22

803 52 0
                                    

Lagi dan lagi Sandra mejambak rambutnya kuat tak ada ringisan yang keluar dari mulutnya. Ia pusing, sebenarnya maksud mimpi itu? Sandra asli diabaikan? Tunggu mimpi itu diperuntukan untuk siapa?

Untuk dirikah atau Sandra asli? Jika untuk Sandra palsu yaitu dirinya itu aneh, sejak kecil di kehidupan pertamanya ia hidup luntang lantang setelah berusia tujuh belas tahun keluar dari panti asuhan.

Sandra asli? Keluarga Xavier bahkan terlihat sangat menyayanginya. Apakah masa lalu? Tidak! Jika itu masa lalu mengapa wajah Reygan di mimpi pertamanya terlihat lebih dewasa dibanding sekarang. Apalagi di mimpi kedua, ia sempat melihat wajahnya  cermin di sana terlihat lebih dewasa pula.

Itu masa depan? Ya pasti begitu. Itu lebih terasa menyakitkan. Apakah kebahagiaannya di sini hanya bersifat sementara? Begitukah?

"Sasan! Berhenti narik rambut lo!" Sentak Kareen kasar.

Ia diam saja sedari tadi tapi gadis ini semakin menjadi-jadi. Jiwa keibuannya teriris melihat tingkah Sandra sedari kemarin yang semakin menjadi, apa yang mengganggu sahabatnya itu.

Suki mengelus kepala Sandra berusaha merapikan rambut gadis itu.

"Ada masalah apa? Cerita Sasan," pinta Zahra memohon.

Sandra menatap delapan sahabatnya satu-persatu. Ia berhenti di wajah Kayra,  sebenarnya apa maksud semua mimpi seakan menyudutkan keberadaan Sandra entah Sandra yang mana sekarang.

"Masa gue mimpi si Fandi sialan!" Umpat Sandra menceritakan kebohongan atas mimpinya.

Sontak sebagian dari mereka menertawakan itu semua. Gadis ini sedari kemarin bertingkah aneh karena memimpikan cowok sialan itu, begitu?!

Brugh

Delapan pasang mata menatap ke arah gadis yang datang entah dari mana sengaja menabrakan diri pada Sandra lalu terduduk menahan tangis dengan kepala berdarah oh tidak! Kepalanya sempat terbentur ke tembok.

"APA YANG KALIAN LAKUIN SAMA KANAYA?!" bentak pak Dani.

"Pak...," air mata gadis itu mengalir deras membuat semua mengiba padanya.

"KALIAN MALAH MELUKAI KANAYA? DI MANA ETIKA KALIAN SEMUA SEBAGAI SISWA DAN WARGA SEKOLAH?!" lagi pak Dani membentak.

Beberapa guru menghampiri dan menenangkan situasi tapi tak berbuah manis.

Mereka bersitatap tak mengerti dengan drama yang baru saja terjadi. Zahra si anak teladan menjadikan dirinya tameng untuk para sahabat.

"Bapak maaf sebelumnya. Kami di sini sedang mengobrol lalu tak ada angin hujan petir badai topan tsunami longsor erosi erupsi gunung merapi banjir bandang DUAARR!" Semua terkejut dengan teriakan di akhir kalimat.

"Eh si dia datang menabrakan diri lalu terjatuh dan tak bisa bangkit lagi dan menangis meratapi kehidupannya yang terlalu mengandalkan untuk dilindugi, emang situ cagar budaya yang harus dilindungi? Ya kali bunga bangkai? Tapi kenapa bapak membentak tanpa alasan, bapak lihat apa yang kita lakukan sama dia? Apa karena circle persahabatan kita ada tukang bullynya jadi bapak langsung menyimpulkan begitu saja tanpa," Zahra mengungkapkan isi hatinya.

Yang lain memgangguk membenarkan membuat pak Dani diam mematung, tak salah ungkapan Zahra.

Sandra maju selangkah menatap pria yang sekiranya berusia sama dengan kakak pertamanya atau bahkan lebih tua setahun dua tahun.

"Tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya bertanya pada bapak sebagai seorang siswa. Di mana etika anda sebagai guru? Anda datang tak diundang lalu bergerak membentak siswa tanpa tahu apakah siswa tersebut salah atau benar. Adakah anda mencari tahu kebenaran. Perkara gadis ini jatuh setelah menabrakan diri pada saya saja saya tidak bermain tangan tapi bapak datang lalu menyalahkan kami?"

Lagi pak Dani diam.

"Pak Dani tenangkan diri anda. Anda menjatuhkan sendiri kesopanan anda dan tingkah anda itu," seru pak Leo.

Akhirnya pak Dani angkat bicara, tak mau disudutkan saat ini.

"Apa yang harus saya cari tahu jika buktinya sudah ada di depan mata! Lihat sendiri kepala Kanaya berdarah, siapa lagi jika bukan mereka. Mungkin Sandra, Kayra, dan Zahra tidak tapi bagaimana dengan enam lainnya termasuk Kareen yang punya julukan ratu bully," sinis pak Dani pada akhirnya.

"Ak aku mi minta maaf kak Sandra, ak aku salah," Kanaya sesunggukan.

"Apa gelar sarjana anda saat ini?" Tanya Kayra mengabaikan Kanaya.

"Magister," jawab pak Dani bangga.

"Lalu sejak SD sampai anda mendapatkan gelar magister, berapa tahun yang anda habiskan selama itu?" Kali ini Kareen tak mau dihina begini saja.

"Tentu saja tujuh belas tahun," jawabnya masih membanggakan.

"Di situ letak kesalahan anda. Anda yang  menempuh pendidikan lebih lama dari kami malah tertipu dengan ini semua, tidakkah anda terlalu bodoh. Apakah menabrak Sandra saja dia bisa langsung berdarah, hooo saya baru tau ternyata Sandra manusia besi oh apakah kau robot Sandra?" Vashti menunjukan taringnya.

Sandra memperagakan seperti menghapus air matanya, "Kamu gak percaya sama aku, Vavas?"

Meiling dengan kasar menghapus darah di kepala Kanaya membuat gadis itu beringsut menjauh. Meiling menyerahkan tangannya pada pak Dani.

"Dasar! Lihat apakah ini darah asli? Anda guru biologi lebih tahu dari pada saya," Meiling terkekeh miris.

"Maksudnya apa ini Kanaya? Kamu?!" Pak Anton salah satu guru mengecam tindakan bodoh Kanaya.

"Ta tapi ini terasa sakit," masih berusaha menguasai pengibaan para penonton.

"Arghh! Cukupkan saja. Pak Dani anda sudah saya laporkan anda pada kedua orang tua saya. Saya mentolerir anda sejak tadi tapi anda semakin membuat saya muak tunggu saja surat yang akan datang dan Kanaya sebaiknya berperilaku sewajarnya sebelum semua rahasiamu terbongkar," ancaman Kayra tak main-main.

Dia anak pemilik sekolah, Altezza yang menguasai sekolah ini walau kedua putra putri Altezza tak menunjukan kepemilikan mereka akan semua ini. Bagi mereka pendidikan itu hak semua orang. Tapi, tindakan Kanaya memancing emosi.

Pak Dani terkejut dan mengumpati Kanaya dalam hatinya. Ia diambang kehancuran.

"Anda akan dipecat secara terhormat mengingat kontribusi anda selama dua bulan menjadi guru di sini, hari ini hari terakhir kita bertemu," Kayra melanjutkan ucapannya.

"HAH?! Temanmu menghina Kanaya berlindung pada orang lain apa bedanya kamu Kayra dengannya?" Sinis pak Dani belum menyadari posisinya.

"Mereka beda. Sangat jauh sampai tak terlihat, Kayra berlindung di balik kekuasaan orang tuanya karena itu sudah haknya tapi apa hak Kanaya berlindung pada pacar orang saat itu atau mantan setan saya, ia berlindung di balik punggung anda, tidak tahukah anda dimanfaatkan? Tapi tak apa itu setinpal dengan apa yang anda dapatkan darinya kan pak?" Sandra menyeringai.

Kareen membungkuk diikuti para sahabatnya. "Kami minta maaf pada para guru dan para siswa yang kenyamanannya terganggu karena kejadian ini."

Lalu kompak mengangkat kepala menyaksikan wajah terkejut mereka di sana. Hebat! Circle yang tak bisa ditembus saking berkuasanya mereka kini rela membungkuk hormat menyadari kesalahan mereka.

"Terkecuali pak Dani dan Kanaya. Kami tak sudi! Kami pamit," pergi begitu saja.

"Ini akan menjadi pembelajaran untuk kalian berdua," pak Anton disusul guru yang lain.

****

Uwaaaah

Cassandra! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang