14

1.2K 79 0
                                    

Dipta hanya mampu menghela napas melihat tingkah Sandra. Padahal tadi ia kira gadis itu masih takut sampai harus menghindarinya saat di sekolah, tapi jika sudah berbelanja begini ia berubah menjadi sosok yang ceria.

"Kak Dipta!" Panggil Sandra.

"Hm, kenapa?"

"Mau ke taman gitu, makan apa kek. Makan di resto sini buat malas," ajak Sandra menggandeng lengan Dipta.

"Kalo gitu ayo, tapi abis ini jangan menghindar lagi," jawab Dipta.

Sandra terdiam mengingat peristiwa tadi pagi lalu segera menjauhkan diri dan lagi-lagi Dipta menatapnya dengan perasaan bersalah.

"Kakak benar gak ada niat jahat kan?" Tanya Sandra memastikan.

"Gak ada sama sekali, kakak bersumpah. Masih gak percaya?"

Sandra mengambil barang belanjaannya agar Dipta tak terlalu kesusahan.

"Tapi kakak janji gak boleh masuk ke kamar gue lagi?" Akhirnya Sandra mengemukakan pendapatnya setelah tadi perhatiannya terbagi pada belanjaannya.

"Yaah... terus kalo kakak gak bisa tidur?" Tanya Dipta memelas.

"Haduuh, gimana ya? Mmm... pake parfum gue aja deh kak atau gue rekomendasi sabun yang sering gue pake biar lo gimana gitu. Ke dokter aja deh kak jangan ambil kesempatan dalam kesempitan sama anak gadis orang," cerocos Sandra sambil julid di akhir kalimatnya.

"Dua cara pertama yang kamu bilang udah kakak coba. Kalo yang ke dokter sih belom dicoba, maunya kakak sih meluk kamu."

Sandra memukul lengan Dipta dengan brutal. "Penguntit beneran deh kak?"

"Kan cuman cari tahu parfum sama sabun apa yang kamu pakai, bukan ukuran dalaman," suara Dipta mencicit di akhirnya.

Sandra meraup wajah Dipta kasar lalu menampar tengkuk lelaki itu kuat sampai si empu meringis kesakitan.

"Belum nikah udah KDRT aja kamu," desis Dipta.

"Kakak mesum, ih geli gak mau temenan sama kakak," gadis itu menghentakan kaki kesal lalu berjalan di depan Dipta mengabaikan kekehan yang keluar dari mulut Dipta.

"Yaudah pacaran aja," Sandra melotot garang.

Dipta kembali mensejajarkan langkah gadis itu. Cukup dari tadi mereka menyita perhatian dengan paras mereka yang rupawan.

20 menit kemudian mereka telah sampai di rumah makan di dekat taman. Sesuai keinginan Sandra, Dipta membawanya ke sana.

"Pasti kamu mau pindah kamar kan?"

Sandra yang baru menikmati baksonya harus tersedak, ia segera menggapai air di depannya dan meminumnya hingga habis. Barulah ia mencubit lengan Dipta gemas.

"Ngapain sih?! Pengen tak hih!"

Dipta mengusap lengannya dengan wajah cemberut.

"Ya kamunya! Kakak kan cuman nanya. Tapi itu beneran kan?"

Sandra mengangguk cepat. Dipta mendengus melihat keantusiasan gadisnya menjawab pertanyaan darinya.

"Kenapa harus pindah?"

"Ada maling soalnya," jawab Sandra menatap sinis lelaki di sampingnya.

"Apa yang malingnya curi?"

"Diam deh kak! Gue ulek ya mulutnya, perasaan kata Kakay kakak gak cerewet deh, ini kenapa udah kayak neklam sih?"

Dipta menahan gemas melihat pipi gadisnya yang menggembung ketika gadisnya itu merenggut kesal. Sandra akhirnya memilih mengabaikan keberadaan Dipta dan menikmati kembali makanannya.

Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang