29

456 27 2
                                    

Tak ada pembicaraan yang dimulai di antara para perempuan itu. Ekspresi mereka berbeda-beda, yang paling disorot adalah si pasien yang bahkan tak memerdulikan sendok berisi makanan yang melayang di depan wajahnya.

"Cassandra, makanlah. Mama memasaknya untukmu," ujar Raespati.

"Pergilah," suara itu pelan terdengar tapi sinis.

Adeline menggeram marah, berjalan mendekat dan menepis tangan Raespati sampai sendok itu tergeletak di lantai. Semua orang tentu saja terkejut dengan tindakan Adeline, begitu pula Sandra. Keningnya berkerut samar menatap Adeline tak mengerti.

"Dasar kurang ajar!" berang Adeline tertuju pada Sandra.

Sandra masih bingung.

"Kau tidak terdidik sebagai cucuku, masih untung aku menganggapmu cucuku, dasar pembawa sial!" kata-kata ini bahkan semakin meyakinkan Sandra bahwa istri kakeknya ini tak akan berubah.

Sandra diam tak menyahut, untuk apa, pasti mereka tak akan mendengarnya sama seperti sebelumnya.

"Ibu!" Sentak Oniria.

"Kau ingin membela anak tak terdidik ini?"

"Ibu, tenangkan diri ibu, Sandra tidak salah," Raespati mengelus tangan mertuanya tapi matanya memancarkan kemarahan pada putrinya yang masih lemah. "Sandra minta maaf segera!"

"Perkataan mama benar, Sandra. Gak baik kamu abaikan mama sama nenek," Kanaya ikut bersuara.

"Bahkan Kanaya lebih tau etika darimu!" Adeline tersenyum meremehkan pada Sandra.

Sandra menatap mereka satu-persatu lalu dengan usahanya sendiri menggapai majalah di nakas dan membacanya tanpa memedulikan mereka semua. Ia anggap semua adalah angin lalu.

"Cassandra!" Raespati berteriak marah dan merampas majalah di tangan anaknya.

"Dasar kurang ajar!" maki Raespati memukul pundak Sandra.

Seseorang masuk ke dalam ruang rawat dan terkejut dengan kekacauan yang terjadi.

"Sandra," ia berlari menghampiri adik iparnya. "Kalian apakan Sandra?"

"Kamu berani membentak mertuamu, Kareen?!" Raespati merespon marah.

"Aku tanya apa yang kalian lakukan pada adikku?!"

"Kareen!" Adeline mendesis hendak menampar pipi cucu menantunya.

Sandra melempar gelas yang ada di nakas mengarah pada Kanaya membuat si gadis tersungkur dan telapak tangannya terluka membuat semua orang mengerumuninya, mata sang pelaku menyendu. Masih ada seberkas sayangnya kepada wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini yang lebih memilih orang asing.

"Cassandra!" Raespati menatap penuh amarah.

"Pergi kalian dari sini dan jangan tampakan wajah kalian!" usirnya dengan suara yang meninggi.

"Jaga nada bicaramu," Natsumi yang sedari tadi diam menatap tajam Sandra.

"Mengapa anda tidak suka? Ya gak usah dengar! Anda nyonya Raespati jangan harap saya memanggil anda mama lagi karena sejak dulu saya hanyalah anak yatim piatu," perkataan tokoh utama kita ini bukan main-main lagi.

Raespati yang mendengar itu merasa sakit hati, padahal saat ia menyakiti anaknya itu secara verbal maupun fisik tak pernah ia rasakan kegelisahan begini, oh tidak. Ada sedikit penyesalan.

"Sandra...," gumamnya ragu.

"Dan nyonya Adeline yang terhormat aku hidup tidak terdidik karena aku yatim piatu, hanya kakek, Rey, kak Kareen dan Dove. Saya bukanlah cucu anda hingga anda harus mengatur hidup saya, saya bukanlah bagian kalian," lagi dan lagi ucapannya barusan membentang jarak seperti perandaian pembuluh darah manusia yang bisa mengelilingi bumi atau lebih jauh lagi. "Selamat bergabung dengan keluarga barumu, Kanaya. Aku sudah tak butuh mereka, mereka hanyalah sejarah kelam yang akan kukubur selamanya dan tak akan terkenang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang