mama sampai nggak yah? Keinginan Mama untuk mendampingi Teh Naray lahiran sudah terealisasi, tapi keinginan Mama untuk melihat kamu menikah, belum kunjung terwujud."
"Bulan depan kamu sudah masuk kepala tiga, tapi sampai sekarang belum juga ada tanda-tanda. Apa Mama harus meninggal dulu baru kamu menikah?"
"Mama jangan bicara seperti itu." Hanya kalimat tersebut yang mampu dia tuturkan.
"Bu Dinara jangan terlalu banyak pikiran, itu bisa berpengaruh pada kesehatan Ibu," kata saya ikut merasa khawatir, sebab perkataan Bu Dinara semakin tidak terkendali.
Beliau tersenyum tipis dan menggenggam salah satu tangan saya. "Maaf, Mama selalu merepotkan kamu, tapi makasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk menemui Mama."
Saya mengelus punggung tangan beliau. "Ibu harus sehat, harus kembali pulih. Bukankah Ibu sangat ingin melihat cucu ibu tumbuh besar? Ibu harus menjaga pola hidup sehat, jangan stress, pikiran Ibu harus senantiasa positif."
Beliau mengangguk singkat.
"Jangan beritahu Papa ataupun Teh Naray kalau Mama masuk rumah sakit lagi. Mama nggak mau membuat mereka khawatir, apalagi Papa lagi di Jakarta. Teh Naray juga sedang sibuk-sibuknya mengurus bayi," pinta beliau pada Mas Dipta.
"Kebiasaan, Mama ini selalu menjadikan posisi Dipta serba salah. Dipta nggak tanggung jawab kalau sampai Papa dan juga Teh Naray ngamuk."
Bu Dinara malah terkekeh kecil.
Dalam kondisi sakit saja, beliau masih memikirkan orang-orang yang dikasihinya. Masyaallah semoga kesehatan senantiasa memayungi Bu Dinara dan keluarga.
"Mama mau minta sesuatu sama kamu, bisa, Tha?" tanyanya.
"Apa itu?"
"Lanjutkan proses ta'aruf kamu sama Dipta."
Sontak saya pun langsung menoleh ke arah Mas Dipta. Ternyata bukan hanya saya yang terkejut setengah mati, dia pun sepertinya sama. Terlihat jelas dari mimik wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epilog Tanpa Prolog
SpiritualDISCLAIMER || NARASI & DIALOG BAKU Kisah yang tidak pernah DIMULAI, tapi harus berakhir dengan kata SELESAI. Terdengar cukup memiriskan, tapi itulah kenyataan. Garis takdir memang tidak bisa dikendalikan, hanya sekadar bisa direncanakan tanpa tahu...